Angkat Kearifan Lokal, 300 Karya Bersaing di Festival Film UBL
A
A
A
JAKARTA - Sebanyak 300 film dari berbagai wilayah di Indonesia bersaing dalam Festival Dokumenter Budi Luhur 2018, yang kali ini mengangkat tema Kearifan Lokal. Festival tahunan ini digelar oleh Fakultas Ilmu Komunikasi (FIKOM) Universitas Budi Luhur (UBL) Jakarta.
Ajang yang sudah memasuki tahun kelima ini terbagi dalam tiga jenis, yakni dokumenter pendek, dokumenter panjang dan dokumenter 60 detik, dengan kategori pelajar, mahasiswa dan umum.
Dari 300 judul film yang bersaing, sebanyak 113 karya kateori mahasiswa, 77 kategori pelajar dan 57 kategori umum, 6 kategori dokumenter panjang, 47 kategori 60 Detik.
"Cukup sulit menentukan pemenang, karena karya-karya yang masuk masing-masing memiliki kekuatan di sisi yang berbeda," ujar salah satu juri independen, IGP Wiranegara, yang juga juri FFI dan Eagle Documentary Award.
Di bangku juri, selain IGP Wiranegara, terdapat juga Priadi Soefjanto (fotografer professional), Gerzon Ayawaila (Guru Besar IKJ), Dandhy Laksono (pendiri Watchdoc), Tonny Trimarsanto (pendiri rumah dokumenter), Naratama Rukmanda (Creative Director VOA), serta juri tamu Lulu Ratna (co-founder Film Festival Consultant & Short Film Outreach Programmer).
Ketua Penyelenggara, Haronas Kutanto mengungkapkan jika pihaknya juga film dari luar Indonesia sebagai penambah wawasan. "Untuk menambah wawasan kearifan lokal berbagai wilayah, kami mendatangkan film tamu dari East Cinema dengan judul From The Edge of Sanity yang berasal dari Irak dan DYAB yang berasal Khurdistan Asia Timur," paparnya.
Festival Film Dokumenter ini juga mendapat apresiasi langsung dari Rektor Universitas Budi Luhur, Prof. Dr. Ir. sc.agr., Didik Sulistyanto. "Tahun pertama diadakan di tahun 2014 dengan 77 karya internal Universitas Budi Luhur, hingga tahun kelima dengan 300 karya Film dari berbagai pelosok Indonesia merupakan kemajuan yang membanggakan," cetusnya.
Dalam kegiatan ini, di samping melakukan workshop, penyelenggara juga menggelar Roadshow di sejumlah kota, seperti Solo, Yogyakarta, Bengkulu dan Mamuju. Seluruh film yang masuk harus melewati tahap screening sebelum menembus 10 besar. Selanjutnya, karya-karya tersebut masuk ke dewan juri guna disaring lagi menjadi 5 karya terbaik yang akan diputar pada malam penghargaan pekan lalu di Auditorium UBL.
Dan berikut ini adalah daftar para pemenang Festival Film Dokumenter Budi Luhur:
Kategori Dokumenter 60 detik: Juara 1 berjudul Ranta karya Lucky Arie dari Palu, Sulawesi Selatan; Juara 2 Santri dan Tradisi Besutan besutan Ahmad Fatoni (Jombang, Jawa Timur); Juara 3 Out Frame, Maulana Akbar Rosadi (Tangerang, Banten).
Kategori Dokumenter Pendek: Juara 1 Nangiang Sesuunan, I Kadek Eko Suarcaya (Institut Seni Indonesia Denpasar); Juara 2 Perisai Di Pesisir Minahasa, M Yunus (LIPI Bandung Jawa Barat); Juara 3 Tanah Akhe, Fadhilah Sari dan Nova Andiyani (Aceh Documantary, Aceh). Dokumenter Favorit Story of Mantar, Andjar Zarkhasyih (Beruga Inspiration, NTB).
Kategori Dokumenter Panjang: Juara 1 sekaligus Juara Favorit Vila Indah Padang Ilalang, Muh Fathur Razaq (MFR Studio, Karanganyar, Jawa Tengah); Juara 2 Aku Bukan Toraja, Mawa Wai Production (Toraja, Sulawesi Selatan); Juara 3 Darah Berganti Peluh Hyasint (Komunitas Film Dua Lima, Kupang, NTT).
Kategori Mahasiswa: Juara 1 Lengger, Mila Susilowati (Universitas Budi Luhur Jakarta); Juara 2 Perias Dua Belas Dentingan, Socrates Bangun (Universitas Budi Luhur Jakarta); Juara 3 Kremasi, Putu Ucead Aprianta (ISI Denpasar, Bali). Pemenang Favorit Lethek, Sofyan Faisnanto (Universitas Aisyiyah, Yogyakarta).
Kategori Pelajar: Juara 1 Penempa Bara, Sari Ning Gayatri (SMAN3 Denpasar, Bali); Juara 2 sekaligus Dokumenter Favorit Warisan Toegoe, Yoga Fairuz Fahreza (SMK Budi Luhur, Banten); Juara 3 Kampung Gemplong, Bayu Ragil Saputra (SMKN 1 Karang Gayam, Jawa Tengah).
