Ini Rahasia Yovie Widianto Mampu Bertahan Lebih dari Tiga Dekade
A
A
A
JAKARTA - Yovie Widianto merupakan salah satu musisi yang cukup diperhitungkan namanya di jagat musik Tanah Air. Namun, musisi 51 tahun itu harus menghadapi banyak tantangan dan kendala, serta perjuangan yang tidak mudah selama 33 tahun berkarier di dunia musik.
Musisi kelahiran Bandung, 21 Januari 1968 itu bersyukur kepada Tuhan, dan seluruh pihak yang selalu mendukungnya untuk bisa terus berkarya sepanjang 33 tahun perjalanan kariernya. Sikap tulus, ikhlas dan bersyukur menjadi senjatanya bisa awet menjalani karier bermusik selama lebih dari tiga dekade.
"Saya percaya itu semua talenta, berkat kemampuan bermusik itu semua pemberian dari Tuhan, kalaupun ada masalah di tengah jalan, semua saya hadapi dengan ketulusan dan keikhlasan serta selalu bersyukur jadi menjalani semuanya dengan baik," ujar Yovie di Jakarta, beberapa hari lalu.
Awal perjalanan bermusiknya dimulai dari membentuk band saat masih duduk di bangku SMP pada 1983 di Bandung. Selanjutnya, dia mulai serius dengan mendirikan Kahitna pada 1986, sebelum membidani lahirnya Yovie & Nuno (2001). Meski banyak disibukkan di dunia musik, Yovie ternyata juga berhasil menyelesaikan studinya di jurusan Hubungan Internasional Fisip Universitas Padjajaran, Bandung dengan predikat cumlaude.
"Sebenarnya kalau dihitung dari saya pertama kali berkarier di musik dari 1983, 1986 itu mulai mengeluarkan karya musik. Dan awalnya orangtua enggak setuju saya bermusik, namun saya nekat ikut festival tingkat nasional, 1987 ada festival tingkat dunia di Tokyo dan berbagai festival lain untuk membuktikan kepada mereka saya bisa hidup lewat musik," ungkapnya.
Satu hal yang tidak pernah dilupakan Yovie pada awal-awal kariernya adalah ketika diejek sebagai seniman Mokul alias modal dengkul dalam pergaulan sesama teman musisi. "(Saat itu) ke mana-mana saya selalu jalan kaki, tapi saya enggak marah, justru karena olok-olokan itu malah membuat saya semakin bersemangat dalam berkarya hingga menjadi seperti sekarang ini," terangnya.
Sementara, faktor lain yang membuat Yovie bisa bertahan hingga puluhan tahun, karena didukung tim yang solid. Salah satu buktinya, Kahitna selama ini nyaris tidak pernah terjadi bongkar pasang personel seperti yang dialami banyak grup musik lainnya. Yovie mampu membuat teman-teman di grup musik yang dia bentuk dan orang-orang yang bekerja dengannya merasa nyaman.
Yovie juga mengajak seluruh pecinta musik untuk terbiasa mendengarkan berbagai aliran musik yang berbeda-beda, seperti pop, jazz, dangdut, rock, maupun keroncong dan lainnya. Menurutnya, itu sangat baik untuk mengasah kepekaan sosial kita yang hidup dalam keberagaman dan perbedaan.
"Kalau kita terbiasa mendengarkan beragam aliran musik yang berbeda-beda, saya yakin akan lahir orang orang yang punya sikap menghargai dan menghormati segala perbedaan dan keberagaman yang ada," tandas pemrakarsa berdirinya gerakan Ruang Tengah Indonesia ini.
Musisi kelahiran Bandung, 21 Januari 1968 itu bersyukur kepada Tuhan, dan seluruh pihak yang selalu mendukungnya untuk bisa terus berkarya sepanjang 33 tahun perjalanan kariernya. Sikap tulus, ikhlas dan bersyukur menjadi senjatanya bisa awet menjalani karier bermusik selama lebih dari tiga dekade.
"Saya percaya itu semua talenta, berkat kemampuan bermusik itu semua pemberian dari Tuhan, kalaupun ada masalah di tengah jalan, semua saya hadapi dengan ketulusan dan keikhlasan serta selalu bersyukur jadi menjalani semuanya dengan baik," ujar Yovie di Jakarta, beberapa hari lalu.
Awal perjalanan bermusiknya dimulai dari membentuk band saat masih duduk di bangku SMP pada 1983 di Bandung. Selanjutnya, dia mulai serius dengan mendirikan Kahitna pada 1986, sebelum membidani lahirnya Yovie & Nuno (2001). Meski banyak disibukkan di dunia musik, Yovie ternyata juga berhasil menyelesaikan studinya di jurusan Hubungan Internasional Fisip Universitas Padjajaran, Bandung dengan predikat cumlaude.
"Sebenarnya kalau dihitung dari saya pertama kali berkarier di musik dari 1983, 1986 itu mulai mengeluarkan karya musik. Dan awalnya orangtua enggak setuju saya bermusik, namun saya nekat ikut festival tingkat nasional, 1987 ada festival tingkat dunia di Tokyo dan berbagai festival lain untuk membuktikan kepada mereka saya bisa hidup lewat musik," ungkapnya.
Satu hal yang tidak pernah dilupakan Yovie pada awal-awal kariernya adalah ketika diejek sebagai seniman Mokul alias modal dengkul dalam pergaulan sesama teman musisi. "(Saat itu) ke mana-mana saya selalu jalan kaki, tapi saya enggak marah, justru karena olok-olokan itu malah membuat saya semakin bersemangat dalam berkarya hingga menjadi seperti sekarang ini," terangnya.
Sementara, faktor lain yang membuat Yovie bisa bertahan hingga puluhan tahun, karena didukung tim yang solid. Salah satu buktinya, Kahitna selama ini nyaris tidak pernah terjadi bongkar pasang personel seperti yang dialami banyak grup musik lainnya. Yovie mampu membuat teman-teman di grup musik yang dia bentuk dan orang-orang yang bekerja dengannya merasa nyaman.
Yovie juga mengajak seluruh pecinta musik untuk terbiasa mendengarkan berbagai aliran musik yang berbeda-beda, seperti pop, jazz, dangdut, rock, maupun keroncong dan lainnya. Menurutnya, itu sangat baik untuk mengasah kepekaan sosial kita yang hidup dalam keberagaman dan perbedaan.
"Kalau kita terbiasa mendengarkan beragam aliran musik yang berbeda-beda, saya yakin akan lahir orang orang yang punya sikap menghargai dan menghormati segala perbedaan dan keberagaman yang ada," tandas pemrakarsa berdirinya gerakan Ruang Tengah Indonesia ini.
(nug)