Cegah Penyakit Jantung Koroner dengan Konsumsi Makanan Berserat
A
A
A
PENYAKIT jantung koroner (PJK) merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi (12,9%) di Indonesia, bersama dengan stroke dan hipertensi. Data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan bahwa penyakit jantung koroner mulai menyerang kelompok usia yang lebih muda, yaitu 25-29 tahun.
Dr Johan Winata SpJP(K) FIHA mengatakan, beberapa faktor utama penyebab tingginya penyakit jantung di Indonesia adalah gaya hidup tidak sehat, seperti kurangnya aktivitas fisik (33,5%), serta rendahnya konsumsi buah dan sayur (95,5%). Selain itu, tingginya tingkat stres di kalangan usia 30-an juga turut meningkatkan risiko penyakit jantung.
“Penelitian menunjukkan dengan mengonsumsi serat pangan sebanyak tujuh gram sehari dapat menurunkan risiko penyakit jantung sebesar 9%,” kata dr Johan dalam acara “Nestle ACTICOR: Inovasi Terbaru Nestle Indonesia dengan Beta Glucan dan Inulin Bantu Turunkan Kolesterol”.
Oleh karena itu, lanjutnya, untuk menjaga kesehatan jantung, disarankan untuk memperbanyak konsumsi serat, mengurangi asupan lemak jenuh dan trans-fat. “Serta beraktivitas fisik secara rutin,” imbuh dr Johan.
Business Executive Officer Dairy Nestle Indonesia Windy Cahyaning Wulan menyebutkan, sebagai bagian dari komitmen Nestle Indonesia untuk berkontribusi bagi masa depan yang lebih sehat, pihaknya memperkenalkan Nestle ACTICOR yang merupakan minuman mengandung susu, diperkaya inulin dari chicory dan beta glucan dari oats yang merupakan serat pangan larut dan telah teruji secara klinis mampu membantu menurunkan kadar kolesterol.
“Nestle ACTICOR juga mengandung vitamin B1 dan B2 yang berperan sebagai koenzim perubahan karbohidrat menjadi energi,” kata Windy. Adapun pakar kesehatan dan kebugaran Jansen Ongko MSc RD menjelaskan, salah satu cara bijak mengelola stres dan menjaga kesehatan jantung adalah dengan rutin berolahraga.
“Untuk usia 30-an, saya menyarankan untuk memilih jenis olahraga yang disukai dan sesuai dengan kebutuhan. Lakukan olahraga bersama dengan orang terdekat untuk menambah motivasi,” saran Jansen. Olahraga yang saya sarankan, yaitu olahraga aerobik seperti berenang, bersepeda, berlari, senam lantai atau zumba. Selain itu, bisa memilih olahraga anaerobik seperti angkat beban.
Untuk memperkenalkan Nestle ACTICOR, Nestle Indonesia mengadakan gerakan #LiveHeartFirst yang bertujuan mengajak konsumen muda, khususnya yang memasuki usia 30 tahun, untuk mulai menerapkan gaya hidup sehat dan aktif.
Gerakan ini juga merupakan wujud dukungan terhadap inisiatif pemerintah, yakni Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas), yang mendorong perilaku sehat demi meningkatkan kualitas hidup dengan menerapkan pola makan sehat dan gaya hidup aktif.
“Kami harap, kegiatan ini dapat membantu meningkatkan kesadaran masyarakat Indonesia, khususnya kalangan usia 30-an, untuk mulai menjalani gaya hidup sehat dan aktif sedini mungkin demi jantung yang sehat,” tutur Windy Cahyaning Wulan. Ada beberapa faktor risiko PJK yang dapat diubah dan tidak dapat diubah.
Faktor risiko yang dapat diubah, seperti merokok, kolesterol, trigliserida, asam urat, gula darah, gaya hidup yang tidak sehat, obesitas, hipertensi, dan faktor lingkungan. Adapun faktor risiko yang tidak dapat diubah, di antaranya usia, jenis kelamin, genetik, dan lingkungan. Karena itu, usahakan sesedikit mungkin faktor risiko yang ada pada kita.
