Vaksin Influenza Dinilai Penting buat Lansia dan Tenaga Kesehatan
A
A
A
JAKARTA - Setiap orang berisiko terkena influenza. Sayangnya, influenza kerap dianggap sebagai penyakit ringan. Komplikasi akibat influenza pun dapat terjadi pada kelompok berisiko tinggi yaitu anak-anak, orang lanjut usia (lansia) di atas 65 tahun, individu dengan penyakit kronis, dan ibu hamil.Dalam data WHO (World Health Organization) atau Organisasi Kesehatan Dunia menyebutkan bahwa influenza menyebabkan 500.000 kematian per tahun dan sebanyak 70 persen dari kasus kematian tersebut dialami oleh lansia. Padahal, penyakit ini dapat dicegah.Pencegahan Influenza dapat dilakukan melalui vaksinasi yang harus dilakukan setiap tahun. Namun, rendahnya kesadaran masyarakat mengenal upaya pencegahan menyebabkan influenza masih menjadl masalah kesehatan utama.
"Vaksinasi influenza direkomendasikan oleh berbagai lembaga kesehatan seperti WHO dan Satgas Imunisasi Dewasa PAPDI, terutama bagi mereka yang menderita penyakit kardiovaskuler. Vaksinasi merupakan cara efektif untuk mencegah infeksi dan komplikasi yang ditimbulkan oleh virus influenza," kata Ketua Satgas Imunisasi Dewasa PB PAPDI, Prof. Dr. dr. Samsuridjal Djauzi, SpPD, K-Al di Jakarta, belum lama ini.
Data studi memperlihatkan bahwa vaksinasi influenza pada penderita kardiovaskuler dapat menurunkan risiko serangan jantung hingga 67 persen dan menurunkan risiko stroke sebanyak 24 persen. Bahkan, infeksi saluran napas oleh virus influenza dapat meningkatkan risiko terkena stroke dan serangan jantung 3-5 kali lipat dalam 3 hari setelah terinfeksi.
"Satgas Imunisasi Dewasa PAPDI juga merekomendasikan pemberian vaksin influenza pada penyandang diabetes untuk menurunkan risiko terinfeksi virus influenza yang menyebabkan rawat inap, perawatan di unit intensif dan kematian," ujar Prof. Dr. dr. Samsuridjal.
Ketua Indonesia Influenza Foundation (IIF), Prof. Dr. dr. Cissy B Kartasasmita, SpA(K), PhD mengungkapkan bahwa vaksinasi influenza merupakan cara pencegahan yang terbukti efektif dari segi biaya. Vaksinasi influenza juga efektif memberikan perlindungan hingga 90 persen bagi mereka yang menerika vaksin dengan galur (strain) yang sama dengan galur virus influenza yang beredar.
"Vaksin influenza membutuhkan waktu kurang lebih dua minggu dalam proses membentuk antibodi setelah vaksin dilakukan," ungkap Dr. Cissy.
Selanjutnya, vaksin dapat bertahan kurang lebih 1 tahun karena seringkali terjadi mutasi virus. Hal ini disebabkan adanya antigenic drift atau mutasi minor (ringan) saat virus influenza melakukan replikasi sehingga bersirkulasi virus galur yang baru. Oleh karena itu, vaksinasi influenza perIu dilakukan secara rutin setiap tahun.
Efektivitas vaksinasi juga bergantung pada galur dalam vaksin influenza, sebab gaIur virus influenza dapat berubah setiap tahun. lnilah latar belakang WHO mengeluarkan rekomendasi tahunan komposisi galur virus influenza yang dapat dibedakan menjadi NH (Northern Hemisphere) dan SH (Southern Hemisphere).
Jumlah vaksinasi influenza yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia masih tergolong rendah, cakupannya hanya berkisar 500.000 dosis vaksin per tahun.Apabila ditinjau dari sisi kelompok berisiko, cakupan vaksinasi influenza di kalangan petugas kesehatan di lndonesia pun masih terbilang rendah jika dibandingkan dengan Singapura, Korea Selatan, Thailand. Negara-negara tersebut bahkan mewajibkan vaksinasi influenza secara rutin setiap tahun untuk melindungi petugas kesehatan serta mencegah penularan influenza kepada pasien.
