Film Mary Poppins Return Juga Menampilka Busana Klasik
A
A
A
Film Mary Poppins Return tak hanya menampilkan kisah klasik pengasuh supernatual namun juga inspirasi busana bergaya Edwardian. Kostum klasik bergaya era 30-an ini ternyata dapat di ciptakan ulang menjadi busana yang trendi dan kekinian.
Film yang disutradarai oleh Rob Marshall ini bukanlah remake melainkan sebuah sekuel. Seri asli Mary Poppins yang ditulis oleh P.L.Travers memang terdari dari enam buku. Film pertamanya pada 1964 menggabungkan bagian-bagian dari dua buku pertama.
Sementara Mary Poppins Return bersetting waktu dua puluh empat tahun kemudian. Film yang akan ditayangkan pada 25 Desember 2018 tersebut mengambil setting waktu di Era Depresi yang menyerang London. Tokoh Jane dan Michael Banks diceritakan sudah dewasa dan memiliki tiga anak.
Film drama musikal ini tidak hanya menampilkan kisah keluarga yang menghibur namun juga kostum busana yang inspiratif. Sang desainer kostum Sandy Powell, tak perlu diragukan lagi kemampuannya. Perancang kostum ini tela memenagkan tiga Academy Award untuk kategori desain kostum.
Menurut Powell Mary Poppins memiliki gaya ikonik yakni kombinasi rok pensil dan blus. Gaya kalsik nan abadi ini telah terbukti bertahan dalam ujian waktu. Powell berusaha memberikan sentuhan tampilan yang lebih modern.
“Blus sutra dengan garis leher dan aksen ruffles terasa feminin dan tidak pernah gagal untuk menarik perhatian dalam warna merah terang atau pola bergaris tebal,” ujar Powell seperti yang dilansir dari vogue.co.uk.
Era busana menjadi pertimbangan yang cukup krusial bagi Powell untuk merancang busana tokoh yang diperankan Emily Blunt tersebut. Menurut Powell, film asli dibuat dalam periode Edwardian, dengan sentuhan busana 1960-an.
Powell menjelaskan, gaya pada periode Edwardian adalah gaya yang berkembang pada awal abad ke-20. Gaya ini berkembang pesat di Inggris dan menjadi tanda akhir priode Victoria yang didominasi gaun-gaun dramatis.
Bahan-bahan ringan seperti chiffonm crepe de chine, dan lace, diperlukan untuk menampilkan kesan modis yang ringan, gesit, dan santai walau masih mengenakan korset.
Kesan modern pada Mary Poppins diperlihatkan Powell pada penggunaan mantel. Gaya busana orang-orang London dengan mantel ditempatkan tepat di atas pergelangan kaki.
“Saya ingin melakukan sesuatu yang serupa dan sebenarnya pada tahun 1934. Pada era tersebut perempuan menggunakan mantel dengan garis tepi yang lebih panjang,” ujar Powell.
Untuk warna, Powell mempertimbagkan warna-warna yang bagus saat dikenakan Emily Blunt. Awalnya, dia ingin menggunakan biru navy namun sayangnya, biru navy akan tampak terlihat seperti warna hitam ketika terkena sorot lampu kamera dari kejauhan.
“Saya tidak ingin biru navy karena terlalu keras dan benar-benar terlihat di kamera sebagai hitam,” ujar Powell.
Powell akhirnya menciptakan tone warna biru yang dari kejauhan berwarna biru gelap dan kemudian ketika semakin dekat yang terlihat adalah biru ternag. “Motif polkadot warna merah dan hitam memberikan detail yang kuat namun tidak berlebihan,” ujar Powell.
Untuk topi, Powell terinspirasi dari topi era 1930-an. Pilihan warna biru atau merah menjadi kombinasi yang tepat bagi ksoetum yang berwarna cenderung gelap.
“Ketika saya bertemu dengan Emily, saya mencobakan beberapa rok, gaun, blus, mantel, topi yang berbeda tahun 1930-an. Ini sebagai titik awal untuk melihat apa yang akan cocok pada Emily,” ujar Powell.
Seolah dapat membaca tren, sejumlah desainer papan ats pun menghadirkan busana bergaya Edwardian yang cukup mirip dengan gaya busana Mary Poppins.
Busana maupun aksesoris ikonik tersebut telah ditampilkan di peragaan busana koleksi Fall/Winter 2018 ataupun Spring/Summer 2019.
Menurut fashion editor, Jessica Bumpus di peragaan busana Erdem dan Simone Rocha, topi dibalut dan dihias dengan gaya peternak lebah yang rumit. Sementara di Moschino dan Alexandre Vauthier topi dirancang ulang dengan memiliki daya tarik khas gaya 80-an.
Sementara itu Marc Jacobs mengkombinasi topi dengan bentuk yang lebih lebar dan warna yang lebih cerah. “Koleksi topi Moschino memiliki sedikit karikatur yang berani,“ ujar Bumpus.
