Resmikan Desa Susu, FFI Dukung Modernisasi Peternakan Sapi Perah
A
A
A
SUBANG - Dalam upaya memenuhi target Pemerintah Indonesia untuk mencapai 40 persen dari kebutuhan susu domestik pada 2025, Frisian Flag Indonesia dengan dukungan dari sejumlah pihak mendirikan "Dairy Village" (Desa Susu) yang terletak di Ciater, Subang, Jawa Barat.
Dairy Village independen pertama di Indonesia yang secara resmi dibuka pada Selasa (11/12) itu merupakan proyek percontohan untuk pertanian modern dan berkelanjutan. Masa depan dari para peternak sapi perah lokal diharapkan bisa memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi dan ketahanan pangan dalam negeri.
Di samping melibatkan Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Lembang, Jawa Barat, FFI dalam membangun Dairy Village ini juga menggandeng PTPN VIII, Kementerian Pertanian, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Kementerian Perindustrian, serta Pemerintah Belanda.
"Kita berharap industri sapi perah, produksinya bisa meningkat hingga 20 liter/ekor/hari. Pada akhirnya, meningkatkan kesejahteraan peternak sapi perah lokal," ungkap Presiden Direktur FFI, Maurits Klavert di Ciater.
Maurits Klavert menambahkan bahwa dengan adanya Dairy Village menjadi inspirasi mendorong semua pihak di Indonesia mampu mendorong industri susu dalam negeri.
Dengan catatan konsumsi susu 10 L/kapita pada 2009, Pemerintah Indonesia menargetkan catatan itu tersebut bisa meningkat hingga menjadi 23 L/kapita pada 2025. Sehingga untuk bisa memenuhi hal tersebut, maka Dairy Village bisa menjadi salah satu solusinya.
Menurut Maurits Klavert, di Dairy Village, peternak sapi perah KPSBU Lembang akan mempelajari praktik peternakan sapi perah yang baik secara intensif, yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produsi sapi perah.
"Lebih penting lagi, keberadaan Dairy Village dapat membantu peternak sapi perah meningkatkan keterampilan manajerial mereka, sehingga mereka bisa menjadi pengusaha sukses dalam peternakan sapi perah sebagai bukti nyata di masa depan," papar Maurits.
Sebelum adanya Dary Village, sebagaimana diungkapkan Ketua KPSBU Lembang, Dedi Setiadi, para peternak biasa beternak secara otodidak atau sederhana. Namun, dengan adanya Dairy Village bisa menjadi lebih modern. "Ini bisa menjadi role model peternakan sapi perah di seluruh Indonesia," imbuhnya.
Melalui program ini, selain produktivitas bisa lebih tinggi, kebersihan lebih terjaga atau lebih higienis.
"Meningkatkan produktivitas, meningkatkan perekonomian, memberikan keuntungan buat para peternak di Indonesia. Dengan Dairy Village, produktivitas tinggi, kebersihan terjaga, dan peternak sejahtera," kata Dedi Setiadi.
Sementara itu, Maurits menambahkan, di samping memberikan pelatihan intensif terhadap para peternak sapi perah, Dairy Village juga menawarkan beberapa manfaat bagi anggota koperasi yang bergabung dengan Dairy Village, yakni para peternak bisa memperoleh pinjaman dari bank mitra untuk membeli sapi.
"Anggota koperasi yang menempatkan sapinya di Dairy Village juga memiliki kesempatan untuk memiliki saham Dairy Village hingga 25 persen, syarat dan ketentuan berlaku," terang Maurits.
"Dengan hadirnya Dairy Village diharapkan dapat menaikkan pendapatan peternak dari Rp500.000/sapi/bulan menjadi Rp900.000/sapi/bulan, setelah lima tahun," lanjutnya.
Pada saat yang sama, Counsellor for Agriculture dari Kedutaan Besar Kerajaan Belanda, Louis Beijer mengutarakan bahwa Pemerintah Belanda sangat bisa memberikan bantuan atau dukungan terhadap program Dairy Village tersebut. "Pemerintah Belanda mendukung setiap inisiatif yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan peternak di Indonesia," tandasnya. Louis Baijer pun memaparkan bahwa peternak sapi perah menjadi salah satu fokus dari pemerintahnya.
"Kami telah membangun kemitraan strategis dengan Frisian Flag Indonesia melalui dukungan FrieslandCampina selama lebih dari 95 tahun dan melalui dukungan pilar 'Sustainable Welfare' dari proyek FDOV. Kami optimis bahwa pendirian Dairy Village akan membuka peluang baru bagi pertumbuhan industri susu dan masa depan peternakan sapi perah Indonesia," tutur Louis Baijer, yang mengaku baru dua bulan ini bertugas di Indonesia.
