Durex Dorong Orang Tua Jadi Narasumber Handal Pendidikan Seksual

Kamis, 18 Juli 2019 - 15:11 WIB
Durex Dorong Orang Tua Jadi Narasumber Handal Pendidikan Seksual
Durex Dorong Orang Tua Jadi Narasumber Handal Pendidikan Seksual
A A A
JAKARTA - Pemahaman akan kesehatan reproduksi dan pendidikan seksual merupakan hal penting yang dimiliki, tidak saja untuk orang tua, tetapi juga para remaja sebagai calon pemimpin bangsa.

Pasalnya, remaja juga dapat menentukan bagaimana Indonesia dapat menikmati bonus demografi atau bahkan bencana demografi. Untuk itu diperlukan remaja yang sehat dan berkualitas, dimana edukasi reproduksi dan pendidikan seksual bagi para remaja menjadi salah satu faktor yang sangat penting dan patut diberi perhatian khusus.

Berangkat dari hal tersebut, Reckitt Benckiser (RB) Indonesia menggelar survei secara online di kalangan konsumen remaja, orang tua, dan pasangan baru menikah di lima kota besar Indonesia. Survei telah diadakan di 5 kota besar Indonesia, yaitu Jakarta, Bandung, Medan, Surabaya, dan Yogyakarta. Tujuannya menciptakan lingkungan terbaik bagi generasi-generasi mendatang serta mendukung semua orang untuk lebih memerhatikan kesehatan diri dan keluarga.

Berdasarkan hasil survei, ditemukan bahwa ketika mengalami tanda pubertas pertama kali, sebanyak 52% remaja memilih orang tua sebagai sumber informasi utama mereka untuk berkonsultasi dan mendiskusikan pengalaman mereka. Sayang, seiring berjalannya waktu, ketika telah melewati tanda pubertas pertama, yaitu mimpi basah untuk laki-laki dan periode hari pertama haid untuk anak perempuan, sebanyak 41% usia muda menjadi lebih nyaman membahas reproduksi kesehatan dan topik pendidikan seksual dengan teman, 21% dengan internet dan 14% dengan orang tua.

Survei menyebutkan, fenomena ini terjadi karena 61% takut dihakimi oleh orang tua ketika membahas topik tersebut. "Memahami situasi ini, kami mendorong keluarga di Indonesia untuk kembali mengambil peran mereka sebagai penasihat anak-anak mereka dan sumber informasi terpercaya tentang kesehatan seksual dan organ reproduksi serta memahami mereka melewati tahap pertumbuhan," kata Srinivasan Appan selaku General Manager Reckitt Benckiser Indonesia saat jumpa pers di Menara Mandiri, Jakarta, Kamis (18/7/2019)."Karena itu, sangat penting bagi remaja dan orang tua untuk bersikap saling terbuka terutama untuk mengetahui informasi penting tentang tentang penyakit menular seksual (PMS), risiko kesehatan pada kehamilam dan pernikahan di bawah usia 20 tahun, serta perlindungan organ reproduksi yang belum disampaikan oleh keluarga sejak dini tentang pengetahuan hubungan seksual yang dapat memengaruhi masa depan mereka," sambungnya. (Baca juga: Daun Pepaya, Bahan Alami Paling Efektif untuk Demam Berdarah ).

Hasil survei tentang kaum muda ini juga menunjukkan kurangnya informasi dan pengetahuan tentang penyakit memular seksual dan bagaimana cara mencegahnya. Mayoritas pemuda (95%) telah mengetahui tentang penyakit menular seksual, namun pengetahuan dan pemahaman mereka hanya terbatas pada HIV/AIDS, sementara penyakit menular lainnya kurang dipahami seperti halnya kencing nanah atau gonorrhea (33%), sipillis (38%), herpes atau HPV (54%) dan infeksi jamur candida atau candidiasis (57%).

"Jika meneliti lebih jauh tentang topik diskusi antara orang tua dan kaum remaja mengenai pendidikan seks, ada beberapa informasi penting yang belum dibahas oleh para orang tua. Yang perlu dicatat, jika para remaja tidak mendapatkan topik-topik ini, mereka bisa menghadapi risiko kesehatan yang lebih besar di masa depan," papar dr. Helena Rahayu Wonoadi selaku Direktur CSR Reckitt Benckiser Indonesia.

Temuan lain mengungkapkan bahwa 57% anak-anak muda sepakat bahwa sekolah secara proaktif lelah mengedukasi dan memberikan informasi tentang pendidikan seksual dan kesehatan organ reproduksi, termasuk tentang PMS, tetapi ironisnya, 73% responden anak-anak muda merasa topik tentang pendidikan seksual dan kesehatan organ reproduksi dan sekolah belum memadai. Survei tersebut juga menemukan bahwa kaum muda memiliki informasi yang belum memadai mengenai kesehatan organ reproduksi dan pendidikan seksual.

Hal ini dapat dilihat dari beberapa mitos yang salah dipahami oleh mereka, termasuk 54% anak muda tidak yakin bagaimana posisi seksual sambil berdiri dapat mencegah kehamilan yang tidak diinginkan, dan 57% percaya bahwa pria yang melakukan masturbasi sebelum melakukan hubungan seksual akan mengurangi peluang kehamilan. Berdasarkan survei ini, Inez Kristanti selaku Psikolog Klinis dari Klinik Angsa Merah menyarankan para orangtua untuk memberikan pendidikan seksual kepada anak sejak kecil. Menurut Inez, memberikan pendidikan seksual tidak sama dengan mengajarkan perilaku seksual yang tidak bertanggung jawab.

"Kebanyakan dari kita atau orangtua itu salah kaprah. Kalo ngomong seks itu mendorong anak melakukan perilaku seksual tidak bertanggung jawab dan seksualitas manusia itu sangat luas. Contoh saat kecil, anak usia 1-3 tahun kasih informasi edukasi organ vital 'oh ini namanya penis dan ini organ vagina'. Kita juga perlu membiasakan pakai bahasa-bahasa. Kesehatan seksual juga berkaitan dengan citra tubuh yang harus dipahami orangtua. Tapi diingat anak tidak bisa mendapatkan informasi 1 arah tapi 2 arah dengan cara berdiskusi membicarakan pendapat satu sama lain," jelas Inez.
(tdy)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5813 seconds (0.1#10.140)
pixels