Joyce Carol Oates, Penulis Legenda yang Terus Produktif
A
A
A
Joyce Carol Oates seolah menjadi bukti jika produktivitas tidak pernah menemui batasan. Umur boleh terus bertambah begitu juga dengan karya yang dia hasilkan. Penulis Pramoedya Ananta Toer suatu saat pernah mengatakan menulis adalah bekerja untuk keabadian. Sepertinya ungkapan itu pas dialamatkan pada penulis Amerika, Joyce Carol Oates.
Lahir pada 16 Juni 1938, karya yang telah dituliskan oleh Joyce telah melebihi dari setengah umurnya saat ini. Dikutip lama Lithub, selama lebih dari setengah abad, Oates telah menjadi penulis Amerika yang dihormati dan sangat produktif.
Sejak 1963 ia telah menerbitkan lebih dari 50 novel dan sekitar 30 cerita pendek (cerpen), drama, esai, puisi, dan cerita anak-anak. Kreativitasnya seolah hendak adu cepat dengan usianya. Tidak heran jika produktivitas Joyce begitu melegenda.
Mei lalu, Oates baru saja meluncurkan karya terbarunya ‘My Life As a Rat’ yang mengeksplorasi kisah seorang gadis remaja bernama Violet. Karya ini bercerita tentang kesetaraan sosial, ras dan gender. Menurut The Star, novel ini disebut-sebut ‘mendekati’ menjadi karya masterpiece Joyce.
Novel ini sebetulnya sudah pernah ditulisnya dalam bentuk cerita pendek berjudul ‘Curly Red’ yang dimuat di majalah Harper pada 2003 lalu. Lalu dicetak ulang dalam antologi ‘I Am No One You Know’ pada 2004. Novel terbarunya ini juga terinspirasi masa ketegangan rasial yang terjadi saat dia tinggal dan tumbuh di Detroit.
“Novel ini terjadi di daerah perkotaan yang mirip dengan Detroit, tetapi juga di banyak kota pasca-industri di AS di mana rasisme telah lama mengakar, jarang ditantang dalam sistem, dan hanya menjadi perhatian dunia yang lebih luas. Ketika ada ledakan dari apa yang disebut - secara diplomatis – ‘kerusuhan perkotaan’ atau kadang disebut ‘kerusuhan ras’, cara berbahaya yang menyalahkan korban ketika mereka memberontak terhadap penindasan yang dialami,” terangnya, dikutip The Guardian.
Joyce tekenal dengan hasil sastra yang luas dalam berbagai gaya dan genre. Seperti novel, cerita pendek, dan Esai. Yang paling terkenal dari gaya penulisannya adalah penggambarannya tentang kekerasan dan kejahatan di masyarakat modern yang sangat terbuka, detil, dan efektif.
Dengan nama pena Rosamond Smith dan Lauren Kelly, penulis berusia 81 tahun pada 16 Juni lalu ini berani membawa kesetaraan gender dan masalah lainnya ke garis depan. Dari mengatasi penindasan, melanggar aturan, menata ulang dunia atau mengobarkan pemberontakan.
Melalui karyanya, dia seolah ingin menentang ketidakadilan terlepas dari konsekuensinya. Novel-novel Oates mencakup beragam latar sejarah dan genre sastra. Dia biasanya menggambarkan individu-individu Amerika yang kehidupannya sangat intens dan obsesif dan selalu berakhir dengan pertumpahan darah dan penghancuran diri.
Itu terjadi karena kekuatan yang lebih besar di luar kendali mereka. Buku-bukunya juga memadukan perlakuan realistis kehidupan sehari-hari dengan penggambaran kekerasan yang mengerikan dan bahkan sensasional.
Dia telah memenangkan banyak penghargaan untuk tulisannya. Termasuk National Book Award untuk novel ‘Them’ (1969). Lalu beberapa novelnya seperti ‘Black Water’ (1992), ‘What I Lived For’ (1994), ‘Blonde’ (2000), kumpulan cerpen ‘The Wheel of Love’ (1970) dan ‘Lovely, Dark, Deep: Stories’ (2014) masuk menjadi finalis Pulitzer Prize.
