Ubud Destinasi Wisata Gastronomi Pertama di Dunia

Rabu, 12 Juni 2019 - 09:00 WIB
Ubud Destinasi Wisata...
Ubud Destinasi Wisata Gastronomi Pertama di Dunia
A A A
JAKARTA - Kawasan Ubud di kabupaten Gianyar, Bali, segera ditetapkan sebagai destinasi wisata gastronomi internasional sesuai standar dan sertifikasi yang dikeluarkan oleh Badan Pariwisata Dunia atau United Nation World Tourism Organization (UNWTO). Kawasan Bandung dan “Joglosemar” segera menyusul.

Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya mengatakan, secara holistik penetapan dan penilaian Ubud sebagai destinasi gastronomi merupakan yang pertama di dunia. “Selama ini kita ketahui ada sertifikasi untuk restoran, nah kalau ini yang disertifikasi satu kawasan (Ubud) makanya sifatnya holistik,” ujarnya di sela-sela jumpa pers “Kick Off” penetapan Ubud menjadi destinasi gastronomi prototype standar UNWTO di Gedung Sapta Pesona, Jakarta, kemarin.

Menurut Menpar, program tersebut merupakan salah satu strategi pengembangan wisata kuliner Kementerian Pariwisata (Kemenpar) yakni menaikkan popularitas destinasi kuliner yang lebih dikenal dunia sebagai destinasi gastronomi ke standar internasional. Sebagai catatan, di dalam negeri istilah wisata kuliner memang lebih populer dibanding gastronomi, namun keduanya memiliki benang merah yang sama yaitu terkait makanan dan minuman.

Menpar mengungkapkan, belanja wisatawan sekitar 30%-40% dialokasikan untuk kuliner. Sayangnya, kuliner belum menjadi alasan utama bagi wisatawan mancanegara (wisman) untuk datang ke Indonesia. “Kuliner kita sangat kaya dan beragam tapi kita tidak punya destinasi kuliner kelas dunia. Ini yang ingin kita wujudkan,” tandasnya.

Setelah Ubud tersertifikasi sebagai destinasi wisata gastronomi dunia, lanjut Menpar, maka kredibilitas Indonesia di mata dunia akan naik sehingga lebih mudah memasarkannya kepada wisatawan mancanegara (wisman). “Contohnya Borobudur itu warisan budaya dunia yang diakui UNESCO, maka mudah kita jualannya. Sama halnya Ubud ini nanti yang menyertifikasi juga lembaga pariwisata dunia (UNWTO),” tukasnya.

Untuk dapat dinyatakan sebagai prototype, terdapat lima kriteria standar untuk Destinasi Gastronomi UNWTO di antaranya adalah gaya hidup, produk lokal, budaya dan sejarah, cerita di balik makanan, serta nutrisi dan kesehatan. Penerapan standar ini penting karena akan menjadi tolak ukur bagi Indonesia dan target setelah Bali akan segera diduplikasikan ke Bandung dan JogloSemar (Yogyakarta, Solo, Semarang).

Menpar menjelaskan, terdapat tiga tahapan penting dalam proses mengangkat Ubud menjadi destinasi gastronomi dunia. Pertama, melakukan inventarisasi aset dan atraksi gastronomi termasuk memetakan kesiapan industri dan pelaku usaha yang kemudian dibukukan dalam sebuah laporan dan diajukan ke UNWTO. Kedua, penilaian oleh UNWTO, mulai proses verifikasi dan analisis melalui metode yang cukup detail termasuk 600 wawancara dengan kuesioner kepada semua stakeholders gastronomi, produsen, hotel, restoran, chefs, inisiator food festival, pemerintah daerah, penyedia transportasi, akademisi, wisatawan. Ketiga, rekomendasi yang perlu diterapkan dan dilakukan oleh stakeholders untuk kemudian dilakukan penilaian kedua yang dijadwalkan awal Agustus 2019.

“Kalau melihat kesiapan pemerintah daerah dan stakeholders di Ubud, seharusnya tahun ini kita bisa dapat sertifikatnya,” sebut Ketua Tim Percepatan Pengembangan Wisata Kuliner dan Belanja Kemenpar Vita Datau.

Saat ini tim dari UNWTO telah tiba di Bali untuk melakukan pendalaman dan penilaian atas destinasi yang diusulkan oleh Kemenpar sejak 2017 tersebut. Selama kurun hampir tiga tahun tersebut, diproyeksikan dana yang telah dikeluarkan sekitar Rp4 miliar. “Untuk dapat sertifikat ini kita tidak bayar ke UNWTO, tapi dalam proses panjang selama bertahun-tahun itu kan kita juga memasilitasi kegiatan-kegiatan seperti FGD di daerah. Itu yang kita biayai,” sebutnya.

Tim UNWTO diwakili Aditya Amaranggana sebagai Project Specialist mengapresiasi Indonesia yang berhasil terpilih sebagai destinasi prototype untuk Wisata Gastronomi. Dia menggarisbaahi bahwa salah satu fokus UNWTO 2019 adalah Sustainable Development Goals (SDG’s) dan gastronomi adalah sebuah ekosistem hulu ke hilir yang menyentuh banyak point di SDG’s.

“Program ini dapat meningkatkan kontribusi pariwisata terhadap SDG’s terutama dalam memberantas kemiskinan,” sebutnya.

Menurut Aditya, ada empat tujuan dari program yang dijalankan di Ubud, yaitu membangun citra Ubud sebagai destinasi wisata gastronomi; menciptakan kluster wisata gastronomi di Ubud melalui partisipasi masyarakat lokal; mengembangkan produk inovatif dan experience dalam hal wisata gastronomi; mendorong integrasi antara individu dan perusahaan di Ubud dan bali secara umum.

Selain itu, kata dia, gastronomi mampu membuka lapangan kerja baru di industri FnB (Food and Beverage) disamping juga sedang booming di dunia. “Program ini akan memberikan kesempatan bagi Indonesia melalui Ubud Gianyar untuk menunjukan aset budaya gastronomi yang sangat luar biasa,” katanya.

Lead Expert yang ditunjuk UNWTO Roberta Garibaldi menjelaskan sebuah destinasi gastronomi yang holistik memiliki nilai warisan budaya, kualitas lokal produk atau bahan makanan dimana industrinya berkembang, amenitas gastronomi cukup mumpuni dan berkelanjutan yang mengangkat kearifan lokal.

Selain itu perdagangan menyangkut gastronomi berkembang adanya pasar tradisional, pemasok wine, kopi, teh, produk organik, memiliki tempat belajar gastronomi formal dan informal yang fokus pada kearifan lokal kuliner serta budaya makan setempat.(Inda Susanti)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1611 seconds (0.1#10.140)