Menikmati Keindahan Wisata Religi di Bumi Seribu Candi

Senin, 09 September 2019 - 10:31 WIB
Menikmati Keindahan...
Menikmati Keindahan Wisata Religi di Bumi Seribu Candi
A A A
THAILAND merupakan negara dengan beragam destinasi wisata religi yang sangat menarik untuk dikunjungi. Tidak hanya untuk masyarakat nonmuslim tapi juga masyarakat muslim. Ya, selain memiliki ribuan candi seperti Wat Arun, Wat Pho, atau Wat Phra Kaew, negara yang mayoritas penduduknya beragama Buddha ini juga memiliki ribuan masjid bernilai sejarah.

Masjid-masjid tersebut kebanyakan berada di tiga provinsi, yakni Provinsi Pattani, Provinsi Yala, dan Provinsi Narathiwat. Salah satu masjid bersejarah, Masjid Wadi Al Hussein, berada di Lubuk Sawo, Bachok, Narathiwat, Thailand Selatan. Berbatasan langsung dengan Malaysia, provinsi yang dihuni 800.000 jiwa ini lebih dari 80% penduduknya beragama Islam.

Tak heran budaya Melayu dan nilai-nilai Islam banyak mewarnai kehidupan sehari-hari masyarakatnya. SINDOnews mendapat kesempatan untuk mengunjungi masjid bersejarah tersebut. Setelah terbang dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta menuju Bandara Svarnabhumi, Bangkok untuk transit, penerbangan dilanjutkan ke Bandara Internasional Hat Yai.

Dari bandara tersebut, perjalanan diteruskan dengan menggunakan transportasi darat. Tiba di lokasi, tampak bangunan berusia 300 tahun tersebut masih berdiri kukuh. Dibangun pada 1014 Hijriah atau 1605 Masehi keaslian bangunan masih sangat terawat. Masjid berbentuk panggung dengan tinggi dari permukaan tanah 1,5 meter ini memiliki ukuran 20x9 meter persegi.

Terbuat dari kayu dengan arsitektur perpaduan China dan Melayu, masjid ini dibangun oleh seorang alim ulama bernama Wadi Al Hussein. Ada kedekatan emosional antara Wadi Al Hussein dengan salah satu wali dari Indonesia, yakni Sunan Ampel. “Jadi, Wadi Al Hussein adalah sepupu dengan Sunan Ampel dari Demak,” ucap Khatib Masjid Wadi Al Hussein, Yusuf, 54. Pria kelahiran Pattani, Thailand, yang sudah 25 tahun mengurus masjid ini menjelaskan, saat dibangun, nama daerah ini masih bernama Teluk Manok.

“Masjid ini pernah didatangi Sultan Demak, Sultan Palembang,” sambung Yusuf. Seiring waktu, terjadi dua kali pemugaran besar pada fondasi masjid. Pertama, kakikaki masjid yang dari kayu diperbaiki, namun karena termakan usia dan lapuk, fondasi kaki masjid ditambahi semen pada 1357 Hijriah. Saat ini imam masjid adalah Ramli Talokding, 63, yang merupakan generasi ketujuh Wadi Al Hussein.

“Ada kolaborasi budaya Melayu dan China. Budaya Melayu tampak pada ukiran bunga di setiap ujung atapnya, sedangkan budaya China terlihat di atap masjid,” ujar Yusuf. Ada banyak falsafah yang terkandung dalam arsitektur masjid. Dibangun rendah karena apabila seseorang berdiri salat, pandangan tidak ke luar. “Sehingga kita khusyuk salat. Kemudian saat kita duduk, terasa angin terus masuk,” ucapnya.

Bagian dalam masjid berlantai kayu ini terdiri dari tiga ruangan, yaitu depan, tengah, dan belakang. Bagian depan masjid, lanjut Yusuf, telah tersentuh pemugaran. Namun, bagian tengah dan dalam masih asli. “Bagian depan sudah desain baru, bagian belakang asli, yaitu konstruksinya tidak menggunakan paku,” kata Yusuf.

Bagian depan dan tengah masjid disekat dinding kayu dengan dua pintu berukuran besar dan kecil. “Pintu besar dan kecil, falsafahnya kita masuk dengan sombong dengan pintu besar. Kita masuk dengan pintu kecil, maka harus hati-hati dan tunduk, rendah. Ukiran di pintu berupa bunga awanawan memiliki falsafah tidak berkesudahan, bersatu padu,” kata dia.

Pada hari-hari tertentu seperti Jumat, Sabtu, Minggu dan hari libur, sekitar 400 hingga 500 umat muslim berkumpul di Masjid Wadi Al Husein. “Biasanya banyak wisatawan luar negeri yang berkunjung ke sini. Kapasitas masjid 400 sampai 500 jamaah,” katanya.

Untuk biaya perawatan masjid, kata dia, anggaran berasal dari jamaah dan Pemerintah Thailand. “Biaya perawatan masjid banyak berasal dari amal jariyah dan rutin dari pemerintah setiap tahun juga ikut membantu,” ucapnya.
(don)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9534 seconds (0.1#10.140)