Joyce juga memenangkan The Pen/Malamud Award, The National Medal of the Humanities, dan penghargaan prestasi seumur hidup dari The National Book Critics Circle. Bahkan cerpennya, ‘Where Are You Going, Where Have You Been?’ muncul di silabus sekolah menengah yang tak terhitung jumlahnya untuk para remaja. Tahun ini dia juga menerima dua penghargaan O. Henry Awards, The National Humanities Medal dan The Jerusalem Prize (2019).
Menulis sejak remaja
Dilahirkan di negara bagian New York, Joyce adalah putri seorang desainer alat rumah tangga Frederic James Oates. Dia sudah membaca sejak usia dini dan mengingat buku pertama yang dia baca adalah Alice’s Adventures in Wonderland’ (1865) yang ditulis Lewis Carrol.
Dia mengatakan buku hadiah pemberian neneknya Blanche Woodside itu seperti ‘harta karun masa kecil. Di awal masa remajanya, dia melahap karya Charlotte Bronte, Emily Bronte, Fyodor Dostoevsky, William Faulkner, Ernest Hemingway, dan Henry David Thoreau.
Dia mulai menulis pada usia 14 tahun, ketika sang nenek memberinya mesin tik. Dikutip laman Open Culture, dia mulai secara sadar melatih diri dengan menulis novel demi novel dan selalu membuangnya ketika sudah selesai. Saat itu, dia hanya ingin menulis, menumpahkan semua gagasan dan ide yang ada di dalam kepalanya.
Dia kemudian dipindahkan ke beberapa sekolah pinggiran yang lebih besar dan lulus dari Williamsville South High School pada 1956. Setelah lulus, dia mulai bekerja untuk surat kabar sekolah menengahnya. Sebagai seorang remaja, Oates juga menerima pengakuan awal atas tulisannya dengan memenangkan Scholastic Art and Writing Award.
Beranjak dewasa, Oates kuliah jurusan Bahasa Inggris di Syracuse University dan University of Wisconsin. Lalu mengajar bahasa Inggris di Universitas Detroit, Universitas Windsor di Ontario, Kanada, dan Universitas Princeton. Pada tahun 1961, dia menikah dengan Raymond J. Smith yang meninggal tahun 2008 lalu. Dari sinilah dia memulai perjalanannya di dunia menulis. Bersama sang mendiang suami inilah dia menerbitkan majalah sastra The Ontario Review.
Di awal karirnya, Oates menyumbangkan cerita-cerita pendek ke sejumlah majalah dan ulasan, termasuk Prairie Schooner, Literary Review, Southwest Review, dan Epoch. Mulai pada pada 1963 ia menerbitkan kumpulan cerita pendek pertamanya, ‘By the North Gate’. Novel pertamanya, ‘With Shuddering Fall’ keluar pada 1964 lalu diikuti koleksi cerita pendek kedua, pon the Sweeping Flood’ (1965). Setelah itu, dia semakin rajin menulis. Rata-rata sekitar dua buku per tahun.
Karya-karya fiksinya yang terkenal meliputi ‘A Garden of Earthly Delights’(1967), ‘Do with Me What You Will’ (1973), ‘Black Water (1992)’, dan lainnya. Dikutip Harper Collins Publishers, dia telah menulis beberapa fiksi paling abadi di zaman kita, termasuk buku terlaris nasional ‘We Were the Mulvaneys, Blonde’, yang dinominasikan untuk National Book Award, dan buku terlaris New York Times The Falls, yang memenangkan Prix Femina 2005.
