Jumlah Penderita Obesitas di Indonesia Meroket
A
A
A
JAKARTA - Obesitas menjadi lifestyle disease yang patut dikhawatirkan di Indonesia. Bagaimana tidak, jumlahnya dari tahun ke tahun selalu meningkat. Mirisnya lagi obesitas sudah dialami mereka sejak usia anak-anak.
Dalam data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) selama kurun waktu lima tahun, penyandang obesitas dengan usia >18 tahun terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2003 angka obesitas mencapai 10.5 %, pada tahun 2013 mencapai 14.8% atau meningkat 4.3%.
Namun angka obesitas di tahun 2018 meroket menjadi 21.8% atau naik 7% dari tahun 2013. Jika dihitung peningkatan pertahun sejak 2013 menuju 2018 terdapat peningkatan 1,4% angka kejadian obesitas per tahunnya.
Untuk diketahui, secara umum obesitas disebabkan oleh tiga faktor, yaitu faktor perilaku, lingkungan, dan genetik. Faktor genetik memiliki porsi 10-30%, sementara faktor perilaku dan lingkungan dapat mencapai 70%.
Beberapa penelitian menyatakan perkembangan teknologi yang pesat berkontribusi pada peningkatan prevalensi obesitas. "Tanpa disadari teknologi menggiring seseorang untuk bergaya hidup sedentary diantaranya kurang beraktivitas fisik dengan seringnya menggunakan gadget, makan makanan tinggi kalori, dan kurang mengonsumsi buah dan sayur," kata Direktur Utama Prodia, Dewi Muliaty saat acara Inauguration Fat Loss Challenge di La Moda Cafe, Plaza Indonesia, Jakarta, Sabtu (29/12/2018).
Untuk itu, Prodia merasa perlu andil untuk menekan prevalensi obesitas, apalagi penderitanya yang berusia muda. Dalam upaya memerangi obesitas, pihaknya mengedukasi masyarakat melalui seminar, event, maupun sarana promotif lainnya.
"Ini untuk membangkitkan kesadaran masyarakat akan bahaya obesitas serta meningkatkan perilaku preventif. Tidak hanya itu, kami juga meluncurkan pemeriksaan program Fat Loss Panel," kata Dewi.
Fat Loss Panel merupakan pemeriksaan kesehatan yang diperuntukkan bagi penyandang obesitas yang ingin kembali sehat dan terhindar dari risiko buruk akibat obesitas. Panel terdiri dari beberapa pemeriksaan lab maupun nonlab (imaging) yang dapat melihat kondisi kesehatan para penyandang obesitas yang nantinya akan melakukan program penurunan lemak (fat loss) dan konsultasi yang didampingi oleh dokter spesialis gizi dan spesialis kedokteran oleh raga dari Prodia Health Care.
"Fat Loss Panel adalah program yang bertujuan untuk menurunkan massa lemak berlebih sehingga penyandang obesitas menjadi lebih sehat," imbuhnya.
Fat Loss ChallengeDalam memperkenalkan program Fat Loss Panel, Prodia menyelenggarakan program Prodia Fat Loss Challenge yang berlangsung sejak 17 September-17 Desember 2018. Dalam program ini Prodia memilih lima finalis dari 183 pendaftar yang akan mengikuti program Fat Loss dalam kurun waktu tiga bulan.
Kelima finalis telah dipantau oleh dokter gizi dan dokter olahraga untuk mengatur penurunan massa lemak secara personal. Baik melalui konsultasi rutin atau bisa juga melakukan pemeriksaan laboratorium pada awal dan akhir program.
Selama tiga bulan masa pemantauan para finalis menunjukkan progress di mana mengalami penurunan fat loss dengan persentase hingga 13,8%, penurunan Indeks Massa Tubuh sebesar 4 kg/m2, serta penurunan lingkar perut sebesar 10 cm.
“Dengan adanya Fat Loss Panel, kami berharap masyarakat yang mulai menyadari obesitas dapat menimbulkan masalah kesehatan dan dapat lebih bijak dalam memilih cara untuk menurunkan berat badan," harap Dewi.
Dia menambahkan, diet memang dapat menjadi cara penurunan berat badan. Namun, kita perlu memperhatikan pola diet tersebut dari segi kesehatan. "Apakah diet tersebut merupakan diet seimbang yang baik bagi kesehatan, dan apakah pola diet itu yang dibutuhkan tubuh kita. Oleh karena itu, Fat Loss Panel membantu masyarakat yang mengalami obesitas dalam melakukan penurunan berat badan dengan menghilangkan massa lemak di dalam tubuh melalui cara yang sehat dan tepat,” klaimnya.
“Diet sehat adalah diet yang memang mengikuti anjuran kebutuhan gizi seimbang, bukan diet yang dilakukan secara general dan mengikuti tren," timpal dokter gizi, Eva Kurniawati.
Alasannya, kebutuhan gizi bagi tiap orang dapat berbeda-beda. Untuk ini kita perlu lihat lebih dalam masalah apa yang ada di dalam tubuhnya, untuk nanti menentukan takaran gizi seimbang yang dibutuhkan selama program diet. "Tujuannya agar pasien tetap sehat meski melakukan diet," imbuhnya.
Sementara, dokter olahraga, Rachmad Wishnu Hidayat, mengungkapkan, penurunan massa lemak yang berlebih tidak hanya dipicu dari pola makan tapi juga diimbangi dengan olahraga. “Massa lemak di dalam tubuh bisa dibakar menjadi energi melalui olahraga yang dilakukan. Olahraga untuk obesitas selain latihan aerobik juga melatih otot (resistence exercise)untuk lebih meningkatkan pembakaran kalori. Olahraga tersebut dilakukan hampir setiap hari sesuai dengan anjuran yang aman,” ujarnya.
