Jaga Eksistensi Keroncong, Indra Utami Luncurkan Mustika Indonesia
A
A
A
JAKARTA - Semangat untuk melestarikan keroncong sebagai musik asli Nusantara membuat penyanyi keroncong Indra Utami Tamsir enggan untuk berhenti berkarya. Satu-satunya pejuang keroncong kekinian di era millennial ini pun berhasil menelurkan dokumentasi karya terbaru yang diberi titel "Mustika Indonesia".
Lewat album barunya itu, Indra Utama memiliki keinginan yang kuat untuk menunjukkan eksistensi dan totalitasnya dalam memperkenalkan musik keroncong pada semua pihak terutama generasi muda. Di sampingi itu, lewat album ini dia ingin serta mendedikasikan albumnya untuk menghormati pahlawan dalam tiga lagu.
Album "Mustika Indonesia" mencoba untuk semakin mendekatkan musik keroncong kepada anak muda lewat aransemen berbeda, dengan meng-cover lagu-lagu lama, sama seperti album sebelumnya "Wanita Indonesia". Baginya, tajuk "Mustika Indonesia" itu menunjukkan keagungan sekaligus keanggunan musik keroncong.
"Bagi saya musik keroncong itu keagungan musik yang menawan karena saya menyanyi keroncong bisa menawan hati orang lain, di mana saya ingat di Alexandria Mesir nyanyi begitu memukau penonton dan menghadirkan sebuah karya agung berkelas," ujarnya menjawab pertanyaan dari SINDO dalam jumpa pers di kawasan Dharmawangsa, Jakarta, Kamis (29/11).
"Dan musik keroncong seperti berlian yang indah jadi batu permata yang indah benturkan di negeri sendiri dengan budaya bukan asli Indonesia. Jadi, masyarakat Indonesia harus bangga dengan musik keroncong," lanjut penyanyi yang dijuluki The Next Waldjinah tersebut.
Indra Utami memaparkan bahwa di album barunya memang belum ada lagu baru, sehingga peraih penghargaan AMI Award untuk Penyanyi Keroncong Wanita Terbaik itu kerap menggunakan lagu-lagu keroncong lawas di albumnya. Kebiasaan itu bahkan dilakukannya sejak membuat album pertama. Iut, begitu biasa dia disapa, senang mengembangkan lagu keroncong lama menjadi lagu baru.
"Saya sudah banyak ciptakan lagu keroncong tapi lagu tersebut tidak terkenal dan familiar di telinga pecinta musik keroncong, makanya saya meminta lagu kepada Tetty Supangat (project coordinator album barunya) untuk tingkat kesulitan notasi tinggi, dan menjadi tantangan tersendiri untuk saya," kata wanita kelahiran Blora, 16 Juli 1974 ini.
Sebagai seorang wanita Indonesia yang menyukai musik keroncong, Iut ingin menunjukan kepada semua orang dan dunia kalau musik keroncong itu sebagai produk budaya yang harus dijaga dan dilestarikan keberadaannya.
Menurutnya, di Indonesia banyak sekali penyanyi keroncong yang luar biasa. Penyanyi keroncong yang berusia muda pun bisa dikatakan cukup banyak. Sayangnya mereka tidak banyak diberi panggung untuk tampil luas.
"Saya mengenal musik sejak kecil dari orangtua, yang kebetulan menyukai musik asli Indonesia yaitu keroncong, karena menurut mereka musik ini perlu dijaga kelestariannya dan kini diturunkan kepada saya dan saya yakin usaha saya ini akan berhasil untuk mengembangkan musik keroncong," ungkap Iut.
"Terus terang job menyanyi keroncong ternyata tidak hanya datang dari Jawa tetapi juga dari Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi apalagi apabila dibawakan dengan aransemen baru," sambungnya.
Sementara itu, proses pembuatan album "Mustika Indonesia" berlangsung selama setahun. Iut butuh waktu agak panjang karena harus membagi waktu antara bisnis dan karier musiknya. Iut mengaku membiayai albumnya dari koceknya sendiri.
Sampul album Mustika Indonesia sengaja diberi warna favorit Iut yaitu hijau. Dia memaknai hijau seperti cakra jantung, yang artinya energi jantung manusia itu berwarna hijau muda karena cerah. Seperti musik keroncong adalah jantung hati bagi Iut.
Album anyar Iut ini juga menjadi upayanya agar musik keroncong tidak punah di tengah gempuran musik pop lokal dan mancanegara. Konsistensi Iut semakin menyala sepulangnya dari Mesir pada Mei 2018. Dia pun menggelar lomba Vokal Keroncong Wanita Berkebaya Tingkat Nasional.
"Saya ingin kembali melihat zaman kejayaan irama keroncong masa lampau yang begitu anggun dengan kebaya dan konde penyanyinya. Menggambarkan kelembutan wanita Indonesia yang bersahaja, namun memiliki energi yang luar biasa," tutur Tami.
Selain mampu menyanyikan lagu keroncong, ibu dari musisi dan aktris muda Tara Adia ini mempunyai segudang pengalaman di bidang tarik suara, mulai dari yang bergenre pop, dangdut, hingga langgam Jawa dan keroncong. Selain itu, dia juga dikenal sebagai pengusaha.
