Film Semesta, Bukti Kepedulian Nicholas Saputra terhadap Lingkungan
A
A
A
JAKARTA - Tak hanya piawai berakting, Nicholas Saputra merupakan salah satu aktor yang juga memiliki kepedulian pada lingkungan. Hal ini dia buktikan dengan sejumlah aksinya hingga yang terbaru menggarap sebuah film dokumenter berjudul Semesta.
Berperan sebagai produser, Nicholas menjelaskan bahwa film Semesta berkisah tentang tujuh sosok dari tujuh provinsi Indonesia yang bergerak memelankan dampak perubahan iklim dengan merawat alam atas dorongan agama, kepercayaan, dan budaya masing-masing.
"Sebenernya saya sangat optimistis orang Indonesia ingin melakukan sesuatu untuk lingkungan tapi belum cukup untuk gerakan. Kami merasa bahwa orang Indonesia sangat peduli dengan lingkungan tapi enggak tahu gimana caranya. Ini hal sangat besar dan berat dan umumnya dipikir hanya bisa dilakukan dengan perbuatan besar, padahal enggak," kata Nicholas Saputra saat berkunjung ke Gedung Sindo, Jakarta, Rabu (29/1).
Melalui rangkaian kisah tujuh sosok inspiratif ini, film Semesta mengajak berkeliling sembari menikmati kekayaan alam di Tanah Air, mulai dari titik ujung barat, yakni Desa Pameu, Aceh, hingga menuju bagian ujung timur Indonesia, tepatnya di Kampung Kapatcol, Papua.
"Di film ini tujuh orang lakukan untuk lingkungan mereka dari daerah beda. Kami melakukan riset literatur dan kami tidak memilih daerah ini tapi kami mencari daerah mana saja yang memiliki hal positif untuk lingkungan atas dasar budaya, agama, kepercayaan dan tujuh orang ini muncul. Kami menangkap momen ini dengan jujur," ungkap sutadara film Semesta, Chairun Nissa.
"Tujuh daerah ini sudah mewakili Indonesia yang sangat kaya. Aceh dengan hutannya, Jakarta dengan urban, Papua dengan lautnya. Risetnya kita dua bulan dan karena kita dokumenter jadi tidak ada skrip, ini bener-bener kejadian nyata apa adanya," lanjutnya.
Rangkaian kisah tujuh tokoh inspiratif yang merawat alam Indonesia ini akan mengajak semuanya untuk ikut berperan dalam memelankan dampak perubahan iklim melalui langkah kecil yang bisa kita lakukan masing-masing. Lebih lanjut film ini diharapkan tak hanya menjadi pengingat sementara, tapi juga memantik gerakan menjaga dan memelihara alam yang berkesinambungan.
"Cerita masalahnya dan bagaimana solusinya yang bisa dilakukan dan mereka (tujuh tokoh) memberikan solusi. Kayak di Bali, Nyepi itu hari untuk hening. Hari enggak boleh keluar rumah kecuali untuk emergensi tapi kontribusinya untuk bumi sangat besar," ujar Nicholas Saputra.
Film Semesta dijadwalkan tayang terbatas di bioskop mulai 30 Januari 2020. Film Semesta merupakan debut Tanakhir Films memproduksi film dokumenter panjang. Sebelumnya film ini berhasil masuk nominasi Festival Film Indonesia 2018 dalam kategori Film Dokumenter Panjang Terbaik. Film ini juga terseleksi untuk diputar di Suncine International Environmental Film Festival yang berlangsung di Barcelona, Spanyol pada 6-14 November 2019.
Berperan sebagai produser, Nicholas menjelaskan bahwa film Semesta berkisah tentang tujuh sosok dari tujuh provinsi Indonesia yang bergerak memelankan dampak perubahan iklim dengan merawat alam atas dorongan agama, kepercayaan, dan budaya masing-masing.
"Sebenernya saya sangat optimistis orang Indonesia ingin melakukan sesuatu untuk lingkungan tapi belum cukup untuk gerakan. Kami merasa bahwa orang Indonesia sangat peduli dengan lingkungan tapi enggak tahu gimana caranya. Ini hal sangat besar dan berat dan umumnya dipikir hanya bisa dilakukan dengan perbuatan besar, padahal enggak," kata Nicholas Saputra saat berkunjung ke Gedung Sindo, Jakarta, Rabu (29/1).
Melalui rangkaian kisah tujuh sosok inspiratif ini, film Semesta mengajak berkeliling sembari menikmati kekayaan alam di Tanah Air, mulai dari titik ujung barat, yakni Desa Pameu, Aceh, hingga menuju bagian ujung timur Indonesia, tepatnya di Kampung Kapatcol, Papua.
"Di film ini tujuh orang lakukan untuk lingkungan mereka dari daerah beda. Kami melakukan riset literatur dan kami tidak memilih daerah ini tapi kami mencari daerah mana saja yang memiliki hal positif untuk lingkungan atas dasar budaya, agama, kepercayaan dan tujuh orang ini muncul. Kami menangkap momen ini dengan jujur," ungkap sutadara film Semesta, Chairun Nissa.
"Tujuh daerah ini sudah mewakili Indonesia yang sangat kaya. Aceh dengan hutannya, Jakarta dengan urban, Papua dengan lautnya. Risetnya kita dua bulan dan karena kita dokumenter jadi tidak ada skrip, ini bener-bener kejadian nyata apa adanya," lanjutnya.
Rangkaian kisah tujuh tokoh inspiratif yang merawat alam Indonesia ini akan mengajak semuanya untuk ikut berperan dalam memelankan dampak perubahan iklim melalui langkah kecil yang bisa kita lakukan masing-masing. Lebih lanjut film ini diharapkan tak hanya menjadi pengingat sementara, tapi juga memantik gerakan menjaga dan memelihara alam yang berkesinambungan.
"Cerita masalahnya dan bagaimana solusinya yang bisa dilakukan dan mereka (tujuh tokoh) memberikan solusi. Kayak di Bali, Nyepi itu hari untuk hening. Hari enggak boleh keluar rumah kecuali untuk emergensi tapi kontribusinya untuk bumi sangat besar," ujar Nicholas Saputra.
Film Semesta dijadwalkan tayang terbatas di bioskop mulai 30 Januari 2020. Film Semesta merupakan debut Tanakhir Films memproduksi film dokumenter panjang. Sebelumnya film ini berhasil masuk nominasi Festival Film Indonesia 2018 dalam kategori Film Dokumenter Panjang Terbaik. Film ini juga terseleksi untuk diputar di Suncine International Environmental Film Festival yang berlangsung di Barcelona, Spanyol pada 6-14 November 2019.
(nug)