Topi dari Masa ke Masa
A
A
A
TOPI di kalangan orang-orang Eropa pertama kali diperkenalkan teolog abad pertengahan, John Duns Scotus (1265-1308). Topi pada masa ini didominasi bentuk kerucut. "Idenya adalah bentuk kerucut topi itu akan membantu Tuhan mengangkut ilmunya ke bawah alam pikiran manusia," ujar Oriole Cullen, kurator pameran topi di Museum Victoria & Albert, dilansir telegraph.co.uk.
Fungsi ini kemudian berubah pada abad ke-15 saat era Renaisans. Perempuan kelas atas pada era ini menggunakan hiasan kepala menyerupai topi untuk kegiatan spiritual. Tidak seperti pada periode sebelumnya, topi pada periode ini mulai dihias dan digunakan dalam berbagai kegiatan. Para perempuan Inggris menggunakan topi dengan atau tambahan kerudung.
"Selain kerudung, tambahan seperti mutiara, renda, bulu, perhiasan kaca, dan benang emas menjadi salah satu simbol status sosial penggunanya," ujar Cullen.
Pada era Baroque abad ke-17, Ratu Marie Antoinette menciptakan dekorasi kepala tanpa topi. Bulu burung unta menjadi hiasan favorit di kalangan istana kerajaan Eropa saat itu. Pada 1960-an, menurut Cullen, para perempuan Eropa menggunakan topi saat menghadiri acara-acara di gereja Katolik.
Topi pada era ini terkenal dengan nama topi fascinator yang digunakan serasi dengan pakaian bernuansa formal. Namun, saat gereja mengurangi persyaratan penutup kepala bagi perempuan, kepopuleran topi fascinator mulai tenggelam. Selama puluhan tahun, topi fascinator pun tidak mengalami pengembangan desain yang berarti.
Tahun 2010, kebiasaan Kate Middleton menggunakan topi fascinator untuk berbagai kegiatan resmi membuat topi fascinator populer kembali. Bahkan, Vice President of Trend Merchandising & Fashion Direction Belk Dept Store Arlene Goldstein menjuluki Kate sebagai "Ratu Topi Sejagat". "Dia mencintai topi dan bisa sangat ekspresif mengenakannya, bahkan untuk topi yang paling eksentrik," kata Goldstein.
Kin, anggota keluarga kerajaan, para pesohor Inggris, hingga selebritas dunia memilih ragam model topi fascinator yang unik dan stylish. "Di Inggris, itu budaya. Inggris selalu mencintai topi. Saya pikir kami (Amerika) akan melihat apa yang dikenakannya dan hasilnya akan berkembang," kata Goldstein.
Sementara itu, Shirley Hex yang kerap membuat topi bagi Ratu Elizabeth dan Putri Diana menjelaskan, topi telah menjadi bagian dari gaya berbusana perempuan Inggris sejak lama. "Kami orang Inggris dan topi adalah kebiasaan kami," ujar Hex.
Fungsi ini kemudian berubah pada abad ke-15 saat era Renaisans. Perempuan kelas atas pada era ini menggunakan hiasan kepala menyerupai topi untuk kegiatan spiritual. Tidak seperti pada periode sebelumnya, topi pada periode ini mulai dihias dan digunakan dalam berbagai kegiatan. Para perempuan Inggris menggunakan topi dengan atau tambahan kerudung.
"Selain kerudung, tambahan seperti mutiara, renda, bulu, perhiasan kaca, dan benang emas menjadi salah satu simbol status sosial penggunanya," ujar Cullen.
Pada era Baroque abad ke-17, Ratu Marie Antoinette menciptakan dekorasi kepala tanpa topi. Bulu burung unta menjadi hiasan favorit di kalangan istana kerajaan Eropa saat itu. Pada 1960-an, menurut Cullen, para perempuan Eropa menggunakan topi saat menghadiri acara-acara di gereja Katolik.
Topi pada era ini terkenal dengan nama topi fascinator yang digunakan serasi dengan pakaian bernuansa formal. Namun, saat gereja mengurangi persyaratan penutup kepala bagi perempuan, kepopuleran topi fascinator mulai tenggelam. Selama puluhan tahun, topi fascinator pun tidak mengalami pengembangan desain yang berarti.
Tahun 2010, kebiasaan Kate Middleton menggunakan topi fascinator untuk berbagai kegiatan resmi membuat topi fascinator populer kembali. Bahkan, Vice President of Trend Merchandising & Fashion Direction Belk Dept Store Arlene Goldstein menjuluki Kate sebagai "Ratu Topi Sejagat". "Dia mencintai topi dan bisa sangat ekspresif mengenakannya, bahkan untuk topi yang paling eksentrik," kata Goldstein.
Kin, anggota keluarga kerajaan, para pesohor Inggris, hingga selebritas dunia memilih ragam model topi fascinator yang unik dan stylish. "Di Inggris, itu budaya. Inggris selalu mencintai topi. Saya pikir kami (Amerika) akan melihat apa yang dikenakannya dan hasilnya akan berkembang," kata Goldstein.
Sementara itu, Shirley Hex yang kerap membuat topi bagi Ratu Elizabeth dan Putri Diana menjelaskan, topi telah menjadi bagian dari gaya berbusana perempuan Inggris sejak lama. "Kami orang Inggris dan topi adalah kebiasaan kami," ujar Hex.
(amm)