Sarah Staudinger, Hadirkan Fashion Vintage yang Terjangkau
A
A
A
PENDIRI label fashion Staud, Sarah Staudinger, adalah perempuan muda yang paham celah pasar di industri mode.
Dia menghadirkan produk fashion bergaya vintage berkualitas baik tapi harganya terjangkau. Sejak kecil, perempuan yang lahir 29 tahun lalu di Pacific Palisades, California, Amerika Serikat ini sudah dikelilingi dunia fashion .
Ibunya, Joanna Staudinger, adalah imigran asal Lebanon yang merancang sendiri sepatu dan kaus bertabur berlian imitasi. Sepatu dan kaus tersebut kemudian dijualnya ke pengecer LA Fred Segal yang trendi.
“Saat masih kecil, saya mengumpulkan temanteman dan berpura-pura menggelar pertunjukan runway . Kami mengenakan kaus dan sepatu racangan ibu saya,” ujar Staudinger, seperti dilansir Forbes.com. Sementara itu, ayahnya merupakan imigran Jerman yang bekerja di real estate.
Ayah Staudinger juga merupakan seorang penata pakaian yang bergaya. Dia lebih menyukai pakaian monokrom dalam warna putih dan hitam. “Sejak kecil, saya tahu saya ingin memulai perusahaan sendiri, tetapi bingung apakah akan belajar bisnis atau mengejar rute yang lebih kreatif,” ujar Staudinger.
Staudinger akhirnya menempuh pendidikan di New School, New York. Dia kemudian mengambil kursus mode di Parsons School of Design. “Saat sekolah, saya sempat magang di Men’s Vogue sampai majalah itu berakhir pada akhir 2008. Saya bekerja dengan banyak stylist ,” ujar Staudinger.
Setelah lulus, Staudinger bekerja sebagai direktur mode untuk Reformation. Reformation merupakan ritel fashion online di Los Angeles yang fokus pada fashion yang berkelanjutan, seperti pakaian yang terbuat dari kain sisa.
Pengalamannya di media dan ritel fashion membuatnya semakin percaya diri untuk menciptakan label fashion sendiri. Staudinger akhirnya mendirikan label mode bernama Staud pada 2015 di Los Angeles.
Staudinger bersama dengan rekannya, George Augusto, ingin mengatasi celah di pasar yang belum terisi, yakni pakaian fashionable namun dengan harga terjangkau. Staudinger ingin mengisi celah di pasar untuk “estetika kelas atas pada titik harga yang dapat diakses”.
Label fashion ini berusaha untuk menciptakan potonganpotongan yang terinspirasi dari pakaian vintage . Hal ini karena pakaian vintage akan bertahan musim demi musim. Dia menciptakan tas berdesain vintage yang dijual kisaran harga USD195 (Rp2,7 juta) hingga USD500 (Rp7 juta).
Sementara itu, untuk pakaian dihargai dari USD85 (Rp1,1 juta) hingga USD400 (Rp5,6 juta). Pakaian andalan yang dijual pertama kali di label fashion ini adalah jumpsuit yang terinspirasi gaya 60-an. Menurutnya, jumpsuit adalah jenis fashion yang tepat, abadi, cantik, dan terjangkau.
Barang-barang yang dijual oleh Staudinger, dengan cepat diterima baik oleh pasar. Label Staud pun menjadi favorit di antara influencer dan selebriti terkenal, termasuk Alexa Chung dan Leandra Medine.
Berkat kesuksesan dan kepopuleran label Staud, perusahaan investasi Burch Creative Capital, yang dikelola oleh J Christopher Burch, menginvestasikan USD1,6 juta (Rp22,4 miliar). Burch menilai Staud memiliki nilai keuntungan sebesar USD10 juta (Rp140 miliar), menurut PitchBook.
“Sarah Staudinger memiliki sudut pandang unik di tengah lautan kesamaan,” kata Burch. Sejak awal berdiri, Staud dijual secara online . Pada Maret 2018 label ini membuka ruang pamer di New York untuk mengakomodasi janji dengan semakin banyak pembeli grosir.
Produk label fashion ini dijual oleh sekitar 120 pengecer, dengan persentase besar dari pengecer yang berlokasi di Eropa. Staudinger berrencana menumbuhkan bisnis online Staud lebih besar.
