Keindahan Tercipta Perpaduan Herringbone dan Chevron
A
A
A
KEPOPULERAN motif herringbone dan chevron di dunia mode, menarik para arsitek dan desainer interior untuk mengaplikasikan kedua motif ini dalam tatanan interior.
Penasaran bagaimana mengaplikasikannya? Sebelum mengulas jauh tentang pola keduanya, Anda harus mengetahui terlebih dahulu apa itu herringbone dan chevron. Menurut Christina Suwardi, arsitek dan pemilik konsultan desain bernama PT Cipta Desain Arsitektur Mandiri (CDMA), herringbone adalah sebuah motif yang tersusun dari sekumpulan persegi panjang atau jajaran genjang yang membentuk pola zig-zag yang diletakkan secara teratur.
“Nama herringbone ini asalnya dari struktur tulang ikan herring. Ikan ini memiliki ciri khas berwarna cerah keperakan dan hidupnya di laut,” lanjut Christina. Pola herringbone ini juga dikenal dengan pola berbentuk huruf V.
Karakter motifnya terletak di panjang kaki huruf V-nya yang tidak sejajar, namun ukurannya sama besar dan membentuk sudut 90 derajat. Di Indonesia, motif ini sebenarnya sudah banyak digunakan orang untuk paving block .
Namun, kebanyakan dari mereka tidak mengenal nama motif ini. Lalu, bagaimana dengan chevron? Sepintas, pola motif ini hampir sama dengan herringbone. Namun, jika dilihat lebih detail, ada sedikit perbedaan.
“Motif chevron memiliki bentuk menyerupai huruf V dengan panjang kaki sejajar atau garis lurus, sedangkan herringbone diagonal,” ucap Christina. Motif chevron dianggap lebih sederhana jika dibandingkan dengan motif herringbone .
Kedua motif ini sudah dipakai di semua elemen rumah, mulai dari lantai, dinding, pelapis sofa, backsplash dapur, headboard, furnitur, karpet, gorden, dan sarung bantal. Motifnya yang kuat dapat membuat ruang terlihat berkarakter dan dinamis.
“Motif herringbone dan chevron ini mampu mengalihkan perhatian orang yang melihatnya karena mereka memiliki karakter yang kuat,” kata Christina. Kedua motif ini mampu tampil sebagai elemen utama di dalam ruang atau sebatas elemen dekoratif.
Melalui motifnya, keduanya mampu menghidupkan ruang yang terlalu polos atau terlalu monoton, baik dari sisi desain maupun warnanya. Kedua motif ini dapat diterapkan dan dibuat dari berbagai macam material, mulai dari kayu solid, kayu lapis (tripleks, multipleks, plywood ), keramik, berbagai jenis kain, batu alam, hingga hemogeneus tile .
Khusus untuk lantai parket, material dengan motif seperti itu sudah mulai di jual di pasaran. “Motif herringbone ini termasuk motif baru. Motif ini untuk melengkapi koleksi parket sebelumnya, dengan menggunakan motif ini, ruang akan terlihat lebih dinamis dan berkarakter,” kata Christina.
Untuk harganya sekitar Rp340.000 sampai Rp800.000, tergantung material pembentuknya. Sementara, produsen keramik dan homogeneous tile meresponsnya dengan mengeluarkan ubin berukuran memanjang.
Ubin berukuran 5cm x 20cm, 5 cm x 30 cm, 10 cm x 40 cm, dan 20 cm x 60 cm, dapat Anda gunakan untuk membuat motif herringbone. Sementara, jika Anda ingin memasang motif chevron, ujungnya kaki dan pertemuan polanya harus dipotong berukuran segitiga sama sisi agar menghasilkan bentuk garis lurus.
Penasaran bagaimana mengaplikasikannya? Sebelum mengulas jauh tentang pola keduanya, Anda harus mengetahui terlebih dahulu apa itu herringbone dan chevron. Menurut Christina Suwardi, arsitek dan pemilik konsultan desain bernama PT Cipta Desain Arsitektur Mandiri (CDMA), herringbone adalah sebuah motif yang tersusun dari sekumpulan persegi panjang atau jajaran genjang yang membentuk pola zig-zag yang diletakkan secara teratur.
“Nama herringbone ini asalnya dari struktur tulang ikan herring. Ikan ini memiliki ciri khas berwarna cerah keperakan dan hidupnya di laut,” lanjut Christina. Pola herringbone ini juga dikenal dengan pola berbentuk huruf V.
Karakter motifnya terletak di panjang kaki huruf V-nya yang tidak sejajar, namun ukurannya sama besar dan membentuk sudut 90 derajat. Di Indonesia, motif ini sebenarnya sudah banyak digunakan orang untuk paving block .
Namun, kebanyakan dari mereka tidak mengenal nama motif ini. Lalu, bagaimana dengan chevron? Sepintas, pola motif ini hampir sama dengan herringbone. Namun, jika dilihat lebih detail, ada sedikit perbedaan.
“Motif chevron memiliki bentuk menyerupai huruf V dengan panjang kaki sejajar atau garis lurus, sedangkan herringbone diagonal,” ucap Christina. Motif chevron dianggap lebih sederhana jika dibandingkan dengan motif herringbone .
Kedua motif ini sudah dipakai di semua elemen rumah, mulai dari lantai, dinding, pelapis sofa, backsplash dapur, headboard, furnitur, karpet, gorden, dan sarung bantal. Motifnya yang kuat dapat membuat ruang terlihat berkarakter dan dinamis.
“Motif herringbone dan chevron ini mampu mengalihkan perhatian orang yang melihatnya karena mereka memiliki karakter yang kuat,” kata Christina. Kedua motif ini mampu tampil sebagai elemen utama di dalam ruang atau sebatas elemen dekoratif.
Melalui motifnya, keduanya mampu menghidupkan ruang yang terlalu polos atau terlalu monoton, baik dari sisi desain maupun warnanya. Kedua motif ini dapat diterapkan dan dibuat dari berbagai macam material, mulai dari kayu solid, kayu lapis (tripleks, multipleks, plywood ), keramik, berbagai jenis kain, batu alam, hingga hemogeneus tile .
Khusus untuk lantai parket, material dengan motif seperti itu sudah mulai di jual di pasaran. “Motif herringbone ini termasuk motif baru. Motif ini untuk melengkapi koleksi parket sebelumnya, dengan menggunakan motif ini, ruang akan terlihat lebih dinamis dan berkarakter,” kata Christina.
Untuk harganya sekitar Rp340.000 sampai Rp800.000, tergantung material pembentuknya. Sementara, produsen keramik dan homogeneous tile meresponsnya dengan mengeluarkan ubin berukuran memanjang.
Ubin berukuran 5cm x 20cm, 5 cm x 30 cm, 10 cm x 40 cm, dan 20 cm x 60 cm, dapat Anda gunakan untuk membuat motif herringbone. Sementara, jika Anda ingin memasang motif chevron, ujungnya kaki dan pertemuan polanya harus dipotong berukuran segitiga sama sisi agar menghasilkan bentuk garis lurus.
(don)