Iwet Ramadhan Ajak Kaum Milenial Mengenal Filosofi Batik
A
A
A
JAKARTA - Desainer sekaligus pelestari batik, Iwet Ramadhan mengajak generasi muda untuk melirik batik. Pasalnya, batik tak hanya sekadar kain, melainkan wastra Nusantara yang di setiap desain dan motifnya menyimpan sejuta filosofi dan makna mendalam.
Pada batik dengan desain dan motif tua misalnya, tersimpan beragam pesan mendalam tentang kehidupan. Oleh karena itu, batik harus dilestarikan.
"Ada yang untuk kematian, keinginan atau usaha keras, harapan, pengharapan sebuah keturunan. Ada juga yang dipakai untuk tunangan. Jadi, hati-hati saat kita pakai batik sehari-hari, jangan-jangan fungsinya bukan untuk itu," kata Iwet saat peluncuran Botol Motif Batik Pigeon di Pacific Place, Jakarta, Selasa (2/9/2018).
Mengingat filosofinya yang mendalam, Iwet mengimbau generasi muda untuk tidak melihat batik dari sisi harga, melainkan pesan, kreativitas dan motif yang tersimpan pada batik tersebut. Agar generasi muda melirik batik, maka perlu dilakukan moderinisasi pada warna atau motif batik.
Sebagai contoh pemilihan warna. Pemilihan warna haruslah kekinian, seperti biru tua atau warna terang, yakni merah dan orange. Dengan demikian, batik yang merupakan salah satu dari budaya Indonesia tetap lestari dan tidak tergerus waktu.
"Itu warna yang memiliki daya tarik sendiri bagi anak muda yang bisa membuat anak muda lebih melirik. Aku juga buat batik dengan mengembangkan motif klasik. Melestarikan motif yang sudah ada. Tetap pakai motif klasik tapi dibuat lebih modern. Biar lebih related sama anak muda. Itu juga sebagai bentuk melestarikan batik," tandasnya.
Pada batik dengan desain dan motif tua misalnya, tersimpan beragam pesan mendalam tentang kehidupan. Oleh karena itu, batik harus dilestarikan.
"Ada yang untuk kematian, keinginan atau usaha keras, harapan, pengharapan sebuah keturunan. Ada juga yang dipakai untuk tunangan. Jadi, hati-hati saat kita pakai batik sehari-hari, jangan-jangan fungsinya bukan untuk itu," kata Iwet saat peluncuran Botol Motif Batik Pigeon di Pacific Place, Jakarta, Selasa (2/9/2018).
Mengingat filosofinya yang mendalam, Iwet mengimbau generasi muda untuk tidak melihat batik dari sisi harga, melainkan pesan, kreativitas dan motif yang tersimpan pada batik tersebut. Agar generasi muda melirik batik, maka perlu dilakukan moderinisasi pada warna atau motif batik.
Sebagai contoh pemilihan warna. Pemilihan warna haruslah kekinian, seperti biru tua atau warna terang, yakni merah dan orange. Dengan demikian, batik yang merupakan salah satu dari budaya Indonesia tetap lestari dan tidak tergerus waktu.
"Itu warna yang memiliki daya tarik sendiri bagi anak muda yang bisa membuat anak muda lebih melirik. Aku juga buat batik dengan mengembangkan motif klasik. Melestarikan motif yang sudah ada. Tetap pakai motif klasik tapi dibuat lebih modern. Biar lebih related sama anak muda. Itu juga sebagai bentuk melestarikan batik," tandasnya.
(tdy)