Benarkah Mengajak Orangtua Liburan Itu Merepotkan?
A
A
A
JAKARTA - Sebagian orang enggan mengajak orangtua mereka yang sudah lansia untuk liburan bersama. Apalagi jika berpelancong ke Eropa. Alasannya tentu saja repot, benarkah demikian?
Jeanne Rumansi dan Edna Caroline dalam buku 2 in 1 “Lansia Backpacker/Backpacker With Mom”, menceritakan pengalaman mereka jalan-jalan di Eropa selama dua minggu. Jeanne yang berusia 68 tahun ini baru pertama kalinya menginjakan kakinya di Benua Biru itu.
Dia menceritakan pengalamannya liburan di Belanda dengan cara murah meriah, dalam buku Lansia Backpacker. Di baliknya, Edna Caroline menulis Backpacker With my Mom, dia menceritakan suka duka dan kekagetan-kekagetan menemani ibunya itu berpelancong.
“Sebenarnya memang tidak bisa dibilang backpacker banget, namanya juga orang tua, sudah enggak kuat lagi ke mana-mana gendong backpack,” kata Edna.
Ada banyak hal positif yang mereka rasakan. Cerita ini dituangkan dalam buku yang mereka ditulis bersama. Sebuah perjalanan, dua generasi, dua sudut pandang, dan puluhan cerita suka dan duka dalam sebuah buku.
Perjalanan ini memang dilakukan untuk membuat Jeanne Rumansi bahagia. Walaupun dengan uang terbatas, dia bisa melihat-lihat tempat-tempat yang selama ini menjadi impiannya. Keduanya berharap, buku ini bisa menjadi inspirasi. Baik untuk lansia berwisata, maupun anak untuk mengajaknya. Wisata tentunya tidak harus ke luar negeri, yang penting adalah waktu yang dihabiskan bersama.
Jeanne dan Edna bercerita, mereka lebih saling mengenal, terutama perubahan-perubahan yang dialami ibu pada usia senja. Ibu yang tadinya serba bisa, jadi mengalami beberapa keterbatasan. Tapi ibu bisa menikmati perjalanan itu, tentunya dengan berbagai persiapan baik fisik maupun mental. Kenyataannya, masih ada beberapa kekagetan yang dialami.
“Waktu pertama kali tiba di stasiun sentral Amsterdam, angin bertiup, dingin sekali sampai ke tulang, saya sampai shocked. Sempat menyesal juga. Dan saya merasa bersalah, kenapa saya tidak tahu sebelumnya. Info-info semacam ini yang ingin saya sampaikan ke lansia yang lain,” kata Jeanne.
Buku setebal 260 halaman ini ditulis dengan dua macam huruf. Lansia Backpacker hurufnya besar-besar. Sementara, Backpacker With Mom hurufnya standar. Bagian Lansia Backpacker ditulis oleh Jeanne tentang persiapan-persiapan yang dilakukan sebagai lansia, berbagai kekhawatiran, serta perasaan bahagia yang dirasakan.
Sementara, bagian Backpacker With Mom menceritakan sudut pandang Edna, upaya yang dilakukan agar orangtua tidak susah apalagi sakit, serta tips-tips bagi anak-anak yang ingin mengajak orang tuanya berjalan-jalan.
Trinity, bloger yang juga penulis serial buku Naked Traveler mengaku buku tersebut sangat seru karena mengambil dua perspektif anak dan ibu. “Ini menginspirasi kita semua untuk berani membawa orang tua kita traveling ke destinasi impian mereka. Pada akhirnya, tidak ada yang lebih membahagiakan daripada melihat orang tua kita bahagia, " kata Trinity.
Elok Dyah Messwati, admin grup Backpacker Dunia, wartawan dan penulis buku travelling mengatakan perjalanan tersebut tidak mudah. Namun, keduanya memilih untuk mendobrak rintangan yang menghambat dengan tetap menikmati indahnya menyusuri negeri impian.
