Begini Tampilan Peragaan Adibusana ketika Mengusung Tema Unik
A
A
A
PERAGAAN Adibusana atau haute couture dunia telah dilaksanakan. Sejumlah label mode ternama menghadirkan adibusana mewah dengan mengusung tema unik. Label Dior menghadirkan koleksi busana yang terinspirasi dari sirkus di Cirque d’Hiver Paris sekitar tahun 1955 silam.
Tokoh-tokoh sirkus legendaris Prancis seperti Jean Cocteau, Pablo Picasso, Cindy Sherman, dan Dovima Richard Avedon menjadi inspirasi dari 70 adibusana yang ditampilkan. Di bawah tangan dingin desainer Maria Grazia Chiuri, sekaligus direktur kreatif Dior, menghadirkan koleksi busana mengusung konsep feminisme dengan berbagai koleksi busana yang juga menyatu dengan sirkus. “Setiap tampilan memiliki kepribadiannya sendiri, seperti karakter sirkus yang berani, lucu, bahagia, dan sedih,” kata Chiuri, seperti dilansir V ogue.com.
Chiuri mengatakan, sirkus adalah dunia tersendiri dan sering kali berpindah dari kota ke kota. Sirkus sedikit demi sedikit berubah, seperti pekan mode. Dari inspirasi itulah, Chiuri menciptakan gaun hitam putih dengan atasan transparan yang dipadukan dengan leher suffle . Ada pula rok hitam berkilau bermotif akrobatik serta gaun lengan dengan rajutan dan tambahan aksen warna-warni yang menjuntai. “Dunia sirkus menawarkan sebuah kesetaraan yang terdiri dari keindahan, asal-usul, jenis kelamin, dan usia tidak menjadi hal penting. Hanya teknik dan hal yang berani,” kata Chiuri.
Berbeda dengan Dior yang koleksi adibusananya terinspirasi sirkus masa lalu, label mode Viktor & Rolf diilhami kalimat dan slogan Instagram masa kini. Jika biasanya kalimat unik umum hadir di koleksi t-shirt, kali ini duo desainer Viktor Horsting dan Rolf Snoeren menampilkan kalimat tersebut di gaun-gaun. “Sejauh mana Anda bisa mengatakan sesuatu dengan pakaian, secara harfiah,” ujar Horsting. Kalimat seperti “I Want A Better World", “Trust Me I Am A Liar", Get Mean", dan “No", tampil pada 18 gaun berbahan tule berwarna cerah seperti hijau, jingga, pink , dan ungu. Sejumlah gaun memiliki desain unik, yakni lengan mengembang dan rok bervolume.
Desainer kelahiran Lebanon Elie Saab, menjadikan putri duyung sebagai inspirasi terbesar koleksi adibusananya kali ini. Kombinasi warna-warna pastel yang lembut seperti pink , biru, nude dengan payet biru laut dan perak memberikan kesan mewah. “Ini adalah mimpi putri duyung bercahaya yang muncul dari ombak dan berjalan-jalan di sepanjang laut,” ujar Saab.
Sejumlah gaun malam memiliki potongan asimetris dalam kain sutra biru tua. Inspirasi bawah laut ditampilkan Saab dalam perpaduan bahan tule, organza, dan tafeta berwarna-warni. Untuk memperluas tema kehidupan laut, desainer berusia 54 tahun ini menggunakan aksen ruffles di sekitar pinggang ataupun pundak.
“Saya ingin mengekspresikan kecemerlangan dan kemewahan perempuan. Saya mencoba untuk meningkatkan daya tarik mereka dengan kreasi saya,” ujar Saab. Sementara itu, desainer Pierpaolo Piccioli berhasil memukau para penonton melalui koleksi adibusana terbaru Valentino. Kali ini Piccioli terinspirasi dari fotografi karya Cecil Beaton tahun 1948.
Gaun-gaun besar mengembang karya Charles James juga menjadi inspirasi lain di desain adibusana ini. “Saya menghadirkan 65 gaun dengan aksen ruffles , volume, renda, dan motif bunga wallpaper kuno. Pilihan warna pun sangat beragam seperti kuning, hijau, oranye, dan hitam,” ujar Piccioli.
Sejumlah model tampil eksentrik karena menggunakan kelopak bunga yang ditempelkan di kelopak mata. Tampilan unik ini merupakan kombinasi inspirasi dari peri bunga karya seniman Prancis abad ke-19, JJ Grandville dan penata rias tahun 1960-an Pablo Manzoni. Berbeda dengan Valentino yang terinspirasi dari karya seni klasik, Givenchy justru terinspirasi dari arsitektur modern.
Direktur kreatif Givenchy Clare Waight Keller menyebut konstruksi pakaian sebagai arsitektur. “Saya mencoba mengambil pendekatan paling modern dengan segala hal,” kata Keller. Ada pun rumah mode Prancis Chanel terinspirasi sosok Marie Antoinette. Para model tampil anggun mengenakan gaun, payet, bulu, dan kreasi sulaman yang rumit. Penampilan terakhir peragaan busana ini adalah seorang pengantin perempuan yang mengenakan pakaian renang yang dipercantik dan topi renang.