Pada 2011, Oates menerbitkan memoar ‘A Widow’s Story’ ketika berduka atas kematian suaminya. Lalu ‘The Lost Landscape: A Writer's Coming of Age’ (2015) adalah memoar yang secara elips mendokumentasikan masa kecilnya. Oates juga tercatat sebagai Profesor Humaniora yang terhormat dari Roger S. Berlind di Universitas Princeton dan telah menjadi anggota Akademi Seni dan Sastra Amerika sejak 1978.
Lahir pada 16 Juni 1938, karya yang telah dituliskan oleh Joyce telah melebihi dari setengah umurnya saat ini. Dikutip lama Lithub, selama lebih dari setengah abad, Oates telah menjadi penulis Amerika yang dihormati dan sangat produktif.
Sejak 1963 ia telah menerbitkan lebih dari 50 novel dan sekitar 30 cerita pendek (cerpen), drama, esai, puisi, dan cerita anak-anak. Kreativitasnya seolah hendak adu cepat dengan usianya. Tidak heran jika produktivitas Joyce begitu melegenda.
Mei lalu, Oates baru saja meluncurkan karya terbarunya ‘My Life As a Rat’ yang mengeksplorasi kisah seorang gadis remaja bernama Violet. Karya ini bercerita tentang kesetaraan sosial, ras dan gender. Menurut The Star, novel ini disebut-sebut ‘mendekati’ menjadi karya masterpiece Joyce.
Novel ini sebetulnya sudah pernah ditulisnya dalam bentuk cerita pendek berjudul ‘Curly Red’ yang dimuat di majalah Harper pada 2003 lalu. Lalu dicetak ulang dalam antologi ‘I Am No One You Know’ pada 2004. Novel terbarunya ini juga terinspirasi masa ketegangan rasial yang terjadi saat dia tinggal dan tumbuh di Detroit.
“Novel ini terjadi di daerah perkotaan yang mirip dengan Detroit, tetapi juga di banyak kota pasca-industri di AS di mana rasisme telah lama mengakar, jarang ditantang dalam sistem, dan hanya menjadi perhatian dunia yang lebih luas. Ketika ada ledakan dari apa yang disebut - secara diplomatis – ‘kerusuhan perkotaan’ atau kadang disebut ‘kerusuhan ras’, cara berbahaya yang menyalahkan korban ketika mereka memberontak terhadap penindasan yang dialami,” terangnya, dikutip The Guardian.
Joyce tekenal dengan hasil sastra yang luas dalam berbagai gaya dan genre. Seperti novel, cerita pendek, dan Esai. Yang paling terkenal dari gaya penulisannya adalah penggambarannya tentang kekerasan dan kejahatan di masyarakat modern yang sangat terbuka, detil, dan efektif.
Dengan nama pena Rosamond Smith dan Lauren Kelly, penulis berusia 81 tahun pada 16 Juni lalu ini berani membawa kesetaraan gender dan masalah lainnya ke garis depan. Dari mengatasi penindasan, melanggar aturan, menata ulang dunia atau mengobarkan pemberontakan.
Melalui karyanya, dia seolah ingin menentang ketidakadilan terlepas dari konsekuensinya. Novel-novel Oates mencakup beragam latar sejarah dan genre sastra. Dia biasanya menggambarkan individu-individu Amerika yang kehidupannya sangat intens dan obsesif dan selalu berakhir dengan pertumpahan darah dan penghancuran diri.
Itu terjadi karena kekuatan yang lebih besar di luar kendali mereka. Buku-bukunya juga memadukan perlakuan realistis kehidupan sehari-hari dengan penggambaran kekerasan yang mengerikan dan bahkan sensasional.
Dia telah memenangkan banyak penghargaan untuk tulisannya. Termasuk National Book Award untuk novel ‘Them’ (1969). Lalu beberapa novelnya seperti ‘Black Water’ (1992), ‘What I Lived For’ (1994), ‘Blonde’ (2000), kumpulan cerpen ‘The Wheel of Love’ (1970) dan ‘Lovely, Dark, Deep: Stories’ (2014) masuk menjadi finalis Pulitzer Prize.