"Melestarikan irama keroncong dengan segala kendalanya merupakan perjuangan saya. Seni keroncong sangat indah sehingga lomba musik keroncong ini sedikit bisa menyejukkannya," tukas Iut, yang pernah mengharumkan nama Indonesia kala mengumandangkan Bengawan Solo pada Festival Ramadhan 2018 Mesir di Alexandria, Mei lalu.
Lewat album barunya itu, Indra Utama memiliki keinginan yang kuat untuk menunjukkan eksistensi dan totalitasnya dalam memperkenalkan musik keroncong pada semua pihak terutama generasi muda. Di sampingi itu, lewat album ini dia ingin serta mendedikasikan albumnya untuk menghormati pahlawan dalam tiga lagu.
Album "Mustika Indonesia" mencoba untuk semakin mendekatkan musik keroncong kepada anak muda lewat aransemen berbeda, dengan meng-cover lagu-lagu lama, sama seperti album sebelumnya "Wanita Indonesia". Baginya, tajuk "Mustika Indonesia" itu menunjukkan keagungan sekaligus keanggunan musik keroncong.
"Bagi saya musik keroncong itu keagungan musik yang menawan karena saya menyanyi keroncong bisa menawan hati orang lain, di mana saya ingat di Alexandria Mesir nyanyi begitu memukau penonton dan menghadirkan sebuah karya agung berkelas," ujarnya menjawab pertanyaan dari SINDO dalam jumpa pers di kawasan Dharmawangsa, Jakarta, Kamis (29/11).
"Dan musik keroncong seperti berlian yang indah jadi batu permata yang indah benturkan di negeri sendiri dengan budaya bukan asli Indonesia. Jadi, masyarakat Indonesia harus bangga dengan musik keroncong," lanjut penyanyi yang dijuluki The Next Waldjinah tersebut.
Indra Utami memaparkan bahwa di album barunya memang belum ada lagu baru, sehingga peraih penghargaan AMI Award untuk Penyanyi Keroncong Wanita Terbaik itu kerap menggunakan lagu-lagu keroncong lawas di albumnya. Kebiasaan itu bahkan dilakukannya sejak membuat album pertama. Iut, begitu biasa dia disapa, senang mengembangkan lagu keroncong lama menjadi lagu baru.
"Saya sudah banyak ciptakan lagu keroncong tapi lagu tersebut tidak terkenal dan familiar di telinga pecinta musik keroncong, makanya saya meminta lagu kepada Tetty Supangat (project coordinator album barunya) untuk tingkat kesulitan notasi tinggi, dan menjadi tantangan tersendiri untuk saya," kata wanita kelahiran Blora, 16 Juli 1974 ini.
Sebagai seorang wanita Indonesia yang menyukai musik keroncong, Iut ingin menunjukan kepada semua orang dan dunia kalau musik keroncong itu sebagai produk budaya yang harus dijaga dan dilestarikan keberadaannya.
Menurutnya, di Indonesia banyak sekali penyanyi keroncong yang luar biasa. Penyanyi keroncong yang berusia muda pun bisa dikatakan cukup banyak. Sayangnya mereka tidak banyak diberi panggung untuk tampil luas.
"Saya mengenal musik sejak kecil dari orangtua, yang kebetulan menyukai musik asli Indonesia yaitu keroncong, karena menurut mereka musik ini perlu dijaga kelestariannya dan kini diturunkan kepada saya dan saya yakin usaha saya ini akan berhasil untuk mengembangkan musik keroncong," ungkap Iut.
"Terus terang job menyanyi keroncong ternyata tidak hanya datang dari Jawa tetapi juga dari Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi apalagi apabila dibawakan dengan aransemen baru," sambungnya.
Sementara itu, proses pembuatan album "Mustika Indonesia" berlangsung selama setahun. Iut butuh waktu agak panjang karena harus membagi waktu antara bisnis dan karier musiknya. Iut mengaku membiayai albumnya dari koceknya sendiri.
Sampul album Mustika Indonesia sengaja diberi warna favorit Iut yaitu hijau. Dia memaknai hijau seperti cakra jantung, yang artinya energi jantung manusia itu berwarna hijau muda karena cerah. Seperti musik keroncong adalah jantung hati bagi Iut.
Album anyar Iut ini juga menjadi upayanya agar musik keroncong tidak punah di tengah gempuran musik pop lokal dan mancanegara. Konsistensi Iut semakin menyala sepulangnya dari Mesir pada Mei 2018. Dia pun menggelar lomba Vokal Keroncong Wanita Berkebaya Tingkat Nasional.
"Saya ingin kembali melihat zaman kejayaan irama keroncong masa lampau yang begitu anggun dengan kebaya dan konde penyanyinya. Menggambarkan kelembutan wanita Indonesia yang bersahaja, namun memiliki energi yang luar biasa," tutur Tami.
Selain mampu menyanyikan lagu keroncong, ibu dari musisi dan aktris muda Tara Adia ini mempunyai segudang pengalaman di bidang tarik suara, mulai dari yang bergenre pop, dangdut, hingga langgam Jawa dan keroncong. Selain itu, dia juga dikenal sebagai pengusaha.
"Melestarikan irama keroncong dengan segala kendalanya merupakan perjuangan saya. Seni keroncong sangat indah sehingga lomba musik keroncong ini sedikit bisa menyejukkannya," tukas Iut, yang pernah mengharumkan nama Indonesia kala mengumandangkan Bengawan Solo pada Festival Ramadhan 2018 Mesir di Alexandria, Mei lalu.
(nug)