Sri Lanka, Negara Terbaik Dikunjungi Tahun Depan

Jum'at, 26 Oktober 2018 - 09:17 WIB
Sri Lanka, Negara Terbaik Dikunjungi Tahun Depan
Sri Lanka, Negara Terbaik Dikunjungi Tahun Depan
A A A
HAMPIR 10 tahun setelah berakhirnya perang saudara, Sri Lanka dinobatkan sebagai negara terbaik di dunia untuk dikunjungi tahun depan oleh Lonely Planet .

Jalur transportasi yang lebih baik, hotel-hotel baru, dan semakin banyak kegiatan disebut sebagai alasan negara di Asia Selatan ini dipilih sebagai tempat tujuan wisata teratas dalam penghargaan tahunan Lonely Planet’s Best in Travel.

Negara ini sudah terkenal oleh para pelancong pemberani karena campuran agama dan budaya, kuil-kuilnya yang tidak lekang oleh waktu, satwa liarnya yang kaya dan mudah diakses, tempat berselancarnya yang berkembang, dan orang-orangnya yang ramah setelah konflik sosial puluhan tahun.

"Ini adalah sebuah negara yang dihidupkan kembali,“ ungkap penulis Lonely Planet, Ethan Gelber, dalam buku Best in Travel 2019, yang baru saja diterbitkan beberapa hari lalu.

Sri Lanka dianggap mampu memberikan pengalaman wisata yang luar biasa dan “tidak masuk akal”. Termasuk satwa liar, seperti pengumpulan 300 gajah di Taman Nasional Minneriya, monumen Buddha berusia ribuan tahun, perjalanan mendaki, dan naik kereta melalui perkebunan teh Hill Country.

Joe Bindloss, editor Lonely Planet untuk Sri Lanka, mengatakan kepada Huffington Post Inggris bahwa Sri Lanka memiliki momen penting. “Setelah hari-hari gelap selama Perang Sipil, Sri Lanka lebih mudah diakses. Infrastruktur dan transportasi pariwisata semakin baik, bahkan di utara dan timur sudah matang untuk eksplorasi, membuka daerahdaerah yang terlarang untuk pelancong,” urainya.

Menurut Lonely Planet, setiap tahun, daftar Lonely Planetís Best in Travel dimulai dengan beberapa nomine dari komunitas editor, peneliti, penduduk setempat, dan para influencer, lalu diputuskan dan diberi peringkat oleh panel juri.

Lonely Planetís Best in Travel mencantumkan 10 negara, kota, dan wilayah teratas untuk tahun depan. Jerman menduduki peringkat kedua dalam daftar negara dan Zimbabwe berada di posisi ketiga. Di posisi kelima adalah Kyrgyzstan yang baru saja memiliki rute tracking sepanjang 2.700 km.

Bagaimana dengan Indonesia? Negara ini ada di posisi ke-7. Lonely Planet menulis, Indonesia dinilai menawarkan beragam pengalaman, mulai resor ramah lingkungan yang menawarkan pertemuan dengan orangutan di Sumatera hingga tradisi kesukuan Papua.

Lebih dari 17.000 pulau membentuk percampuran budaya, masakan, dan agama di seluruh Nusantara. Sementara itu, untuk kota nomor satu tujuan wisata teratas tahun depan diraih Kopenhagen (Denmark) berkat desainnya yang terkenal di dunia. Sementara Lembah Silikon China, Shenzhen, dan Novi Sad di Serbia menempati posisi kedua dan ketiga.

Kunjungan ke Sri Lanka Melonjak

Adapun kunjungan wisatawan ke Sri Lanka meningkat secara dramatis sejak akhir konflik selama 26 tahun, dari 447.890 pada 2009 menjadi tertinggi sepanjang masa, yakni 2,1 juta pada tahun lalu.

Badan Pengembangan Pariwisata Sri Lanka berharap angka ini akan meningkat dua kali lipat pada 2020. Renovasi yang dibuat untuk sistem kereta api telah membuka Jaffna dan sebagian besar wilayah utara untuk pertama kalinya sejak 1990.

Padahal, sebelumnya daerah ini dianggap terlalu berbahaya bagi para turis. Rute kereta api yang indah di Sri Lanka dianggap sebagai yang terbaik di dunia. Jalan raya juga telah dibangun sejauh selatan Matara.

Jumlah rute penerbangan domestik pun meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Termasuk, penerbangan dari ibu kota Kolombo di pantai barat ke Batticaloa di sisi berlawanan pulau itu dapat ditempuh hanya dalam waktu 45 menit.

Selain itu, ada investasi besar dalam akomodasi pengunjung baru, mulai homestay hingga penginapan retret kelas atas. Seperti gedung mirip Wild Coast Lodge di Taman nasional Yala, jaringan hotel internasional utama, termasuk Shangri-La, Movenpick, Sheraton, dan Grand Hyatt, semuanya membuka properti baru di sana.

Pemandangan berselancar di Sri Lanka terus bertumbuh karena semakin banyak pantai yang dapat diakses. Tidak hanya itu, operator tur kini menawarkan pendakian hutan, di samping liburan yoga dengan perawatan Ayurveda tradisional.

Ada juga banyak atraksi gratis, termasuk ritual puja berwarna-warni di puncak Bukit Koneswaram Kovil di Trincomalee di timur laut, Pasar utama Pettah di Kolombo, dan tembok yang dibentengi di sekeliling Kota Tua Galle di selatan.

Di sisi lain, overtourism ini membuat keprihatinan cukup besar dari beberapa konservasionis di daerahdaerah tertentu. “Pariwisata adalah generator pendapatan utama bagi negara. Sayangnya, banyak pariwisata kami terfokus pada jumlah wisatawan, (bukan) investasi yang mereka buat di negara ini,” kata Asha de Vos, ahli biologi kelautan dan pendiri organisasi konservasi Oceanswell yang berbasis di Sri Lanka.

De Vos mengatakan, pembangunan memengaruhi kawasan pesisir dan taman nasional khususnya, karena kapasitas telah dilampaui pada musim puncak dan menyebabkan peningkatan polusi sampah yang tidak dibuang dengan benar.

“Untuk mengakomodasi jumlahnya, kami membangun lebih banyak hotel dan infrastruktur serta mengambil alih ruang-ruang alami. Tekanan terhadap satwa liar dan situs budaya kami sangat besar dan merusak. Pembangunan berlebihan sedang berlangsung dan tidak ada habisnya. Karena kurangnya koordinasi dan perencanaan, banyak hotel kosong,” bebernya dikutip The Guardian .

Dia percaya pariwisata di Sri Lanka dapat bermanfaat, tetapi pemerintah juga perlu mengatur, mendidik, memiliki visi jangka panjang, dan melindungi area pemba ngunan yang berlebihan. “Keberlanjutan harus menjadi inti setiap produk pariwisata yang dibuat,” ujarnya.
(don)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6705 seconds (0.1#10.140)