Joyce juga memenangkan The Pen/Malamud Award, The National Medal of the Humanities, dan penghargaan prestasi seumur hidup dari The National Book Critics Circle. Bahkan cerpennya, ‘Where Are You Going, Where Have You Been?’ muncul di silabus sekolah menengah yang tak terhitung jumlahnya untuk para remaja. Tahun ini dia juga menerima dua penghargaan O. Henry Awards, The National Humanities Medal dan The Jerusalem Prize (2019).
Menulis sejak remaja
Dilahirkan di negara bagian New York, Joyce adalah putri seorang desainer alat rumah tangga Frederic James Oates. Dia sudah membaca sejak usia dini dan mengingat buku pertama yang dia baca adalah Alice’s Adventures in Wonderland’ (1865) yang ditulis Lewis Carrol.
Dia mengatakan buku hadiah pemberian neneknya Blanche Woodside itu seperti ‘harta karun masa kecil. Di awal masa remajanya, dia melahap karya Charlotte Bronte, Emily Bronte, Fyodor Dostoevsky, William Faulkner, Ernest Hemingway, dan Henry David Thoreau.
Dia mulai menulis pada usia 14 tahun, ketika sang nenek memberinya mesin tik. Dikutip laman Open Culture, dia mulai secara sadar melatih diri dengan menulis novel demi novel dan selalu membuangnya ketika sudah selesai. Saat itu, dia hanya ingin menulis, menumpahkan semua gagasan dan ide yang ada di dalam kepalanya.
Dia kemudian dipindahkan ke beberapa sekolah pinggiran yang lebih besar dan lulus dari Williamsville South High School pada 1956. Setelah lulus, dia mulai bekerja untuk surat kabar sekolah menengahnya. Sebagai seorang remaja, Oates juga menerima pengakuan awal atas tulisannya dengan memenangkan Scholastic Art and Writing Award.
Beranjak dewasa, Oates kuliah jurusan Bahasa Inggris di Syracuse University dan University of Wisconsin. Lalu mengajar bahasa Inggris di Universitas Detroit, Universitas Windsor di Ontario, Kanada, dan Universitas Princeton. Pada tahun 1961, dia menikah dengan Raymond J. Smith yang meninggal tahun 2008 lalu. Dari sinilah dia memulai perjalanannya di dunia menulis. Bersama sang mendiang suami inilah dia menerbitkan majalah sastra The Ontario Review.
Di awal karirnya, Oates menyumbangkan cerita-cerita pendek ke sejumlah majalah dan ulasan, termasuk Prairie Schooner, Literary Review, Southwest Review, dan Epoch. Mulai pada pada 1963 ia menerbitkan kumpulan cerita pendek pertamanya, ‘By the North Gate’. Novel pertamanya, ‘With Shuddering Fall’ keluar pada 1964 lalu diikuti koleksi cerita pendek kedua, pon the Sweeping Flood’ (1965). Setelah itu, dia semakin rajin menulis. Rata-rata sekitar dua buku per tahun.
Karya-karya fiksinya yang terkenal meliputi ‘A Garden of Earthly Delights’(1967), ‘Do with Me What You Will’ (1973), ‘Black Water (1992)’, dan lainnya. Dikutip Harper Collins Publishers, dia telah menulis beberapa fiksi paling abadi di zaman kita, termasuk buku terlaris nasional ‘We Were the Mulvaneys, Blonde’, yang dinominasikan untuk National Book Award, dan buku terlaris New York Times The Falls, yang memenangkan Prix Femina 2005.
Pada 2011, Oates menerbitkan memoar ‘A Widow’s Story’ ketika berduka atas kematian suaminya. Lalu ‘The Lost Landscape: A Writer's Coming of Age’ (2015) adalah memoar yang secara elips mendokumentasikan masa kecilnya. Oates juga tercatat sebagai Profesor Humaniora yang terhormat dari Roger S. Berlind di Universitas Princeton dan telah menjadi anggota Akademi Seni dan Sastra Amerika sejak 1978.
(don)