Vimast Gemakan Budaya Indonesia di Australia dengan Cara Unik
A
A
A
JAKARTA - Musisi Viza K. Mahasa atau yang akrab disapa Vimast memiliki cara unik untuk semakin menggemakan budaya terutama bahasa Indonesia di Australia, Austria dan negara lain di dunia. Dia mengemas musik yang menarik dan easy listening sebagai bagian mengenalkan Indonesia kepada dunia.
Meski terbilang masih baru, Vimast sudah melakukan beragam kegiatan konkret untuk memberikan dampak positif bagi semua orang. Salah satu yang pernah dilakukannya adalah menginisiasi gerakan Milenial Bangun Masjid bersama Robi Satria gitaris band Geisha. Di sini, dia dan Robi mengajak milenial membangun masjid di Palu yang terdampak bencana alam.
Tidak berhenti sampai di situ, Vimast pun kembali membuat gebrakan agar lagu karya berbahasa Indonesia bisa diterima masyarakat dunia, salah satunya Australia. Empat tahun berkarya lewat genre World Music, Vimast membuat masyarakat begitu familiar dengan perpaduan musik modern dan etnik. Bahkan, karya musiknya masuk dalam kurikulum sekolah di Australia untuk pelajaran Bahasa Indonesia, yang diterapkan sejak 4 tahun lalu.
"Materi untuk belajar Bahasa Indonesia di Australia budaya pakai lagu Vimast, banyak dibawakan musisi Indonesia lain kayak Michael Jakaramina (alumnus Idol 1) bawakan lagu Yogya Love Story atas permintaan EO. Akhirnya 2019 benar Vimast diundang untuk main start 15 Agustus main di 10 sekolah yang kalau ada workshop gamelan, song writing bikin lagu pakai Bahasa Indonesia," ungkap Vimast saat ditemui SINDO di Jakarta, belum lama ini.
Kegiatan menggemakan sekaligus mempopulerkan bahasa dan budaya Indonesia kepada siswa-siswi SMA di Australia ini dilakukan pada Agustus-Oktober 2019. Ajang tersebut merupakan bagian merayakan 74 tahun kemerdekaan Indonesia, dan 70 tahun persahabatan Indonesia-Australia.
Kehadiran Vimast di Australia itu merupakan undangan dari BBIP (Balai Bahasa Indonesia Perth), WILTA (Westralian Indonesian Language Teachers Association) yang bekerjasama dengan KJRI Perth. Mereka memberitahukan kepada Vimast jika lagu Kurikulum Hatimu dan Jogja Love Story menjadi bahan pembelajaran siswa/i di benua Australia dalam mempelajari Bahasa Indonesia.
"Wah, ini sih amazing sekali, musisikan tahunya bermusik saja, mana tahu kalau impact-nya bisa sebesar ini. Di dalam negeri, oke mungkin kita masih di-under estimate, tapi watch-out guys, lagu-lagu Vimast alhamdulillah bisa jadi bahan diplomasi persatuan dan persahabatan antar negara," tutur Vimast.
"Benar-benar sebuah pengalaman yang enggak bisa diungkapkan dengan kata-kata, di mana remaja siswi yang mayoritas perempuan Australia berteriak histeris sekaligus fasih membawakan lagu-lagu karya saya dari awal sampai akhir, saat itu mereka enjoy," sambungnya.
Meski terbilang masih baru, Vimast sudah melakukan beragam kegiatan konkret untuk memberikan dampak positif bagi semua orang. Salah satu yang pernah dilakukannya adalah menginisiasi gerakan Milenial Bangun Masjid bersama Robi Satria gitaris band Geisha. Di sini, dia dan Robi mengajak milenial membangun masjid di Palu yang terdampak bencana alam.
Tidak berhenti sampai di situ, Vimast pun kembali membuat gebrakan agar lagu karya berbahasa Indonesia bisa diterima masyarakat dunia, salah satunya Australia. Empat tahun berkarya lewat genre World Music, Vimast membuat masyarakat begitu familiar dengan perpaduan musik modern dan etnik. Bahkan, karya musiknya masuk dalam kurikulum sekolah di Australia untuk pelajaran Bahasa Indonesia, yang diterapkan sejak 4 tahun lalu.
"Materi untuk belajar Bahasa Indonesia di Australia budaya pakai lagu Vimast, banyak dibawakan musisi Indonesia lain kayak Michael Jakaramina (alumnus Idol 1) bawakan lagu Yogya Love Story atas permintaan EO. Akhirnya 2019 benar Vimast diundang untuk main start 15 Agustus main di 10 sekolah yang kalau ada workshop gamelan, song writing bikin lagu pakai Bahasa Indonesia," ungkap Vimast saat ditemui SINDO di Jakarta, belum lama ini.
Kegiatan menggemakan sekaligus mempopulerkan bahasa dan budaya Indonesia kepada siswa-siswi SMA di Australia ini dilakukan pada Agustus-Oktober 2019. Ajang tersebut merupakan bagian merayakan 74 tahun kemerdekaan Indonesia, dan 70 tahun persahabatan Indonesia-Australia.
Kehadiran Vimast di Australia itu merupakan undangan dari BBIP (Balai Bahasa Indonesia Perth), WILTA (Westralian Indonesian Language Teachers Association) yang bekerjasama dengan KJRI Perth. Mereka memberitahukan kepada Vimast jika lagu Kurikulum Hatimu dan Jogja Love Story menjadi bahan pembelajaran siswa/i di benua Australia dalam mempelajari Bahasa Indonesia.
"Wah, ini sih amazing sekali, musisikan tahunya bermusik saja, mana tahu kalau impact-nya bisa sebesar ini. Di dalam negeri, oke mungkin kita masih di-under estimate, tapi watch-out guys, lagu-lagu Vimast alhamdulillah bisa jadi bahan diplomasi persatuan dan persahabatan antar negara," tutur Vimast.
"Benar-benar sebuah pengalaman yang enggak bisa diungkapkan dengan kata-kata, di mana remaja siswi yang mayoritas perempuan Australia berteriak histeris sekaligus fasih membawakan lagu-lagu karya saya dari awal sampai akhir, saat itu mereka enjoy," sambungnya.
(nug)