Dalam data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) selama kurun waktu lima tahun, penyandang obesitas dengan usia >18 tahun terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2003 angka obesitas mencapai 10.5 %, pada tahun 2013 mencapai 14.8% atau meningkat 4.3%.
Namun angka obesitas di tahun 2018 meroket menjadi 21.8% atau naik 7% dari tahun 2013. Jika dihitung peningkatan pertahun sejak 2013 menuju 2018 terdapat peningkatan 1,4% angka kejadian obesitas per tahunnya.
Untuk diketahui, secara umum obesitas disebabkan oleh tiga faktor, yaitu faktor perilaku, lingkungan, dan genetik. Faktor genetik memiliki porsi 10-30%, sementara faktor perilaku dan lingkungan dapat mencapai 70%.
Beberapa penelitian menyatakan perkembangan teknologi yang pesat berkontribusi pada peningkatan prevalensi obesitas. "Tanpa disadari teknologi menggiring seseorang untuk bergaya hidup sedentary diantaranya kurang beraktivitas fisik dengan seringnya menggunakan gadget, makan makanan tinggi kalori, dan kurang mengonsumsi buah dan sayur," kata Direktur Utama Prodia, Dewi Muliaty saat acara Inauguration Fat Loss Challenge di La Moda Cafe, Plaza Indonesia, Jakarta, Sabtu (29/12/2018).
Untuk itu, Prodia merasa perlu andil untuk menekan prevalensi obesitas, apalagi penderitanya yang berusia muda. Dalam upaya memerangi obesitas, pihaknya mengedukasi masyarakat melalui seminar, event, maupun sarana promotif lainnya.
"Ini untuk membangkitkan kesadaran masyarakat akan bahaya obesitas serta meningkatkan perilaku preventif. Tidak hanya itu, kami juga meluncurkan pemeriksaan program Fat Loss Panel," kata Dewi.
Fat Loss Panel merupakan pemeriksaan kesehatan yang diperuntukkan bagi penyandang obesitas yang ingin kembali sehat dan terhindar dari risiko buruk akibat obesitas. Panel terdiri dari beberapa pemeriksaan lab maupun nonlab (imaging) yang dapat melihat kondisi kesehatan para penyandang obesitas yang nantinya akan melakukan program penurunan lemak (fat loss) dan konsultasi yang didampingi oleh dokter spesialis gizi dan spesialis kedokteran oleh raga dari Prodia Health Care.
"Fat Loss Panel adalah program yang bertujuan untuk menurunkan massa lemak berlebih sehingga penyandang obesitas menjadi lebih sehat," imbuhnya.
Fat Loss ChallengeDalam memperkenalkan program Fat Loss Panel, Prodia menyelenggarakan program Prodia Fat Loss Challenge yang berlangsung sejak 17 September-17 Desember 2018. Dalam program ini Prodia memilih lima finalis dari 183 pendaftar yang akan mengikuti program Fat Loss dalam kurun waktu tiga bulan.
Kelima finalis telah dipantau oleh dokter gizi dan dokter olahraga untuk mengatur penurunan massa lemak secara personal. Baik melalui konsultasi rutin atau bisa juga melakukan pemeriksaan laboratorium pada awal dan akhir program.
Selama tiga bulan masa pemantauan para finalis menunjukkan progress di mana mengalami penurunan fat loss dengan persentase hingga 13,8%, penurunan Indeks Massa Tubuh sebesar 4 kg/m2, serta penurunan lingkar perut sebesar 10 cm.
“Dengan adanya Fat Loss Panel, kami berharap masyarakat yang mulai menyadari obesitas dapat menimbulkan masalah kesehatan dan dapat lebih bijak dalam memilih cara untuk menurunkan berat badan," harap Dewi.
Dia menambahkan, diet memang dapat menjadi cara penurunan berat badan. Namun, kita perlu memperhatikan pola diet tersebut dari segi kesehatan. "Apakah diet tersebut merupakan diet seimbang yang baik bagi kesehatan, dan apakah pola diet itu yang dibutuhkan tubuh kita. Oleh karena itu, Fat Loss Panel membantu masyarakat yang mengalami obesitas dalam melakukan penurunan berat badan dengan menghilangkan massa lemak di dalam tubuh melalui cara yang sehat dan tepat,” klaimnya.
“Diet sehat adalah diet yang memang mengikuti anjuran kebutuhan gizi seimbang, bukan diet yang dilakukan secara general dan mengikuti tren," timpal dokter gizi, Eva Kurniawati.
Alasannya, kebutuhan gizi bagi tiap orang dapat berbeda-beda. Untuk ini kita perlu lihat lebih dalam masalah apa yang ada di dalam tubuhnya, untuk nanti menentukan takaran gizi seimbang yang dibutuhkan selama program diet. "Tujuannya agar pasien tetap sehat meski melakukan diet," imbuhnya.
Sementara, dokter olahraga, Rachmad Wishnu Hidayat, mengungkapkan, penurunan massa lemak yang berlebih tidak hanya dipicu dari pola makan tapi juga diimbangi dengan olahraga. “Massa lemak di dalam tubuh bisa dibakar menjadi energi melalui olahraga yang dilakukan. Olahraga untuk obesitas selain latihan aerobik juga melatih otot (resistence exercise)untuk lebih meningkatkan pembakaran kalori. Olahraga tersebut dilakukan hampir setiap hari sesuai dengan anjuran yang aman,” ujarnya.
(nug)