1 & 2 Bukan Angka Sempurna Jadi Ungkapan Kegelisahan Eros Djarot

Selasa, 26 Maret 2019 - 02:40 WIB
1 & 2 Bukan Angka Sempurna...
1 & 2 Bukan Angka Sempurna Jadi Ungkapan Kegelisahan Eros Djarot
A A A
JAKARTA - Budayawan yang juga politisi Eros Djarot kembali menelurkan karya baru di bidang musik. Meski usia sudah mendekati kepala tujuh, Eros Djarot seperti masih enggak untuk berhenti berkarya. Terbaru, penulis musik ini merilis single teranyarnya yang berisikan keprihatinan sekaligus kegelisahannya terhadap iklim politik Indonesia yang penuh gesekan antar masyarakat, terutama jelang Pemilihan Presiden 2019.

Pria yang dikenal menciptakan karya fenomenal "Badai Pasti Berlalu" ini mengungkapkan kegelisahannya tentang carut-marut dunia politik dengan meluncurkan dua single yang liriknya sesuai dengan kondisi dunia perpolitikan Indonesia saat ini. Single pertama berjudul "1 & 2 Bukan Angka Sempurna", dan yang kedua "Politisi Zaman Edan".

Dalam single pertama, yang dibungkus dengan iringan pop akustik, Eros mencoba menuangkan pikirannya bahwa perbedaan pilihan kubu pasangan calon presiden dan wakil presiden, seharusnya tidak membuat masyarakat di berbagai lini terpecah. Bagi Eros, angka terpenting untuk bangsa adalah 17-8-1945, merujuk kepada tanggal proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Adik kandung aktor senior Slamet Rahadjo ini mengajak rakyat Indonesia untuk tidak mudah mempercayai politisi yang sering mengumbar janji demi memenuhi ambisi kekuasaan saat kegiatan kampanye.

Sedangkan single kedua, Eros ingin mengungkapkan bahwa perilaku politisi yang banyak melakukan transaksional dalam meraih posisi dan tujuan politik. Politisi Zaman Edan dikemas dengan aransemen musik rock yang lebih kencang.

Lirik lagu kedua ini memuat "kemarahan" terhadap anggota legislatif alias wakil rakyat yang justru memakan uang rakyat. "Itu adalah keresahan lama. Teman-teman saya ini gimana sih? Yang dipercaya untuk mengurusi rakyat, kok malah makan uang rakyat. Itu kan aneh," ungkap Eros kepada SINDO usai jumpa pers peluncuran single di kawasan Senayan, Jakarta, Senin (25/3).

Kedua lagu ini digarap Eros bersama empat musisi baru yang ditemuinya sedang bermain di suatu pub di Jakarta. Eros sendiri menjadi vokalis. Mereka menamakan grup kolaborasi ini Old and Now. Eros juga menjadi produser bersama Yuyun Wardhana dan Anwar Fauzi.

"Saya bikin lagu ini karena melihat dalam satu bulan pertama sudah buat saya resah. Dari awal sudah ada bukti perpecahan tapi yang lagu '1 dan 2 Bukan Segalanya' peristiwa baru. Saya buat ini buat kecintaan saya pada rakyat Indonesia, musik Indonesia," lanjut pria kelahiran Rangkasbitung, Banten, 22 Juli 1950.

Eros sebenarnya sudah merasa gelisah adanya perpecahan dalam masyarakat sejak bulan pertama rangkaian Pilpres 2019 dimulai. Namun, kala itu belum ada bukti nyata bahwa ada perpecahan karena perbedaan pilihan politik. "Dari awal, tidak ada bukti empirisnya bahwa perpecahan itu ada. Kalau sekarang ada dan kalau ditanya kok saya baru sekarang (merilis lagu)? Ya karena situasinya memang mendesak," kata suami Dwi Djarot SH.

Kedua single ini menjadi karya pertama Eros yang dirilis sejak album musik Nabiku Cintaku pada 2016. Sejak awal, Eros tidak berniat merilis lagu ini secara komersial. Bahkan dalam jumpa pers kepada wartawan, dia membagi flashdisk-pulpen yang memuat berkas audio kedua lagu.

Lewat dua single tersebut, bangsa Indonesia diharapkan tetap kritis dalam melakukan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden serta wakil rakyat dengan tetap mengedepankan persatuan dan hidup damai berdampingan sesama anak bangsa.
(nug)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0724 seconds (0.1#10.140)