Yuk, Liburan Akhir Pekan ke Museum Multatuli di Rangkasbitung!
A
A
A
RANGKASBITUNG - Liburan akhir pekan bakal menyenangkan jika diisi dengan jalan-jalan. Salah satunya adalah dengan mengunjungi museum. Di Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Banten, ada sebuah museum yang tidak hanya asyik untuk dijadikan tempat liburan, tapi juga sarana belajar sejarah. Museum itu adalah Museum Multatuli.
Dari namanya, sudah bisa ditebak jika museum ini adalah museum untuk sosok Multatuli. Lahir dengan nama Eduard Douwes Dekker, Multatuli yang merupakan orang Belanda ini justru menjadi salah satu tokoh pergerakan antikolonial pertama di Indonesia. Museum ini bisa menjadi wahana pembelajaran sejarah bagi masyarakat, sarana rekreasi sejarah yang mudah aksesnya, dekat ibukota dan pastinya gratis.
Ada sekitar 34 artefak asli maupun replika peninggalan Multatuli yang dipamerkan di tempat ini. Para pengunjung bisa melihat kiprah Multatuli di tujuh ruang pamer yang ada di museum ini. Setiap ruangan mewakili periode di dalam sejarah kolonialisme.
Di ruangan pertama yang juga merangkap sebagai lobi terdapat hiasan berupa wajah Multatuli yang terbuat dari kepingan kaca. Di hiasan itu disertakan kalimat kutipan Multatuli yang tenar, yaitu “Tugas Seorang Manusia Adalah Menjadi Manusia”.
Ruangan kedua mengisahkan masa awal kedatangan penjelajah Eropa ke Nusantara. Ruangan ketiga mengisahkan periode tanam paksa dengan fokus budidaya kopi. Di ruangan keempat, pengunjung akan diajak ke ruangan pribadi Multatuli. Di sini, mereka juga akan diperlihatkan pengaruh Multatuli kepada para tokoh gerakan kemerdekaan.
Ruangan kelima menceritakan gerakan perlawanan rakyat Banten dan kemudian gerakan pembebasan Indonesia dari penjajah Belanda. Ruangan keenam terdiri atas rangkaian kronologis peristiwa penting di Lebak dan era purbakala. Foto-foto orang yang pernah lahir, menetap serta terinspirasi dari Lebak berada di ruangan ketujuh.
Sejumlah barang asli milik Multatuli dipamerkan dalam kotak kaca. Benda-benda itu antara lain novel Max Havelaar edisi pertama dalam bahasa Prancis, peta Lebak terbitan pertama, biografi Eduard Douwes Dekker, hingga buku zaman Kerajaan Belanda. Buku itu memperlihatkan tentang potensi Lebak, kisah tentang suku Baduy, hingga kisah tentang tambang emas Cikotok yang terbesar pertama di Indonesia. Di area luar museum juga dipajang patung perunggu Eduard Douwes Dekker karya Dolorosa Sinaga yang menjadi spot foto selfie favorit wisatawan.
Kepala Seksi Cagar Budaya dan Permuseuman Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lebak Ubaidillah Muktar mengatakan, pada akhir pekan museum Multatuli dibuka dari pukul 09.00—16.00 WIB. "Pada akhir pekan tegap buka dari pagi sampai sore, dan untuk wisatawan yang akan masuk ke Museum Multatuli tidak dipungut biaya atau gratis," kata Ubai saat berbincang dengan SINDOnews.com
Menurut dia, akses dari Jakarta menuju museum Multatuli sangatlah mudah. Pengunjung bisa naik KRL jurusan Tanah Abang-Rangkasbitung dengan perjalanan yang memakan waktu 1 jam. Setibanya di Stasiun Rangkasbitung, kita bisa menggunakan transportasi ojek pangkalan yang selalu menawarkan jasanya ketika keluar dari stasiun, atau juga bisa menggunakan jasa angkutan umum dengan tujuan alun-alun Rangkasbitung. Museum ini terletak di Jl. Alun-Alun Timur No. 8 Rangkasbitung, Kabupaten Lebak. "Mudah banget (aksesnya). Dari stasiun bisa naik ojek, angkot atau jalan kaki sekitar 1,3 kilometer," ujar dia.
Cucu proklamator RI Mohammad Hatta, Gustika Jusuf Kalla pun memuji Museum Multatuli. Dia menilai bangunan museum Multatuli di Lebak lebih bagus dan terawat di bandingkan di negara Belanda.
