Chef Ini Bisa Membuat Orang Menangis karena Masakannya
A
A
A
KEPUASAN tertinggi Ragil sebagai chef adalah saat menyaksikan beberapa tamu restorannya menangis kala mencoba masakan yang ia buat. Memang tangisan itu pecah karena dilatarbelakangi oleh historis atau kenangan yang tersimpan di dalam makanan tersebut. Namun bagi Ragil, itulah titik di mana pencapaiannya sebagai koki dinilai sukses.
"Benar-benar meneteskan air mata itu pernah terjadi. Salah satunya saat menyajikan makanan Batak. Tidak banyak yang bisa masak makanan khas Batak, sekali pun di lapo. Kata orang, itu mengingatkannya pada masakan ibu," kenang Ragil.
Meskipun yang dipakai bukan daging anjing seperti resep makanan yang asli, melainkan diganti bebek, tapi tetap berkesan di hati tamu kala itu. "Kepuasan tidak terhingga karena saya tak tahu rasanya makanan non halal. Namun, saya harus tahu cara memasaknya hingga enak seperti ahli pada masakan tersebut," ungkapnya bangga.
Biasanya Ragil akan mewawancarai secara detail orang-orang yang biasa memakan daging babi atau daging nonhalal lain untuk dia interpretasikan. Di situ lah Ragil sekaligus memainkan imajinasinya. Pujian juga kerap datang dari wisatawan mancanegara yang mencoba masakannya. "Orang bule kalau memuji sangat berlebihan karena memang tingkat mereka menghargai makanan jauh lebih tinggi," sambungnya.
Memasak memang sudah menjadi bagian dari hidup Ragil. Tidak heran, karena sejak usia lima tahun dia sudah terbiasa masuk dapur dan senang memasak. "Suka coba-coba bikin masakan. Bukan saya yang di depan kompor. Saya hanya menyiapkan, nanti tinggal suruh yang bantu di rumah untuk memasukkan bahan-bahan ke penggorengan. Mandor kecil, he he he," cerita Ragil, sembari tertawa.
Doyan makan juga menjadi faktor Ragil gemar memasak. Saat duduk di bangku SMP dan SMA, jika tidak ada makanan di rumah, Ragil seketika bakal mengeluarkan isi kulkas untuk membuat makanan. Bukan cuma soal hobi yang akhirnya menjadi pekerjaan. Namun di balik itu, memasak membuat Ragil semakin cinta Tanah Air. Cinta kekayaan alam Indonesia. Ragil tidak segan-segan menembus hutan guna mencari bahan alami khas Nusantara untuk digunakan di restoran Nusa Indonesian Gastronomy yang terletak di kawasan Kemang, Jakarta Selatan.
Di restoran yang didirikannya dua tahun lalu itu, pengunjung seperti diajak traveling keliling Indonesia. Sajian makanannya berasal dari pelosok Sabang sampai Merauke. Impian Ragil kini tinggal satu, yaitu mendirikan sekolah memasak makanan Indonesia. "Sejauh ini belum ada sekolah masak yang khusus untuk makanan Indonesia. Saya akan mengajari layering rasa makanan Indonesia yang beragam. Pokoknya sekolah khusus makanan Indonesia dengan standar internasional. Tahu cara memasak yang asli dan cara masak secara modern," pungkasnya.
"Benar-benar meneteskan air mata itu pernah terjadi. Salah satunya saat menyajikan makanan Batak. Tidak banyak yang bisa masak makanan khas Batak, sekali pun di lapo. Kata orang, itu mengingatkannya pada masakan ibu," kenang Ragil.
Meskipun yang dipakai bukan daging anjing seperti resep makanan yang asli, melainkan diganti bebek, tapi tetap berkesan di hati tamu kala itu. "Kepuasan tidak terhingga karena saya tak tahu rasanya makanan non halal. Namun, saya harus tahu cara memasaknya hingga enak seperti ahli pada masakan tersebut," ungkapnya bangga.
Biasanya Ragil akan mewawancarai secara detail orang-orang yang biasa memakan daging babi atau daging nonhalal lain untuk dia interpretasikan. Di situ lah Ragil sekaligus memainkan imajinasinya. Pujian juga kerap datang dari wisatawan mancanegara yang mencoba masakannya. "Orang bule kalau memuji sangat berlebihan karena memang tingkat mereka menghargai makanan jauh lebih tinggi," sambungnya.
Memasak memang sudah menjadi bagian dari hidup Ragil. Tidak heran, karena sejak usia lima tahun dia sudah terbiasa masuk dapur dan senang memasak. "Suka coba-coba bikin masakan. Bukan saya yang di depan kompor. Saya hanya menyiapkan, nanti tinggal suruh yang bantu di rumah untuk memasukkan bahan-bahan ke penggorengan. Mandor kecil, he he he," cerita Ragil, sembari tertawa.
Doyan makan juga menjadi faktor Ragil gemar memasak. Saat duduk di bangku SMP dan SMA, jika tidak ada makanan di rumah, Ragil seketika bakal mengeluarkan isi kulkas untuk membuat makanan. Bukan cuma soal hobi yang akhirnya menjadi pekerjaan. Namun di balik itu, memasak membuat Ragil semakin cinta Tanah Air. Cinta kekayaan alam Indonesia. Ragil tidak segan-segan menembus hutan guna mencari bahan alami khas Nusantara untuk digunakan di restoran Nusa Indonesian Gastronomy yang terletak di kawasan Kemang, Jakarta Selatan.
Di restoran yang didirikannya dua tahun lalu itu, pengunjung seperti diajak traveling keliling Indonesia. Sajian makanannya berasal dari pelosok Sabang sampai Merauke. Impian Ragil kini tinggal satu, yaitu mendirikan sekolah memasak makanan Indonesia. "Sejauh ini belum ada sekolah masak yang khusus untuk makanan Indonesia. Saya akan mengajari layering rasa makanan Indonesia yang beragam. Pokoknya sekolah khusus makanan Indonesia dengan standar internasional. Tahu cara memasak yang asli dan cara masak secara modern," pungkasnya.
(amm)