Tak hanya itu, dia berencana membuka toko dengan lokasi lebih jauh. “Kami terus fokus pada perluasan bisnis langsung ke konsumen, kemudian pada akhirnya kami berencana membuka toko kami sendiri,” katanya. (Dwi Nur Ratnaningsih)
Dia menghadirkan produk fashion bergaya vintage berkualitas baik tapi harganya terjangkau. Sejak kecil, perempuan yang lahir 29 tahun lalu di Pacific Palisades, California, Amerika Serikat ini sudah dikelilingi dunia fashion .
Ibunya, Joanna Staudinger, adalah imigran asal Lebanon yang merancang sendiri sepatu dan kaus bertabur berlian imitasi. Sepatu dan kaus tersebut kemudian dijualnya ke pengecer LA Fred Segal yang trendi.
“Saat masih kecil, saya mengumpulkan temanteman dan berpura-pura menggelar pertunjukan runway . Kami mengenakan kaus dan sepatu racangan ibu saya,” ujar Staudinger, seperti dilansir Forbes.com. Sementara itu, ayahnya merupakan imigran Jerman yang bekerja di real estate.
Ayah Staudinger juga merupakan seorang penata pakaian yang bergaya. Dia lebih menyukai pakaian monokrom dalam warna putih dan hitam. “Sejak kecil, saya tahu saya ingin memulai perusahaan sendiri, tetapi bingung apakah akan belajar bisnis atau mengejar rute yang lebih kreatif,” ujar Staudinger.
Staudinger akhirnya menempuh pendidikan di New School, New York. Dia kemudian mengambil kursus mode di Parsons School of Design. “Saat sekolah, saya sempat magang di Men’s Vogue sampai majalah itu berakhir pada akhir 2008. Saya bekerja dengan banyak stylist ,” ujar Staudinger.
Setelah lulus, Staudinger bekerja sebagai direktur mode untuk Reformation. Reformation merupakan ritel fashion online di Los Angeles yang fokus pada fashion yang berkelanjutan, seperti pakaian yang terbuat dari kain sisa.
Pengalamannya di media dan ritel fashion membuatnya semakin percaya diri untuk menciptakan label fashion sendiri. Staudinger akhirnya mendirikan label mode bernama Staud pada 2015 di Los Angeles.
Staudinger bersama dengan rekannya, George Augusto, ingin mengatasi celah di pasar yang belum terisi, yakni pakaian fashionable namun dengan harga terjangkau. Staudinger ingin mengisi celah di pasar untuk “estetika kelas atas pada titik harga yang dapat diakses”.
Label fashion ini berusaha untuk menciptakan potonganpotongan yang terinspirasi dari pakaian vintage . Hal ini karena pakaian vintage akan bertahan musim demi musim. Dia menciptakan tas berdesain vintage yang dijual kisaran harga USD195 (Rp2,7 juta) hingga USD500 (Rp7 juta).
Sementara itu, untuk pakaian dihargai dari USD85 (Rp1,1 juta) hingga USD400 (Rp5,6 juta). Pakaian andalan yang dijual pertama kali di label fashion ini adalah jumpsuit yang terinspirasi gaya 60-an. Menurutnya, jumpsuit adalah jenis fashion yang tepat, abadi, cantik, dan terjangkau.
Barang-barang yang dijual oleh Staudinger, dengan cepat diterima baik oleh pasar. Label Staud pun menjadi favorit di antara influencer dan selebriti terkenal, termasuk Alexa Chung dan Leandra Medine.
Berkat kesuksesan dan kepopuleran label Staud, perusahaan investasi Burch Creative Capital, yang dikelola oleh J Christopher Burch, menginvestasikan USD1,6 juta (Rp22,4 miliar). Burch menilai Staud memiliki nilai keuntungan sebesar USD10 juta (Rp140 miliar), menurut PitchBook.
“Sarah Staudinger memiliki sudut pandang unik di tengah lautan kesamaan,” kata Burch. Sejak awal berdiri, Staud dijual secara online . Pada Maret 2018 label ini membuka ruang pamer di New York untuk mengakomodasi janji dengan semakin banyak pembeli grosir.
Produk label fashion ini dijual oleh sekitar 120 pengecer, dengan persentase besar dari pengecer yang berlokasi di Eropa. Staudinger berrencana menumbuhkan bisnis online Staud lebih besar.
Tak hanya itu, dia berencana membuka toko dengan lokasi lebih jauh. “Kami terus fokus pada perluasan bisnis langsung ke konsumen, kemudian pada akhirnya kami berencana membuka toko kami sendiri,” katanya. (Dwi Nur Ratnaningsih)
(nfl)