"Influenza bukanlah penyakit yang sepele. Terutama di negara tropis seperti Indonesia, di mana flu bisa terjadi tidak hanya di musim hujan. Sudah saatnya masyarakat Indonesia melakukan pencegahan influenza meIalui vaksinasi yang sesuai agar terlindungi secara efektif, terutama bagi kaum lansia dan tenaga kesehatan," papar Ketua PERGEMI, Prof. Dr. dr. Siti Setiati, SpPD. K-Ger.
"Vaksinasi influenza direkomendasikan oleh berbagai lembaga kesehatan seperti WHO dan Satgas Imunisasi Dewasa PAPDI, terutama bagi mereka yang menderita penyakit kardiovaskuler. Vaksinasi merupakan cara efektif untuk mencegah infeksi dan komplikasi yang ditimbulkan oleh virus influenza," kata Ketua Satgas Imunisasi Dewasa PB PAPDI, Prof. Dr. dr. Samsuridjal Djauzi, SpPD, K-Al di Jakarta, belum lama ini.
Data studi memperlihatkan bahwa vaksinasi influenza pada penderita kardiovaskuler dapat menurunkan risiko serangan jantung hingga 67 persen dan menurunkan risiko stroke sebanyak 24 persen. Bahkan, infeksi saluran napas oleh virus influenza dapat meningkatkan risiko terkena stroke dan serangan jantung 3-5 kali lipat dalam 3 hari setelah terinfeksi.
"Satgas Imunisasi Dewasa PAPDI juga merekomendasikan pemberian vaksin influenza pada penyandang diabetes untuk menurunkan risiko terinfeksi virus influenza yang menyebabkan rawat inap, perawatan di unit intensif dan kematian," ujar Prof. Dr. dr. Samsuridjal.
Ketua Indonesia Influenza Foundation (IIF), Prof. Dr. dr. Cissy B Kartasasmita, SpA(K), PhD mengungkapkan bahwa vaksinasi influenza merupakan cara pencegahan yang terbukti efektif dari segi biaya. Vaksinasi influenza juga efektif memberikan perlindungan hingga 90 persen bagi mereka yang menerika vaksin dengan galur (strain) yang sama dengan galur virus influenza yang beredar.
"Vaksin influenza membutuhkan waktu kurang lebih dua minggu dalam proses membentuk antibodi setelah vaksin dilakukan," ungkap Dr. Cissy.
Selanjutnya, vaksin dapat bertahan kurang lebih 1 tahun karena seringkali terjadi mutasi virus. Hal ini disebabkan adanya antigenic drift atau mutasi minor (ringan) saat virus influenza melakukan replikasi sehingga bersirkulasi virus galur yang baru. Oleh karena itu, vaksinasi influenza perIu dilakukan secara rutin setiap tahun.
Efektivitas vaksinasi juga bergantung pada galur dalam vaksin influenza, sebab gaIur virus influenza dapat berubah setiap tahun. lnilah latar belakang WHO mengeluarkan rekomendasi tahunan komposisi galur virus influenza yang dapat dibedakan menjadi NH (Northern Hemisphere) dan SH (Southern Hemisphere).
Jumlah vaksinasi influenza yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia masih tergolong rendah, cakupannya hanya berkisar 500.000 dosis vaksin per tahun.Apabila ditinjau dari sisi kelompok berisiko, cakupan vaksinasi influenza di kalangan petugas kesehatan di lndonesia pun masih terbilang rendah jika dibandingkan dengan Singapura, Korea Selatan, Thailand. Negara-negara tersebut bahkan mewajibkan vaksinasi influenza secara rutin setiap tahun untuk melindungi petugas kesehatan serta mencegah penularan influenza kepada pasien.
"Influenza bukanlah penyakit yang sepele. Terutama di negara tropis seperti Indonesia, di mana flu bisa terjadi tidak hanya di musim hujan. Sudah saatnya masyarakat Indonesia melakukan pencegahan influenza meIalui vaksinasi yang sesuai agar terlindungi secara efektif, terutama bagi kaum lansia dan tenaga kesehatan," papar Ketua PERGEMI, Prof. Dr. dr. Siti Setiati, SpPD. K-Ger.
(nug)