Jepang yang Kian Friendly dengan Turis Muslim

Senin, 22 Oktober 2018 - 13:49 WIB
Jepang yang Kian Friendly dengan Turis Muslim
Jepang yang Kian Friendly dengan Turis Muslim
A A A
JEPANG semakin ramah terhadap turis muslim. Sejumlah fasilitas penunjang disediakan bagi para turis. Yang paling terasa adalah disediakannya tempat ibadah di sejumlah ruang publik dan makanan halal.

KORAN SINDO membuktikan hal itu ketika berkunjung ke Negeri Sakura pada akhir September hingga awal Oktober 2018. Bersama beberapa rekan media, KORAN SINDO berkunjung ke Jepang atas undangan Japan National Tourism Organization (JNTO).

Pesawat JAL yang kami tumpangi landing dengan mulus di Bandara Narita. JAL menggunakan Boeing 787-9 (789) dan Boeing 787-8 (778) untuk rute Jakarta-Jepang. Pesawat ini merupakan yang terbaru dengan nama terkenalnya Dreamliner. Jenis pesawat lainnya rute Jakarta-Jepang yakni Boeing 777-300 (773) dan Boeing 777-200 (772) berjuluk “Triple Seven” yang hemat bahan bakar dengan tingkat kebisingan rendah.

Karena masih pagi, KORAN SINDO menuju musala yang disediakan di dekat pintu keluar bandara. Musala tersebut cukup luas layaknya musala di tempattempat keramaian di Indonesia. Di dalamnya disediakan tempat wudu dan sajadah.
Jepang yang Kian Friendly dengan Turis Muslim
Kita juga bisa tidur-tiduran di sini. Karena cukup lapang, musala tersebut nyaman untuk rebahan, mencoba rileks setelah penat duduk di pesawat selama penerbangan dari Jakarta. Kebetulan sampai di Bandara Narita masih terlalu pagi, kami bisa istirahat sepuasnya di sini sambil menunggu waktu agak siang.

Fasilitas musala juga disediakan pengelola Bandara Internasional Naha, Okinawa. Meski lebih kecil dari Bandara Narita dan letaknya agak terpencil, musala tersebut sangat menarik. Di desain ala Jepang, musala mungil itu terlihat eksotis.

Pintunya model geser dengan garis-garis kayu yang menonjol simetris, sangat berbeda dengan musala yang biasanya bergaya Timur Tengah. Makanannya pun sangat bersahabat dengan turis muslim. Misalnya, ramen di Honolu Ramen di Ebisu, Tokyo.

Tempat makan ini adalah tempat yang kami kunjungi pertama kali saat mendarat di Tokyo. Terletak beberapa puluh meter dari jalan raya, tempat makan ini tidak besar, tetapi makanan yang disajikan halal dan tentu nikmat banget.

KORAN SINDO mencoba ramen spicy. Kuah dari kaldu ayamnya begitu kental dengan daging ayam cincang di atasnya. Di tengah udara panas Tokyo, menyeruput kuah ramen panas dan pedas terasa begitu segar di mulut.
Jepang yang Kian Friendly dengan Turis Muslim
Sejumlah artis Indonesia yang berkunjung ke Tokyo juga sempat datang dan merasakan kelezatan ramen di sini. Testimoni dan tanda tangan mereka dipajang pemilik di dinding restoran. Sebut saja, Raisa, Ayu Ting Ting, Nikita Mirzani, Uya Kuya, dan Ikang Fauzi-Marissa Haque.

Di antara sempitnya ruangan, pemilik Honolu Ramen menyediakan tempat untuk salat. Meski tempatnya di pojok dan hanya ditutup selembar lain memutar, cukup untuk turis muslim menjalankan salat.

Di situ disediakan sajadah serta sarung dan mukena. Tidak hanya di bandara, di pelabuhan penyeberangan Pulau Ishigaki ke Iriomote (kedua pulau di wilayah Okinawa) juga begitu welcome dengan muslim. Meski tidak menyediakan tempat khusus beribadah, jika kita bertanya kepada pengelola pelabuhan tempat salat, mereka akan menyediakan satu ruangan untuk beribadah bagi muslim.

Memang tidak ada petunjuk arah kiblat. Maka itu, disarankan muslim membawa kompas atau memasang aplikasi kompas di smartphone-nya. Di Okinawa yang menjadi tujuan utama kami ke Jepang, sejumlah restoran juga sangat bersahabat dengan turis muslim.

Meski belum banyak yang order makanan khusus, mereka sudah prepare jika sewaktu-waktu ada turis muslim datang. Di Ryu-Tan Restaurant, Pacific Hotel Okinawa, misalnya, mereka sudah bersiap dengan kedatangan turis muslim. Di sini kami menikmati steak dan nasi.

Yang unik, ada dua pilihan menu untuk menemani steak; roti dan nasi, bukan kentang. Beef steak menjadi favorit muslim. Shiroma Seiji, chef Ryu-Tan Restaurant, mengatakan, daging yang disediakan halal, baik saat penyembelihan sapi maupun proses penyajian. Memang peralatan makan di sini masih campur antara halal dan nonhalal.
Jepang yang Kian Friendly dengan Turis Muslim
Jika turis muslim tidak mau menggunakan peralatan makan yang disediakan, pengelola restoran akan menyediakan peralatan sekali pakai. “Namun, jika dua minggu sebelum kedatangan turis muslim sudah order, kami bisa siapkan peralatan khusus. Mau pesan apa pun akan kami sediakan.

Restoran ini memang belum bersertifikat halal, tetapi kami sudah muslim friendly,” ujar Shiroma Seiji. Di Okinawa Grand Mer Resort malah lebih ramah lagi. Memang tempat ini belum memiliki sertifikat halal. Namun, mereka sudah sangat ramah dengan turis muslim. Hotel ini dilengkapi petunjuk arah kiblat dan disediakan sajadah.

Untuk makanan, chef-nya sudah memiliki sertifikat halal. Alat masak juga dipisahkan antara makanan halal dan nonhalal. Apalagi, bahan makanan maupun bumbunya dijamin semua halal. Chef Takehiko Hamaji yang menjadi kepala chef paham betul tentang seluk-beluk makanan halal.
Jepang yang Kian Friendly dengan Turis Muslim
Hal ini tidak berlebihan. Takehiko pernah menjadi chef di Kedubes Jepang untuk Brunei Darussalam. “Meski muslim datang mendadak, kami bisa menyediakan makanan halal, termasuk peralatannya, sendok, maupun piring,” katanya. Di sini kami menikmati sushi yang kami bikin sendiri, nikmat sekali, termasuk berbagai makanan penyertanya.

“Kalau ada tamu muslim yang datang, saya yang tangani langsung makanannya,” ujarnya. Tahun lalu sekitar 200 muslim menikmati hidangan di sini. Memang belum banyak. “Tetapi, mumpung belum banyak, alangkah baiknya kami bersiap semuanya,” ujarnya.
(poe,afs)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4318 seconds (0.1#10.140)