Dr Johan Winata SpJP(K) FIHA mengatakan, beberapa faktor utama penyebab tingginya penyakit jantung di Indonesia adalah gaya hidup tidak sehat, seperti kurangnya aktivitas fisik (33,5%), serta rendahnya konsumsi buah dan sayur (95,5%). Selain itu, tingginya tingkat stres di kalangan usia 30-an juga turut meningkatkan risiko penyakit jantung.
“Penelitian menunjukkan dengan mengonsumsi serat pangan sebanyak tujuh gram sehari dapat menurunkan risiko penyakit jantung sebesar 9%,” kata dr Johan dalam acara “Nestle ACTICOR: Inovasi Terbaru Nestle Indonesia dengan Beta Glucan dan Inulin Bantu Turunkan Kolesterol”.
Oleh karena itu, lanjutnya, untuk menjaga kesehatan jantung, disarankan untuk memperbanyak konsumsi serat, mengurangi asupan lemak jenuh dan trans-fat. “Serta beraktivitas fisik secara rutin,” imbuh dr Johan.
Business Executive Officer Dairy Nestle Indonesia Windy Cahyaning Wulan menyebutkan, sebagai bagian dari komitmen Nestle Indonesia untuk berkontribusi bagi masa depan yang lebih sehat, pihaknya memperkenalkan Nestle ACTICOR yang merupakan minuman mengandung susu, diperkaya inulin dari chicory dan beta glucan dari oats yang merupakan serat pangan larut dan telah teruji secara klinis mampu membantu menurunkan kadar kolesterol.
“Nestle ACTICOR juga mengandung vitamin B1 dan B2 yang berperan sebagai koenzim perubahan karbohidrat menjadi energi,” kata Windy. Adapun pakar kesehatan dan kebugaran Jansen Ongko MSc RD menjelaskan, salah satu cara bijak mengelola stres dan menjaga kesehatan jantung adalah dengan rutin berolahraga.
“Untuk usia 30-an, saya menyarankan untuk memilih jenis olahraga yang disukai dan sesuai dengan kebutuhan. Lakukan olahraga bersama dengan orang terdekat untuk menambah motivasi,” saran Jansen. Olahraga yang saya sarankan, yaitu olahraga aerobik seperti berenang, bersepeda, berlari, senam lantai atau zumba. Selain itu, bisa memilih olahraga anaerobik seperti angkat beban.
Untuk memperkenalkan Nestle ACTICOR, Nestle Indonesia mengadakan gerakan #LiveHeartFirst yang bertujuan mengajak konsumen muda, khususnya yang memasuki usia 30 tahun, untuk mulai menerapkan gaya hidup sehat dan aktif.
Gerakan ini juga merupakan wujud dukungan terhadap inisiatif pemerintah, yakni Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas), yang mendorong perilaku sehat demi meningkatkan kualitas hidup dengan menerapkan pola makan sehat dan gaya hidup aktif.
“Kami harap, kegiatan ini dapat membantu meningkatkan kesadaran masyarakat Indonesia, khususnya kalangan usia 30-an, untuk mulai menjalani gaya hidup sehat dan aktif sedini mungkin demi jantung yang sehat,” tutur Windy Cahyaning Wulan. Ada beberapa faktor risiko PJK yang dapat diubah dan tidak dapat diubah.
Faktor risiko yang dapat diubah, seperti merokok, kolesterol, trigliserida, asam urat, gula darah, gaya hidup yang tidak sehat, obesitas, hipertensi, dan faktor lingkungan. Adapun faktor risiko yang tidak dapat diubah, di antaranya usia, jenis kelamin, genetik, dan lingkungan. Karena itu, usahakan sesedikit mungkin faktor risiko yang ada pada kita.
(don)