FDOV sendiri adalah fasilitas untuk kewirausahaan dan keamanan pangan berkelanjutan. Fasilitas milik Kementerian Luar Negeri Belanda ini bertujuan untuk memperkuat sektor swasta di negara berkembang dan untuk meningkatkan ketahanan pangan melalui kerjasama pemerintah-swasta.
Dairy Village independen pertama di Indonesia yang secara resmi dibuka pada Selasa (11/12) itu merupakan proyek percontohan untuk pertanian modern dan berkelanjutan. Masa depan dari para peternak sapi perah lokal diharapkan bisa memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi dan ketahanan pangan dalam negeri.
Di samping melibatkan Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Lembang, Jawa Barat, FFI dalam membangun Dairy Village ini juga menggandeng PTPN VIII, Kementerian Pertanian, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Kementerian Perindustrian, serta Pemerintah Belanda.
"Kita berharap industri sapi perah, produksinya bisa meningkat hingga 20 liter/ekor/hari. Pada akhirnya, meningkatkan kesejahteraan peternak sapi perah lokal," ungkap Presiden Direktur FFI, Maurits Klavert di Ciater.
Maurits Klavert menambahkan bahwa dengan adanya Dairy Village menjadi inspirasi mendorong semua pihak di Indonesia mampu mendorong industri susu dalam negeri.
Dengan catatan konsumsi susu 10 L/kapita pada 2009, Pemerintah Indonesia menargetkan catatan itu tersebut bisa meningkat hingga menjadi 23 L/kapita pada 2025. Sehingga untuk bisa memenuhi hal tersebut, maka Dairy Village bisa menjadi salah satu solusinya.
Menurut Maurits Klavert, di Dairy Village, peternak sapi perah KPSBU Lembang akan mempelajari praktik peternakan sapi perah yang baik secara intensif, yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produsi sapi perah.
"Lebih penting lagi, keberadaan Dairy Village dapat membantu peternak sapi perah meningkatkan keterampilan manajerial mereka, sehingga mereka bisa menjadi pengusaha sukses dalam peternakan sapi perah sebagai bukti nyata di masa depan," papar Maurits.
Sebelum adanya Dary Village, sebagaimana diungkapkan Ketua KPSBU Lembang, Dedi Setiadi, para peternak biasa beternak secara otodidak atau sederhana. Namun, dengan adanya Dairy Village bisa menjadi lebih modern. "Ini bisa menjadi role model peternakan sapi perah di seluruh Indonesia," imbuhnya.
Melalui program ini, selain produktivitas bisa lebih tinggi, kebersihan lebih terjaga atau lebih higienis.
"Meningkatkan produktivitas, meningkatkan perekonomian, memberikan keuntungan buat para peternak di Indonesia. Dengan Dairy Village, produktivitas tinggi, kebersihan terjaga, dan peternak sejahtera," kata Dedi Setiadi.
Sementara itu, Maurits menambahkan, di samping memberikan pelatihan intensif terhadap para peternak sapi perah, Dairy Village juga menawarkan beberapa manfaat bagi anggota koperasi yang bergabung dengan Dairy Village, yakni para peternak bisa memperoleh pinjaman dari bank mitra untuk membeli sapi.
"Anggota koperasi yang menempatkan sapinya di Dairy Village juga memiliki kesempatan untuk memiliki saham Dairy Village hingga 25 persen, syarat dan ketentuan berlaku," terang Maurits.
"Dengan hadirnya Dairy Village diharapkan dapat menaikkan pendapatan peternak dari Rp500.000/sapi/bulan menjadi Rp900.000/sapi/bulan, setelah lima tahun," lanjutnya.
Pada saat yang sama, Counsellor for Agriculture dari Kedutaan Besar Kerajaan Belanda, Louis Beijer mengutarakan bahwa Pemerintah Belanda sangat bisa memberikan bantuan atau dukungan terhadap program Dairy Village tersebut. "Pemerintah Belanda mendukung setiap inisiatif yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan peternak di Indonesia," tandasnya. Louis Baijer pun memaparkan bahwa peternak sapi perah menjadi salah satu fokus dari pemerintahnya.
"Kami telah membangun kemitraan strategis dengan Frisian Flag Indonesia melalui dukungan FrieslandCampina selama lebih dari 95 tahun dan melalui dukungan pilar 'Sustainable Welfare' dari proyek FDOV. Kami optimis bahwa pendirian Dairy Village akan membuka peluang baru bagi pertumbuhan industri susu dan masa depan peternakan sapi perah Indonesia," tutur Louis Baijer, yang mengaku baru dua bulan ini bertugas di Indonesia.
FDOV sendiri adalah fasilitas untuk kewirausahaan dan keamanan pangan berkelanjutan. Fasilitas milik Kementerian Luar Negeri Belanda ini bertujuan untuk memperkuat sektor swasta di negara berkembang dan untuk meningkatkan ketahanan pangan melalui kerjasama pemerintah-swasta.
(nug)