Penderita Diabetes Berisiko Alami Sakit Punggung dan Leher?

Jum'at, 22 Maret 2019 - 00:30 WIB
Penderita Diabetes Berisiko...
Penderita Diabetes Berisiko Alami Sakit Punggung dan Leher?
A A A
JAKARTA - Orang yang memiliki penyakit diabetes lebih mungkin mengalami sakit punggung dan leher, tetapi masih belum jelas, apakah diabetes menjadi penyebab rasa sakit tersebut. Namun, diabetes dikaitkan dengan kemungkinan 35 persen lebih tinggi atas nyeri punggung.

Dalam analisis lima studi dengan total 131.431 orang, dan dengan risiko 24 persen lebih besar dari nyeri leher, tetapi satu-satunya studi dalam analisis untuk mengikuti orang dari waktu ke waktu tidak menemukan hubungan antara diabetes dan risiko sakit punggung, leher atau tulang belakang. Hal ini berdasarkan catatan tim studi dalam PLoS ONE.

"Kita tahu bahwa obesitas dan aktivitas fisik adalah faktor risiko untuk kedua kondisi sehingga kemungkinan mereka mendasari hubungan itu," kata penulis studi senior Manuela Ferreira dari University of Sydney di Australia seperti dilansir Times Of India.

"Menjaga kadar gula darah normal, mengatur berat badan, dan yang terpenting menjaga fisik tetap aktif adalah kunci dalam mengelola dan mencegah kombinasi penyakit kronis ini," kata Ferreira.

Satu dari dua orang akan mengalami sakit punggung bawah atau sakit leher pada suatu saat dalam kehidupan mereka, catat para penulis penelitian tersebut. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa diabetes membuat jenis rasa sakit kronis ini lebih mungkin untuk berkembang, tetapi hasilnya beragam dan kekuatan hubungannya tidak jelas.

Peneliti melihat pasien dengan kedua jenis diabetes, yang masing-masing adalah penyakit kronis yang mempengaruhi cara tubuh mengelola gula darah. (Baca juga: Tes Darah Baru Diharapkan Bantu Deteksi Dini Kanker Ovarium ).

Bentuk paling umum, diabetes tipe 2, terkait dengan obesitas dan penuaan dan terjadi ketika tubuh tidak dapat menggunakan atau membuat cukup banyak hormon insulin untuk mengubah gula darah menjadi energi. Bentuk yang kurang umum, diabetes tipe 1, berkembang di masa kanak-kanak atau dewasa muda dan terjadi ketika pankreas tidak menghasilkan insulin sama sekali.

Secara keseluruhan, para peneliti memeriksa data dari 11 studi berbeda di enam negara yang mengamati nyeri punggung, nyeri leher, nyeri tulang belakang, atau kombinasi beberapa masalah ini.

Hanya satu studi yang melacak orang dengan diabetes yang tidak memiliki nyeri tulang untuk mengetahui, apakah mereka mengembangkan masalah ini seiring waktu. Setelah dua hingga empat tahun masa tindak lanjut, penelitian ini gagal menemukan hubungan untuk sakit punggung, sakit leher atau sakit tulang belakang. (Baca juga: Plot Avengers: Endgame Bakal Fokus pada 6 Anggota Asli Avengers ).

Studi yang termasuk dalam analisis tidak dirancang untuk membuktikan, apakah atau bagaimana diabetes dapat menyebabkan sakit punggung, leher atau tulang belakang. Studi yang lebih kecil juga bervariasi dalam definisi nyeri mereka dan konteks di mana pasien diabetes melaporkan nyeri mereka.

Meski begitu, kemungkinan obesitas berkontribusi pada diabetes dan masalah nyeri muskuloskeletal, kata Dr. Ahmed Hassoon, seorang peneliti di Sekolah Kesehatan Publik Johns Hopkins Bloomberg di Baltimore yang tidak terlibat dalam penelitian ini.

"Jika kita menambah berat melebihi kapasitas tulang belakang dan cakram dan otot pendukungnya, maka kita akan mengacaukannya dan akan memiliki segala macam masalah, dan jika kita tidak bergerak cukup, otot pendukung kita tidak akan cukup kuat untuk mendukung tulang belakang,” terang Hassoon.

Orang dengan diabetes mungkin kelebihan berat badan atau obesitas, dan memiliki komplikasi diabetes yang merusak fungsi pembuluh darah dan saraf. Hassoon mengatakan, masalah-masalah ini pada gilirannya dapat membahayakan kesehatan tulang belakang dan berkontribusi pada nyeri punggung.

"Diabetes jangka panjang yang tidak terkontrol memiliki dampak negatif pada pembuluh darah, saraf, otot, dan tulang kita. Yang, pada gilirannya dapat menghasilkan semua jenis gejala muskuloskeletal, seperti nyeri kronis,” tutupnya.
(tdy)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0911 seconds (0.1#10.140)