Ada pun rok bergaya Edwardian ditampilkan di peragaan busana Olivier Theyskens, Chanel, Givenchy dan Dior. Sementara itu bahu dengan aksen ruffles terlihat di peragaan busana Lorenzo Serafini dan John Galliano
Film yang disutradarai oleh Rob Marshall ini bukanlah remake melainkan sebuah sekuel. Seri asli Mary Poppins yang ditulis oleh P.L.Travers memang terdari dari enam buku. Film pertamanya pada 1964 menggabungkan bagian-bagian dari dua buku pertama.
Sementara Mary Poppins Return bersetting waktu dua puluh empat tahun kemudian. Film yang akan ditayangkan pada 25 Desember 2018 tersebut mengambil setting waktu di Era Depresi yang menyerang London. Tokoh Jane dan Michael Banks diceritakan sudah dewasa dan memiliki tiga anak.
Film drama musikal ini tidak hanya menampilkan kisah keluarga yang menghibur namun juga kostum busana yang inspiratif. Sang desainer kostum Sandy Powell, tak perlu diragukan lagi kemampuannya. Perancang kostum ini tela memenagkan tiga Academy Award untuk kategori desain kostum.
Menurut Powell Mary Poppins memiliki gaya ikonik yakni kombinasi rok pensil dan blus. Gaya kalsik nan abadi ini telah terbukti bertahan dalam ujian waktu. Powell berusaha memberikan sentuhan tampilan yang lebih modern.
“Blus sutra dengan garis leher dan aksen ruffles terasa feminin dan tidak pernah gagal untuk menarik perhatian dalam warna merah terang atau pola bergaris tebal,” ujar Powell seperti yang dilansir dari vogue.co.uk.
Era busana menjadi pertimbangan yang cukup krusial bagi Powell untuk merancang busana tokoh yang diperankan Emily Blunt tersebut. Menurut Powell, film asli dibuat dalam periode Edwardian, dengan sentuhan busana 1960-an.
Powell menjelaskan, gaya pada periode Edwardian adalah gaya yang berkembang pada awal abad ke-20. Gaya ini berkembang pesat di Inggris dan menjadi tanda akhir priode Victoria yang didominasi gaun-gaun dramatis.
Bahan-bahan ringan seperti chiffonm crepe de chine, dan lace, diperlukan untuk menampilkan kesan modis yang ringan, gesit, dan santai walau masih mengenakan korset.
Kesan modern pada Mary Poppins diperlihatkan Powell pada penggunaan mantel. Gaya busana orang-orang London dengan mantel ditempatkan tepat di atas pergelangan kaki.
“Saya ingin melakukan sesuatu yang serupa dan sebenarnya pada tahun 1934. Pada era tersebut perempuan menggunakan mantel dengan garis tepi yang lebih panjang,” ujar Powell.
Untuk warna, Powell mempertimbagkan warna-warna yang bagus saat dikenakan Emily Blunt. Awalnya, dia ingin menggunakan biru navy namun sayangnya, biru navy akan tampak terlihat seperti warna hitam ketika terkena sorot lampu kamera dari kejauhan.
“Saya tidak ingin biru navy karena terlalu keras dan benar-benar terlihat di kamera sebagai hitam,” ujar Powell.
Powell akhirnya menciptakan tone warna biru yang dari kejauhan berwarna biru gelap dan kemudian ketika semakin dekat yang terlihat adalah biru ternag. “Motif polkadot warna merah dan hitam memberikan detail yang kuat namun tidak berlebihan,” ujar Powell.
Untuk topi, Powell terinspirasi dari topi era 1930-an. Pilihan warna biru atau merah menjadi kombinasi yang tepat bagi ksoetum yang berwarna cenderung gelap.
“Ketika saya bertemu dengan Emily, saya mencobakan beberapa rok, gaun, blus, mantel, topi yang berbeda tahun 1930-an. Ini sebagai titik awal untuk melihat apa yang akan cocok pada Emily,” ujar Powell.
Seolah dapat membaca tren, sejumlah desainer papan ats pun menghadirkan busana bergaya Edwardian yang cukup mirip dengan gaya busana Mary Poppins.
Busana maupun aksesoris ikonik tersebut telah ditampilkan di peragaan busana koleksi Fall/Winter 2018 ataupun Spring/Summer 2019.
Menurut fashion editor, Jessica Bumpus di peragaan busana Erdem dan Simone Rocha, topi dibalut dan dihias dengan gaya peternak lebah yang rumit. Sementara di Moschino dan Alexandre Vauthier topi dirancang ulang dengan memiliki daya tarik khas gaya 80-an.
Sementara itu Marc Jacobs mengkombinasi topi dengan bentuk yang lebih lebar dan warna yang lebih cerah. “Koleksi topi Moschino memiliki sedikit karikatur yang berani,“ ujar Bumpus.
Ada pun rok bergaya Edwardian ditampilkan di peragaan busana Olivier Theyskens, Chanel, Givenchy dan Dior. Sementara itu bahu dengan aksen ruffles terlihat di peragaan busana Lorenzo Serafini dan John Galliano
(don)