Vivi Zubaedi Dorong Usaha Food dan Fashion Syariah Lewat IKRA
A
A
A
JAKARTA - Bagi para penikmat mode, khususnya modest fashion, nama desainer Vivi Zubedi tentu sudah tidak asing lagi di industri dunia fashion modest wear Indonesia. Sebagai desainer, sepak terjang Vivi selama ini terkenal sebagai perancang busana.
Tak hanya terkenal di lingkup domestik, nama dan karya Vivi juga terkenal hingga ke mancanegara. Berkarier sebagai perancang mode, Vivi diketahui pernah memamerkan karyanya di kota-kota mode dunia, mulai dari New York, Inggris, hingga Dubai dan beberapa negara lainnya. Konsistensi Vivi dalam panggung fashion dunia merupakan langkah nyata yang dilakukan oleh seorang desainer yang berlatar belakang akuntan tersebut.
Menariknya, tak hanya aktif sebagai perancang busana di panggung fesyen. Vivi juga memilih berkontribusi untuk bisa memperkenalkan dan menjajarkan produk industri kreatif daerah di Indonesia dengan produk berskala internasional. Salah satu contohnya, saat gelaran New York Fashion Week Fall/Winter 2018 silam, Vivi membawa kain sasirangan dan tenun pagatan yang berasal dari Kalimantan Selatan ke panggung runway fesyen dunia.
Langkah Vivi untuk memajukan industri kreatif daerah terus berlanjut. Demi mewujudkannya, Vivi mendirikan Vivi Zubedi Foundation. Dia juga berkolaborasi dengan Bank Indonesia untuk membangun program untuk memajukan pelaku usaha industri kreatif daerah pada sektor food and fashion di Indonesia yang bernama Industri Kreatif Indonesia (IKRA).
“Kebetulan tiap jadi konsultan di daerah tertentu saya lihat masalahnya kok selalu sama. Para industri kreatif daerah ini enggak bisa branding, masalah logistik, bagaimana distribusi mendapatkan buyer. Nah, berangkat dari situ sih, situ saya pikir negara perlu wadah. Ini bentuk partisipasi gimana UMKM syariah ini mereka bisa tertampung dan terwadahi sebagaimana yang mereka butuhkan,” ujar Vivi kepada SINDOnews.com dalam acara penandatanganan “MOU Vivi Zubedi Foundation dan Bank Indonesia” di JCC, Jakarta.
IKRA merupakan wadah bagi usaha yang sejalan dengan prinsip syariah berskala mikro, kecil dan menengah (usaha syariah) untuk mengembangkan produknya agar dapat bersaing secara global sehingga dari program pemberdayaan tersebut dapat berdampak pada peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional.
“Dilihat dari perannya, usaha syariah di Indonesia tidak bisa dipandang sebelah mata. Usaha syariah dapat mengangkat seseorang dari kemiskinan, kerentanan, dan ketimpangan. Pada saat krisis moneter 1998, terbukti bahwa usaha kecil dan menengah justru yang bertahan ketika perusahaan-perusahaan raksasa rontok. Oleh karena itu inovasi dan pengembangan harus menyasar usaha-usaha syariah secara tepat karena mereka lah salah satu trigger motor penggerak terbesar dalam perekonomian Indonesia,” tutur Vivi.
Dengan dirinya menyediakan wadah, memberikan bimbingan, dan segala yang diperlukan oleh industri-industri kreatif syariah di sektor fesyen dan food di daerah, agar bisa maju dan menghasilkan produk berkualitas internasional. Apakah nantinya Vivi tidak merasa khawatir usaha yang dilakukan ini dikemudian hari akan menjadi pesaingnya sebagai pelaku di bidang industri fesyen?
“Kalau saingan, saya sih bersyukur kalau menjadi bibit unggul. Saya mikirnya rezeki itu sudah ada kotaknya tempatnya masing masing. Enggak ada akan menggeser apapun. Apalagi dalam ekonomi syariah enggak ada kata saingan. Simbiosis mutualisme, saya bergerak di bidang ini, teman-teman lain fokus di lain. Semua punya pasar masing-masing,” kata Vivi sembari tersenyum.
