Manajemen Puasa Sangat Penting bagi Penderita Diabetes

Senin, 06 Mei 2019 - 11:28 WIB
Manajemen Puasa Sangat...
Manajemen Puasa Sangat Penting bagi Penderita Diabetes
A A A
PASIEN diabetes melitus tipe 2 (DMT2) rentan terhadap risiko hipoglikemia saat berpuasa. Hipoglikemia yang tidak ditangani dengan baik dapat berpengaruh buruk pada kesehatan dan mengganggu kelancaran berpuasa. Hipoglikemia adalah kondisi kadar gula dalam darah yang berada di bawah kadar normal, yaitu kurang dari 70 mg/dL.

Hasil studi EPIDIAR pada 2001 di 13 negara dengan populasi muslim yang besar menunjukkan bahwa 79% dari 12.914 orang menjalani ibadah puasa sedikitnya hingga 15 hari selama Ramadan. Pada saat bersamaan, risiko hipoglikemia pada pasien DMT2 meningkat hingga 7,5 kali lipat sepanjang Ramadan.

Karena itu, penting bagi pasien DMT2 berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan rekomendasi manajemen puasa yang tepat sehingga dapat mengontrol kadar gula darah dan mencegah hipoglikemia. Ketua Departemen Endokrinologi dan Diabetes RS Angkatan Bersenjata Al Hada Saudi Arabia Prof Dr Saud NM Al-Sifri mengatakan, berpuasa pada bulan Ramadan sangat erat kaitannya dengan meningkatnya risiko hipoglikemia pada orang dengan diabetes.

Karena itu, pengelolaan diabetes pada bulan Ramadan sangat penting, seperti pemilihan terapi yang disesuaikan dengan kondisi pasien, pemantauan kadar gula darah rutin, dan anjuran penanganan diabetes. “Untuk pemilihan terapi, penggunaan kelas terapi DPP4i menunjukkan risiko rendah terjadinya hipoglikemia bagi pasien diabetes yang berpuasa selama Ramadan karena itu menjadi kelas terapi yang baik dan aman untuk pasien diabetes tipe 2,” ucap Prof Saud.

Dia menjelaskan, berdasarkan hasil kompilasi sembilan studi mengenai pasien DMT2 yang berpuasa pada Ramadan, kelas terapi DPP4i juga terbukti lebih baik dalam menurunkan risiko hipoglikemia dibandingkan sulfonilurea dengan tingkat keampuhan yang setara. “Kelas terapi DPP4i juga tidak membutuhkan penyesuaian dosis dan waktu pemberian selama Ramadan sehingga membuat pasien DMT2 lebih nyaman menjalankan ibadah puasa,” beber Prof Saud.

Studi lain menunjukkan perbedaan hasil penggunaan terapi DPP4i dibandingkan sulfonilurea. Aravind SR pada 2011 dengan metode observasional menunjukkan bahwa 20% dari 1.378 pasien DMT2 mengalami hipoglikemia selama mengonsumsi sulfonilurea pada bulan puasa.

Studi tersebut kemudian dilanjutkan pada 2012, di mana Aravind melakukan perbandingan konsumsi kelas terapi DPP4i dengan sulfonilurea. “Hasil studi menunjukkan bahwa penggunaan kelas terapi DPP4i pada pasien DMT2 terbukti menurunkan risiko hipoglikemia sampai 50% dibandingkan dengan sulfonilurea,” papar Prof Saud.

Perwakilan PB Perkeni dr Dicky Levenus Tahapary SpPD PhD mengatakan, saat berpuasa, tidak hanya terjadi perubahan waktu makan dan jenis makanan, tetapi pasien DMT2 juga akan tidak mendapatkan asupan makanan dan minuman dalam waktu cukup lama.

“Karena itu, umumnya diperlukan beberapa perubahan dalam terapi diabetes yang diberikan sehingga kadar gula dalam tubuh tidak turun terlalu rendah (hipoglikemia) maupun naik terlalu tinggi (hiperglikemia),” ujar dr Dicky.

Hipoglikemia saat puasa merupakan hal yang sering ditemui jika pasien diabetes tidak diberikan pengarahan yang memadai mengenai manajemen diabetes yang tepat selama puasa. Karena itu, idealnya tiap pasien DMT2 berkonsultasi dengan dokter 2-3 bulan sebelum Ramadan untuk mendapatkan persiapan sebelum puasa yang memadai dan mendapatkan rekomendasi manajemen diabetes yang tepat selama bulan puasa dan saat Hari Raya Lebaran.
(don)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8139 seconds (0.1#10.140)