Mengidentifikasi Penyakit lewat Penggunaan Bahasa Postingan di Facebook

Rabu, 10 Juli 2019 - 06:06 WIB
Mengidentifikasi Penyakit...
Mengidentifikasi Penyakit lewat Penggunaan Bahasa Postingan di Facebook
A A A
JAKARTA - Sebuah studi baru-baru ini telah menemukan bahwa situs jejaring sosial Facebook mampu memprediksi kondisi mental dan fisik seperti diabetes, kecemasan, depresi dan psikosis pada pasien/pengguna.Menurut ScienceDaily, sebuah penelitian dari Penn Medicine dan peneliti Stony Brook University telah menemukan bahwa bahasa yang digunakan dalam posting Facebook dapat mengidentifikasi penyakit ini pada seseorang.
Sebagaimana dilansir Times Now News, para peneliti menemukan bahwa kata-kata tertentu dan jenis bahasa yang digunakan bisa menjadi indikator penyakit, dan dengan persetujuan pasien, itu juga dapat dipantau seperti gejala fisik dan biasa lainnya. Studi ini dipublikasikan di Plos One.Riwayat postingan Facebook sekitar seribu pasien yang setuju untuk menghubungkan catatan medis mereka dengan profil mereka dianalisis, dengan bantuan teknik pengumpulan data otomatis.
Kemudian, tiga model diciptakan untuk menganalisis bahasa post Facebook, demografi, dan yang ketiga yang menggabungkan dua set data. Studi ini kemudian melihat ke-21 kondisi kesehatan yang berbeda dan menemukan bahwa 21 kondisi tersebut dapat diprediksi dari Facebook saja, dan 10 dari mereka diprediksi lebih baik melalui penggunaan data Facebook daripada informasi demografis.

Penggunaan kata-kata yang berbeda secara intuitif dikaitkan dengan beberapa masalah dan gangguan kesehatan. Penggunaan kata botol dan minuman dikaitkan dengan penyalahgunaan alkohol, dan orang-orang yang menyebut bahasa agama seperti Tuhan dan berdoa 15 kali lebih mungkin menderita diabetes daripada mereka yang menggunakan istilah-istilah ini.

Penggunaan kata-kata lain seperti bodoh dan kata-kata kasar lainnya dicatat sebagai indikator penyalahgunaan narkoba dan psikosis. Tahun lalu, dasar penelitian ini menunjukkan bahwa analisis data Facebook dapat memprediksi depresi tiga bulan lebih awal daripada diagnosis di klinik.

Studi ini dibangun berdasarkan temuan yang sama untuk mengetahui apakah menganalisis data dapat membantu dalam mendeteksi masalah dan gangguan kesehatan lainnya.
(nug)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1047 seconds (0.1#10.140)