Dalam Awarding Night ini diumumkan pula Dokumenter dengan struktur cerita terbaik yaitu Film berjudul Kesenian Reog Bantul, Karya Widya Kustiya Putri, SMKN 1 Bantul, Yogyakarta dan Sinematografi Terbaik untuk dokumenter berjudul Etanan, Karya Riandhani Yudha, Etanans Film, Jember, Jawa Timur.
Ajang yang sudah memasuki tahun kelima ini terbagi dalam tiga jenis, yakni dokumenter pendek, dokumenter panjang dan dokumenter 60 detik, dengan kategori pelajar, mahasiswa dan umum.
Dari 300 judul film yang bersaing, sebanyak 113 karya kateori mahasiswa, 77 kategori pelajar dan 57 kategori umum, 6 kategori dokumenter panjang, 47 kategori 60 Detik.
"Cukup sulit menentukan pemenang, karena karya-karya yang masuk masing-masing memiliki kekuatan di sisi yang berbeda," ujar salah satu juri independen, IGP Wiranegara, yang juga juri FFI dan Eagle Documentary Award.
Di bangku juri, selain IGP Wiranegara, terdapat juga Priadi Soefjanto (fotografer professional), Gerzon Ayawaila (Guru Besar IKJ), Dandhy Laksono (pendiri Watchdoc), Tonny Trimarsanto (pendiri rumah dokumenter), Naratama Rukmanda (Creative Director VOA), serta juri tamu Lulu Ratna (co-founder Film Festival Consultant & Short Film Outreach Programmer).
Ketua Penyelenggara, Haronas Kutanto mengungkapkan jika pihaknya juga film dari luar Indonesia sebagai penambah wawasan. "Untuk menambah wawasan kearifan lokal berbagai wilayah, kami mendatangkan film tamu dari East Cinema dengan judul From The Edge of Sanity yang berasal dari Irak dan DYAB yang berasal Khurdistan Asia Timur," paparnya.
Festival Film Dokumenter ini juga mendapat apresiasi langsung dari Rektor Universitas Budi Luhur, Prof. Dr. Ir. sc.agr., Didik Sulistyanto. "Tahun pertama diadakan di tahun 2014 dengan 77 karya internal Universitas Budi Luhur, hingga tahun kelima dengan 300 karya Film dari berbagai pelosok Indonesia merupakan kemajuan yang membanggakan," cetusnya.
Dalam kegiatan ini, di samping melakukan workshop, penyelenggara juga menggelar Roadshow di sejumlah kota, seperti Solo, Yogyakarta, Bengkulu dan Mamuju. Seluruh film yang masuk harus melewati tahap screening sebelum menembus 10 besar. Selanjutnya, karya-karya tersebut masuk ke dewan juri guna disaring lagi menjadi 5 karya terbaik yang akan diputar pada malam penghargaan pekan lalu di Auditorium UBL.
Dan berikut ini adalah daftar para pemenang Festival Film Dokumenter Budi Luhur:
Kategori Dokumenter 60 detik: Juara 1 berjudul Ranta karya Lucky Arie dari Palu, Sulawesi Selatan; Juara 2 Santri dan Tradisi Besutan besutan Ahmad Fatoni (Jombang, Jawa Timur); Juara 3 Out Frame, Maulana Akbar Rosadi (Tangerang, Banten).
Kategori Dokumenter Pendek: Juara 1 Nangiang Sesuunan, I Kadek Eko Suarcaya (Institut Seni Indonesia Denpasar); Juara 2 Perisai Di Pesisir Minahasa, M Yunus (LIPI Bandung Jawa Barat); Juara 3 Tanah Akhe, Fadhilah Sari dan Nova Andiyani (Aceh Documantary, Aceh). Dokumenter Favorit Story of Mantar, Andjar Zarkhasyih (Beruga Inspiration, NTB).
Kategori Dokumenter Panjang: Juara 1 sekaligus Juara Favorit Vila Indah Padang Ilalang, Muh Fathur Razaq (MFR Studio, Karanganyar, Jawa Tengah); Juara 2 Aku Bukan Toraja, Mawa Wai Production (Toraja, Sulawesi Selatan); Juara 3 Darah Berganti Peluh Hyasint (Komunitas Film Dua Lima, Kupang, NTT).
Kategori Mahasiswa: Juara 1 Lengger, Mila Susilowati (Universitas Budi Luhur Jakarta); Juara 2 Perias Dua Belas Dentingan, Socrates Bangun (Universitas Budi Luhur Jakarta); Juara 3 Kremasi, Putu Ucead Aprianta (ISI Denpasar, Bali). Pemenang Favorit Lethek, Sofyan Faisnanto (Universitas Aisyiyah, Yogyakarta).
Kategori Pelajar: Juara 1 Penempa Bara, Sari Ning Gayatri (SMAN3 Denpasar, Bali); Juara 2 sekaligus Dokumenter Favorit Warisan Toegoe, Yoga Fairuz Fahreza (SMK Budi Luhur, Banten); Juara 3 Kampung Gemplong, Bayu Ragil Saputra (SMKN 1 Karang Gayam, Jawa Tengah).
Dalam Awarding Night ini diumumkan pula Dokumenter dengan struktur cerita terbaik yaitu Film berjudul Kesenian Reog Bantul, Karya Widya Kustiya Putri, SMKN 1 Bantul, Yogyakarta dan Sinematografi Terbaik untuk dokumenter berjudul Etanan, Karya Riandhani Yudha, Etanans Film, Jember, Jawa Timur.
(nug)