Tak hanya terkenal di lingkup domestik, nama dan karya Vivi juga terkenal hingga ke mancanegara. Berkarier sebagai perancang mode, Vivi diketahui pernah memamerkan karyanya di kota-kota mode dunia, mulai dari New York, Inggris, hingga Dubai dan beberapa negara lainnya. Konsistensi Vivi dalam panggung fashion dunia merupakan langkah nyata yang dilakukan oleh seorang desainer yang berlatar belakang akuntan tersebut.
Menariknya, tak hanya aktif sebagai perancang busana di panggung fesyen. Vivi juga memilih berkontribusi untuk bisa memperkenalkan dan menjajarkan produk industri kreatif daerah di Indonesia dengan produk berskala internasional. Salah satu contohnya, saat gelaran New York Fashion Week Fall/Winter 2018 silam, Vivi membawa kain sasirangan dan tenun pagatan yang berasal dari Kalimantan Selatan ke panggung runway fesyen dunia.
Langkah Vivi untuk memajukan industri kreatif daerah terus berlanjut. Demi mewujudkannya, Vivi mendirikan Vivi Zubedi Foundation. Dia juga berkolaborasi dengan Bank Indonesia untuk membangun program untuk memajukan pelaku usaha industri kreatif daerah pada sektor food and fashion di Indonesia yang bernama Industri Kreatif Indonesia (IKRA).
“Kebetulan tiap jadi konsultan di daerah tertentu saya lihat masalahnya kok selalu sama. Para industri kreatif daerah ini enggak bisa branding, masalah logistik, bagaimana distribusi mendapatkan buyer. Nah, berangkat dari situ sih, situ saya pikir negara perlu wadah. Ini bentuk partisipasi gimana UMKM syariah ini mereka bisa tertampung dan terwadahi sebagaimana yang mereka butuhkan,” ujar Vivi kepada SINDOnews.com dalam acara penandatanganan “MOU Vivi Zubedi Foundation dan Bank Indonesia” di JCC, Jakarta.
IKRA merupakan wadah bagi usaha yang sejalan dengan prinsip syariah berskala mikro, kecil dan menengah (usaha syariah) untuk mengembangkan produknya agar dapat bersaing secara global sehingga dari program pemberdayaan tersebut dapat berdampak pada peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional.
“Dilihat dari perannya, usaha syariah di Indonesia tidak bisa dipandang sebelah mata. Usaha syariah dapat mengangkat seseorang dari kemiskinan, kerentanan, dan ketimpangan. Pada saat krisis moneter 1998, terbukti bahwa usaha kecil dan menengah justru yang bertahan ketika perusahaan-perusahaan raksasa rontok. Oleh karena itu inovasi dan pengembangan harus menyasar usaha-usaha syariah secara tepat karena mereka lah salah satu trigger motor penggerak terbesar dalam perekonomian Indonesia,” tutur Vivi.
Dengan dirinya menyediakan wadah, memberikan bimbingan, dan segala yang diperlukan oleh industri-industri kreatif syariah di sektor fesyen dan food di daerah, agar bisa maju dan menghasilkan produk berkualitas internasional. Apakah nantinya Vivi tidak merasa khawatir usaha yang dilakukan ini dikemudian hari akan menjadi pesaingnya sebagai pelaku di bidang industri fesyen?
“Kalau saingan, saya sih bersyukur kalau menjadi bibit unggul. Saya mikirnya rezeki itu sudah ada kotaknya tempatnya masing masing. Enggak ada akan menggeser apapun. Apalagi dalam ekonomi syariah enggak ada kata saingan. Simbiosis mutualisme, saya bergerak di bidang ini, teman-teman lain fokus di lain. Semua punya pasar masing-masing,” kata Vivi sembari tersenyum.
(alv)