Museum Geologi Bandung Buka Malam Hari
A
A
A
BANDUNG - Untuk memperingati HUT ke-73 Kemerdekaan Indonesia, Museum Geologi Bandung menggelar event Day & Night at the Museum, akhir pecan lalu.
Kepala Museum Geologi Bandung Iwan Kurniawan mengatakan, museum memiliki kaitan erat dengan dunia pendidikan. Museum merupakan lembaga yang turut berperan dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia (SDM).
Informasi yang disuguhkan di museum dapat membantu meningkatkan wawasan siswa dan guru tentang suatu bidang ilmu. Begitu pula dengan tugas dan fungsi Museum Geologi Bandung, Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Materi utama yang disebarluaskan oleh Museum Geologi Bandung, yaitu informasi tentang geologi.
“Dengan demikian, dalam melaksanakan tugas dan fungsinya museum dapat menjadi suatu lembaga pendidikan informal, sebagai upaya untuk ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa,” kata Iwan di Museum Geologi Bandung, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Sabtu (11/8/2018).
Dengan berorientasi untuk menggaet pengunjung atau visitor oriented, ujar Iwan, Museum Geologi Bandung dituntut untuk berinovasi dalam hal penyelenggaraan pelayanan publik yang bersifat simbiosis mutualisme. Inovasi Museum Geologi diwujudkan dalam special event yang dikemas berbeda, yaitu Night at The Museum (NTM).
“NTM sebagai bentuk wujud nyata Badan Geologi melalui Museum Geologi memperingati Hari Kemerdekaan RI dengan tema Nasional “73 Tahun Kerja Kita Prestasi Bangsa”,” ujar Iwan.
Day & Night at The Museum, tutur Iwan, bertema “Fauna Endemik Sulawesi, Jejak Terpendam dari Lembah Walanae”. Tema ini dipilih karena telah selesai direkontruksi. Selain itu, Museum Geologi juga memperkenalkan koleksi terbaru, Celebochoerus heekereeni fosil vertebrata khas (endemik) dari Lembah Wallanaea, Sulawesi Selatan. “Fosil babi purba ini berusia sekitar 2-3 juta tahun,” tutur dia.
Iwan mengungkapkan, Celebochoerus heekereeni merupakan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pusat Survei Geologi (dulu Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi atau PPPG). Sejak 1986 hingga 1992 di lembah Wallanae, para pakar mengumpulkan ribuan fosil fauna. Fosil Celebochoerus heekereni yang paling dominan, mencapai lebih dari 85% dari populasi fosil yang dikumpulkan.
Selain Day & Night at The Museum, Museum Geologi juga menggelar seminar dengan tema, “Fauna Endemik Sulawesi dengan referensi khusus Celebochoerus heekereeni dari lembah Wallanae, Sulawesi Selatan”. Seminar ini menghadirkan pembicara Prof Dr Fachroel Aziz dan Dr GD Van den Bergh. “Kami juga menggelar, pameran Fauna Endemik Sulawesi, menjelahi Museum dengan foto 3D (Geomuseum Store), Culinary Night (Jajanan Malam), dan games untuk anak-anak.
“Night at The Museum memberikan nuansa wisata kuliner yang diharapkan jadi unsur utama perekat rangkaian berwisata sebagai pintu gerbang citra pariwisata Bandung,” pungkas Iwan.
Kepala Museum Geologi Bandung Iwan Kurniawan mengatakan, museum memiliki kaitan erat dengan dunia pendidikan. Museum merupakan lembaga yang turut berperan dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia (SDM).
Informasi yang disuguhkan di museum dapat membantu meningkatkan wawasan siswa dan guru tentang suatu bidang ilmu. Begitu pula dengan tugas dan fungsi Museum Geologi Bandung, Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Materi utama yang disebarluaskan oleh Museum Geologi Bandung, yaitu informasi tentang geologi.
“Dengan demikian, dalam melaksanakan tugas dan fungsinya museum dapat menjadi suatu lembaga pendidikan informal, sebagai upaya untuk ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa,” kata Iwan di Museum Geologi Bandung, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Sabtu (11/8/2018).
Dengan berorientasi untuk menggaet pengunjung atau visitor oriented, ujar Iwan, Museum Geologi Bandung dituntut untuk berinovasi dalam hal penyelenggaraan pelayanan publik yang bersifat simbiosis mutualisme. Inovasi Museum Geologi diwujudkan dalam special event yang dikemas berbeda, yaitu Night at The Museum (NTM).
“NTM sebagai bentuk wujud nyata Badan Geologi melalui Museum Geologi memperingati Hari Kemerdekaan RI dengan tema Nasional “73 Tahun Kerja Kita Prestasi Bangsa”,” ujar Iwan.
Day & Night at The Museum, tutur Iwan, bertema “Fauna Endemik Sulawesi, Jejak Terpendam dari Lembah Walanae”. Tema ini dipilih karena telah selesai direkontruksi. Selain itu, Museum Geologi juga memperkenalkan koleksi terbaru, Celebochoerus heekereeni fosil vertebrata khas (endemik) dari Lembah Wallanaea, Sulawesi Selatan. “Fosil babi purba ini berusia sekitar 2-3 juta tahun,” tutur dia.
Iwan mengungkapkan, Celebochoerus heekereeni merupakan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pusat Survei Geologi (dulu Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi atau PPPG). Sejak 1986 hingga 1992 di lembah Wallanae, para pakar mengumpulkan ribuan fosil fauna. Fosil Celebochoerus heekereni yang paling dominan, mencapai lebih dari 85% dari populasi fosil yang dikumpulkan.
Selain Day & Night at The Museum, Museum Geologi juga menggelar seminar dengan tema, “Fauna Endemik Sulawesi dengan referensi khusus Celebochoerus heekereeni dari lembah Wallanae, Sulawesi Selatan”. Seminar ini menghadirkan pembicara Prof Dr Fachroel Aziz dan Dr GD Van den Bergh. “Kami juga menggelar, pameran Fauna Endemik Sulawesi, menjelahi Museum dengan foto 3D (Geomuseum Store), Culinary Night (Jajanan Malam), dan games untuk anak-anak.
“Night at The Museum memberikan nuansa wisata kuliner yang diharapkan jadi unsur utama perekat rangkaian berwisata sebagai pintu gerbang citra pariwisata Bandung,” pungkas Iwan.
(tdy)