“Buku ini unik karena bisa jadi pegangan bagi orang tua yang berjalan-jalan, serta bagi anak yang ingin membawa orang tua berwisata, bagaimana menyelaraskan ritme gerak orang muda dan tua yang tak lagi gesit,” kata Elok.
Jeanne Rumansi dan Edna Caroline dalam buku 2 in 1 “Lansia Backpacker/Backpacker With Mom”, menceritakan pengalaman mereka jalan-jalan di Eropa selama dua minggu. Jeanne yang berusia 68 tahun ini baru pertama kalinya menginjakan kakinya di Benua Biru itu.
Dia menceritakan pengalamannya liburan di Belanda dengan cara murah meriah, dalam buku Lansia Backpacker. Di baliknya, Edna Caroline menulis Backpacker With my Mom, dia menceritakan suka duka dan kekagetan-kekagetan menemani ibunya itu berpelancong.
“Sebenarnya memang tidak bisa dibilang backpacker banget, namanya juga orang tua, sudah enggak kuat lagi ke mana-mana gendong backpack,” kata Edna.
Ada banyak hal positif yang mereka rasakan. Cerita ini dituangkan dalam buku yang mereka ditulis bersama. Sebuah perjalanan, dua generasi, dua sudut pandang, dan puluhan cerita suka dan duka dalam sebuah buku.
Perjalanan ini memang dilakukan untuk membuat Jeanne Rumansi bahagia. Walaupun dengan uang terbatas, dia bisa melihat-lihat tempat-tempat yang selama ini menjadi impiannya. Keduanya berharap, buku ini bisa menjadi inspirasi. Baik untuk lansia berwisata, maupun anak untuk mengajaknya. Wisata tentunya tidak harus ke luar negeri, yang penting adalah waktu yang dihabiskan bersama.
Jeanne dan Edna bercerita, mereka lebih saling mengenal, terutama perubahan-perubahan yang dialami ibu pada usia senja. Ibu yang tadinya serba bisa, jadi mengalami beberapa keterbatasan. Tapi ibu bisa menikmati perjalanan itu, tentunya dengan berbagai persiapan baik fisik maupun mental. Kenyataannya, masih ada beberapa kekagetan yang dialami.
“Waktu pertama kali tiba di stasiun sentral Amsterdam, angin bertiup, dingin sekali sampai ke tulang, saya sampai shocked. Sempat menyesal juga. Dan saya merasa bersalah, kenapa saya tidak tahu sebelumnya. Info-info semacam ini yang ingin saya sampaikan ke lansia yang lain,” kata Jeanne.
Buku setebal 260 halaman ini ditulis dengan dua macam huruf. Lansia Backpacker hurufnya besar-besar. Sementara, Backpacker With Mom hurufnya standar. Bagian Lansia Backpacker ditulis oleh Jeanne tentang persiapan-persiapan yang dilakukan sebagai lansia, berbagai kekhawatiran, serta perasaan bahagia yang dirasakan.
Sementara, bagian Backpacker With Mom menceritakan sudut pandang Edna, upaya yang dilakukan agar orangtua tidak susah apalagi sakit, serta tips-tips bagi anak-anak yang ingin mengajak orang tuanya berjalan-jalan.
Trinity, bloger yang juga penulis serial buku Naked Traveler mengaku buku tersebut sangat seru karena mengambil dua perspektif anak dan ibu. “Ini menginspirasi kita semua untuk berani membawa orang tua kita traveling ke destinasi impian mereka. Pada akhirnya, tidak ada yang lebih membahagiakan daripada melihat orang tua kita bahagia, " kata Trinity.
Elok Dyah Messwati, admin grup Backpacker Dunia, wartawan dan penulis buku travelling mengatakan perjalanan tersebut tidak mudah. Namun, keduanya memilih untuk mendobrak rintangan yang menghambat dengan tetap menikmati indahnya menyusuri negeri impian.
“Buku ini unik karena bisa jadi pegangan bagi orang tua yang berjalan-jalan, serta bagi anak yang ingin membawa orang tua berwisata, bagaimana menyelaraskan ritme gerak orang muda dan tua yang tak lagi gesit,” kata Elok.
(tdy)