"Museum Multatuli di Indonesia lebih bagus dibanding Multatuli di Belanda. Di sini lebih besar ada perpustakaan dan terlihat lebih terawat," ujar Gustika saat menghadiri acara Setahun Musem Multatuli beberapa waktu lalu.
Dari namanya, sudah bisa ditebak jika museum ini adalah museum untuk sosok Multatuli. Lahir dengan nama Eduard Douwes Dekker, Multatuli yang merupakan orang Belanda ini justru menjadi salah satu tokoh pergerakan antikolonial pertama di Indonesia. Museum ini bisa menjadi wahana pembelajaran sejarah bagi masyarakat, sarana rekreasi sejarah yang mudah aksesnya, dekat ibukota dan pastinya gratis.
Ada sekitar 34 artefak asli maupun replika peninggalan Multatuli yang dipamerkan di tempat ini. Para pengunjung bisa melihat kiprah Multatuli di tujuh ruang pamer yang ada di museum ini. Setiap ruangan mewakili periode di dalam sejarah kolonialisme.
Di ruangan pertama yang juga merangkap sebagai lobi terdapat hiasan berupa wajah Multatuli yang terbuat dari kepingan kaca. Di hiasan itu disertakan kalimat kutipan Multatuli yang tenar, yaitu “Tugas Seorang Manusia Adalah Menjadi Manusia”.
Ruangan kedua mengisahkan masa awal kedatangan penjelajah Eropa ke Nusantara. Ruangan ketiga mengisahkan periode tanam paksa dengan fokus budidaya kopi. Di ruangan keempat, pengunjung akan diajak ke ruangan pribadi Multatuli. Di sini, mereka juga akan diperlihatkan pengaruh Multatuli kepada para tokoh gerakan kemerdekaan.
Ruangan kelima menceritakan gerakan perlawanan rakyat Banten dan kemudian gerakan pembebasan Indonesia dari penjajah Belanda. Ruangan keenam terdiri atas rangkaian kronologis peristiwa penting di Lebak dan era purbakala. Foto-foto orang yang pernah lahir, menetap serta terinspirasi dari Lebak berada di ruangan ketujuh.
Sejumlah barang asli milik Multatuli dipamerkan dalam kotak kaca. Benda-benda itu antara lain novel Max Havelaar edisi pertama dalam bahasa Prancis, peta Lebak terbitan pertama, biografi Eduard Douwes Dekker, hingga buku zaman Kerajaan Belanda. Buku itu memperlihatkan tentang potensi Lebak, kisah tentang suku Baduy, hingga kisah tentang tambang emas Cikotok yang terbesar pertama di Indonesia. Di area luar museum juga dipajang patung perunggu Eduard Douwes Dekker karya Dolorosa Sinaga yang menjadi spot foto selfie favorit wisatawan.
Kepala Seksi Cagar Budaya dan Permuseuman Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lebak Ubaidillah Muktar mengatakan, pada akhir pekan museum Multatuli dibuka dari pukul 09.00—16.00 WIB. "Pada akhir pekan tegap buka dari pagi sampai sore, dan untuk wisatawan yang akan masuk ke Museum Multatuli tidak dipungut biaya atau gratis," kata Ubai saat berbincang dengan SINDOnews.com
Menurut dia, akses dari Jakarta menuju museum Multatuli sangatlah mudah. Pengunjung bisa naik KRL jurusan Tanah Abang-Rangkasbitung dengan perjalanan yang memakan waktu 1 jam. Setibanya di Stasiun Rangkasbitung, kita bisa menggunakan transportasi ojek pangkalan yang selalu menawarkan jasanya ketika keluar dari stasiun, atau juga bisa menggunakan jasa angkutan umum dengan tujuan alun-alun Rangkasbitung. Museum ini terletak di Jl. Alun-Alun Timur No. 8 Rangkasbitung, Kabupaten Lebak. "Mudah banget (aksesnya). Dari stasiun bisa naik ojek, angkot atau jalan kaki sekitar 1,3 kilometer," ujar dia.
Cucu proklamator RI Mohammad Hatta, Gustika Jusuf Kalla pun memuji Museum Multatuli. Dia menilai bangunan museum Multatuli di Lebak lebih bagus dan terawat di bandingkan di negara Belanda.
"Museum Multatuli di Indonesia lebih bagus dibanding Multatuli di Belanda. Di sini lebih besar ada perpustakaan dan terlihat lebih terawat," ujar Gustika saat menghadiri acara Setahun Musem Multatuli beberapa waktu lalu.
(alv)