Rutin Olahraga Bantu Kontrol Diabetes
A
A
A
JAKARTA - Olahraga amat disarankan bagi penderita prediabetes diabetes. Olahraga membantu meningkatkan sensitivitas insulin dan menjaga gula darah agar tetap terkendali. Aktivitas ini juga membantu penderita diabetes untuk menurunkan berat badan atau menjaga berat tubuhnya.“Olahraga membantu gula diserap secara efisien oleh otot sehingga membantu menurunkan kadar gula darah,” kata dr Rachmad Wishnu Hidayat SpKO dalam acara Hari Diabetes Sedunia yang diadakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan Novo Nordisk, di Universitas Yarsi, Kamis(14/11).
Adapun olahraga yang disarankan adalah dengan intensitas sedang hingga berat. Dr Rachmad mengatakan, olahraga rutin seperti senam aerobik dengan durasi minimal 30 menit per sesi yang dilakukan lima kali per minggu bisa dilakukan bagi mereka penderita prediabetes (kondisi saat kadar gula dalam darah sudah melebihi batas normal namun belum dikategorikan ke diabetes tipe 2). Olahraga diketahui dapat turunkan HbA1c (hemoglobin yang berikatan dengan glukosa) sebanyak 0,5%-2%.
Di samping olahraga, menjaga pola makan sehat dan patuh minum obat adalah pilar penting pencegahan diabetes. Nah, dengan berolahraga secara rutin, maka pasien diabetes dapat mengurangi dosis obat-obatan yang harus diminum.Adapun bagi yang sudah komplikasi pada kaki, misalnya, masih bisa melakukan olahraga dengan frekuensidan intensitas sama, tapi jenisnya berbeda. “Bisa senam aerobik sambil duduk atau bersepeda,” saran dr Rachmad. Sebagai provinsi dengan penderita diabetes tertinggi, sekitar 260.000 penduduk, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengadakan programCities Changing Diabetes (CCD) guna memerangi diabetes diperkotaan, mengingat kompleksitas masalah penanganan diabetes di Indonesia.
Salah satunya dengan menggalakkan deteksi dini penyakit tidak menular (PTM), termasuk diabetes diposbindu. “Melalui posbindu, masyarakat diharapkan melakukan pemeriksaan deteksi dini faktor risiko PTM yang mencakup pengukuran tinggi badan, berat badan, tekanan darah, lingkar perut , dan pemeriksaan gula darah,” kata dr Dwi Oktavia TLH MEpid, Kepala Bidang P2P Dinkes Provinsi DKI Jakarta.
Dia melakukan upaya-upaya strategis yang dilakukan Pemda DKI dalam mencegah diabetes, di antaranya upaya promotif preventif, meningkatkan kualitas layanan pasien diabetes sesuai standar, dan meningkatkan upaya penemuan kasus dan deteksi dini diabetes melalui program Posbindu Mobile di tujuh lokasi, salah satunya institusi pendidikan.Dijelaskan dr Dicky Levenus SpPD PhD, rendahnya kesadaran masyarakat akan deteksi dini menjadi penyebab utama rendahnya penemuan kasus diabetes. Ini masih terjadi di Jakarta meski fasilitas kesehatan primer atau puskesmas mudah diakses.
“Akhirnya sekitar 52% pasien dengan diabetes sudah memiliki komplikasi ketika didiagnosis,” ucapnya. Tantangan lain dalam pengelolaan diabetes adalah jumlah dokter dan dokter spesialis di fasilitas kesehatan yang tidak sebanding dengan banyaknya jumlah pasien. (Sri Noviarni)
Adapun olahraga yang disarankan adalah dengan intensitas sedang hingga berat. Dr Rachmad mengatakan, olahraga rutin seperti senam aerobik dengan durasi minimal 30 menit per sesi yang dilakukan lima kali per minggu bisa dilakukan bagi mereka penderita prediabetes (kondisi saat kadar gula dalam darah sudah melebihi batas normal namun belum dikategorikan ke diabetes tipe 2). Olahraga diketahui dapat turunkan HbA1c (hemoglobin yang berikatan dengan glukosa) sebanyak 0,5%-2%.
Di samping olahraga, menjaga pola makan sehat dan patuh minum obat adalah pilar penting pencegahan diabetes. Nah, dengan berolahraga secara rutin, maka pasien diabetes dapat mengurangi dosis obat-obatan yang harus diminum.Adapun bagi yang sudah komplikasi pada kaki, misalnya, masih bisa melakukan olahraga dengan frekuensidan intensitas sama, tapi jenisnya berbeda. “Bisa senam aerobik sambil duduk atau bersepeda,” saran dr Rachmad. Sebagai provinsi dengan penderita diabetes tertinggi, sekitar 260.000 penduduk, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengadakan programCities Changing Diabetes (CCD) guna memerangi diabetes diperkotaan, mengingat kompleksitas masalah penanganan diabetes di Indonesia.
Salah satunya dengan menggalakkan deteksi dini penyakit tidak menular (PTM), termasuk diabetes diposbindu. “Melalui posbindu, masyarakat diharapkan melakukan pemeriksaan deteksi dini faktor risiko PTM yang mencakup pengukuran tinggi badan, berat badan, tekanan darah, lingkar perut , dan pemeriksaan gula darah,” kata dr Dwi Oktavia TLH MEpid, Kepala Bidang P2P Dinkes Provinsi DKI Jakarta.
Dia melakukan upaya-upaya strategis yang dilakukan Pemda DKI dalam mencegah diabetes, di antaranya upaya promotif preventif, meningkatkan kualitas layanan pasien diabetes sesuai standar, dan meningkatkan upaya penemuan kasus dan deteksi dini diabetes melalui program Posbindu Mobile di tujuh lokasi, salah satunya institusi pendidikan.Dijelaskan dr Dicky Levenus SpPD PhD, rendahnya kesadaran masyarakat akan deteksi dini menjadi penyebab utama rendahnya penemuan kasus diabetes. Ini masih terjadi di Jakarta meski fasilitas kesehatan primer atau puskesmas mudah diakses.
“Akhirnya sekitar 52% pasien dengan diabetes sudah memiliki komplikasi ketika didiagnosis,” ucapnya. Tantangan lain dalam pengelolaan diabetes adalah jumlah dokter dan dokter spesialis di fasilitas kesehatan yang tidak sebanding dengan banyaknya jumlah pasien. (Sri Noviarni)
(nfl)