Tokoh-tokoh sirkus legendaris Prancis seperti Jean Cocteau, Pablo Picasso, Cindy Sherman, dan Dovima Richard Avedon menjadi inspirasi dari 70 adibusana yang ditampilkan. Di bawah tangan dingin desainer Maria Grazia Chiuri, sekaligus direktur kreatif Dior, menghadirkan koleksi busana mengusung konsep feminisme dengan berbagai koleksi busana yang juga menyatu dengan sirkus. “Setiap tampilan memiliki kepribadiannya sendiri, seperti karakter sirkus yang berani, lucu, bahagia, dan sedih,” kata Chiuri, seperti dilansir V ogue.com.
Chiuri mengatakan, sirkus adalah dunia tersendiri dan sering kali berpindah dari kota ke kota. Sirkus sedikit demi sedikit berubah, seperti pekan mode. Dari inspirasi itulah, Chiuri menciptakan gaun hitam putih dengan atasan transparan yang dipadukan dengan leher suffle . Ada pula rok hitam berkilau bermotif akrobatik serta gaun lengan dengan rajutan dan tambahan aksen warna-warni yang menjuntai. “Dunia sirkus menawarkan sebuah kesetaraan yang terdiri dari keindahan, asal-usul, jenis kelamin, dan usia tidak menjadi hal penting. Hanya teknik dan hal yang berani,” kata Chiuri.
Berbeda dengan Dior yang koleksi adibusananya terinspirasi sirkus masa lalu, label mode Viktor & Rolf diilhami kalimat dan slogan Instagram masa kini. Jika biasanya kalimat unik umum hadir di koleksi t-shirt, kali ini duo desainer Viktor Horsting dan Rolf Snoeren menampilkan kalimat tersebut di gaun-gaun. “Sejauh mana Anda bisa mengatakan sesuatu dengan pakaian, secara harfiah,” ujar Horsting. Kalimat seperti “I Want A Better World", “Trust Me I Am A Liar", Get Mean", dan “No", tampil pada 18 gaun berbahan tule berwarna cerah seperti hijau, jingga, pink , dan ungu. Sejumlah gaun memiliki desain unik, yakni lengan mengembang dan rok bervolume.
Desainer kelahiran Lebanon Elie Saab, menjadikan putri duyung sebagai inspirasi terbesar koleksi adibusananya kali ini. Kombinasi warna-warna pastel yang lembut seperti pink , biru, nude dengan payet biru laut dan perak memberikan kesan mewah. “Ini adalah mimpi putri duyung bercahaya yang muncul dari ombak dan berjalan-jalan di sepanjang laut,” ujar Saab.
Sejumlah gaun malam memiliki potongan asimetris dalam kain sutra biru tua. Inspirasi bawah laut ditampilkan Saab dalam perpaduan bahan tule, organza, dan tafeta berwarna-warni. Untuk memperluas tema kehidupan laut, desainer berusia 54 tahun ini menggunakan aksen ruffles di sekitar pinggang ataupun pundak.
“Saya ingin mengekspresikan kecemerlangan dan kemewahan perempuan. Saya mencoba untuk meningkatkan daya tarik mereka dengan kreasi saya,” ujar Saab. Sementara itu, desainer Pierpaolo Piccioli berhasil memukau para penonton melalui koleksi adibusana terbaru Valentino. Kali ini Piccioli terinspirasi dari fotografi karya Cecil Beaton tahun 1948.
Gaun-gaun besar mengembang karya Charles James juga menjadi inspirasi lain di desain adibusana ini. “Saya menghadirkan 65 gaun dengan aksen ruffles , volume, renda, dan motif bunga wallpaper kuno. Pilihan warna pun sangat beragam seperti kuning, hijau, oranye, dan hitam,” ujar Piccioli.
Sejumlah model tampil eksentrik karena menggunakan kelopak bunga yang ditempelkan di kelopak mata. Tampilan unik ini merupakan kombinasi inspirasi dari peri bunga karya seniman Prancis abad ke-19, JJ Grandville dan penata rias tahun 1960-an Pablo Manzoni. Berbeda dengan Valentino yang terinspirasi dari karya seni klasik, Givenchy justru terinspirasi dari arsitektur modern.
Direktur kreatif Givenchy Clare Waight Keller menyebut konstruksi pakaian sebagai arsitektur. “Saya mencoba mengambil pendekatan paling modern dengan segala hal,” kata Keller. Ada pun rumah mode Prancis Chanel terinspirasi sosok Marie Antoinette. Para model tampil anggun mengenakan gaun, payet, bulu, dan kreasi sulaman yang rumit. Penampilan terakhir peragaan busana ini adalah seorang pengantin perempuan yang mengenakan pakaian renang yang dipercantik dan topi renang.
(don)