Kopi Jago, Cara Baru Nikmati Kopi Keliling
A
A
A
JAKARTA - Usaha rintisan (start-up) banyak bermunculan. Salah satunya adalah Kopi Jago. Bagi pecinta kopi, cukup memesan melalui aplikasi Jago. Selanjutnya, barista atau Jagopreneur akan mendatangi pemesan menggunakan sepeda listrik.
Meski si barista menyambangi pelanggannya, namun menggratiskan ongkos kirim. Ini tidak seperti saat konsumen mengorder kopi di aplikasi food delivery yang dikenai biaya pengiriman. Menariknya, si Jagopreneur merupakan seorang barista terlatih yang siap mengoperasikan Jago Cart atau sepeda listrik.
CEO Jago Coffee Yoshua Tanu mengatakan, konsep aplikasi Jago yang dibuatnya memudahkan pelanggan untuk memesan kopi.
"Melihat tren kopi kekinian, Jago melihat peluang pasar untuk masuk ke dalam bisnis itu. Namun, Jago juga harus menciptakan sesuatu yang berbeda dari pelaku bisnis yang sudah dulu ada," paparnya kepada media di Jakarta, kemarin.
Menurut Yoshua, kopi keliling yang banyak dijajakan sekarang hanya menawarkan harga murah, karena yang dijual adalah kopi saset. Kopi Jago melihat masih ada ceruk pasar, yaitu peminat kopi keliling tapi dengan selera pada kualitas kopi yang baik.
"Tak hanya menawarkan kualitas dan rasa yang baik, tapi Kopi Jago juga menawarkan experiences, bagaimana kopi berkualitas disajikan oleh barista terlatih," ujarnya.
Jago hadir di tengah-tengah tren bisnis kopi kekinian, dengan menjadi suatu model bisnis yang baru. Bukan sekadar kopi berkualitas dengan harga terjangkau yang ditawarkan, tapi juga hadir dengan sejumlah inovasi. Yakni sebagai mobile coffee chain pertama di Indonesia, Jago memberikan pengalaman baru bagi para pecinta kopi untuk dapat merasakan kopi yang dibuat langsung di atas sepeda listrik.
Menurut Yoshua, Jago menawarkan kopi berkualitas hasil tanam para petani Indonesia dengan racikan bahan alami sebagai pendukung. Ditawarkan seharga Rp18.000 per cup, kopi Jago cukup terjangkau bagi kebanyakan masyarakat pecinta kopi.
Jago, katanya, adalah "the first fully electric mobile cafe" di Indonesia.
Saat ini, Jago memiliki 50 cart (sepeda listrik) dan ada 25 jagopreneur. "Rencananya, kami akan mencari investor baru untuk menambah jumlah cart sekitar 250 cart," paparnya.
Sisi lain Kopi Jago, menggunakan 100% kopi Arabica, berbeda dengan kopi kekinian saat ini yang sebagian besar menggunakan 50% kopi Robusta. "Ada perbedaan rasa yang sangat kentara antara kopi Arabica dan Robusta ketika dicampur susu dan jika tidak," kata Yoshua.
Dia menjelaskan, rasa kopi jenis Robusta sudah sangat spesifik dan tidak banyak berubah. Maka itu, kopi kekinian yang berada di pasaran sebagian besar bermain di jenis susu, gula, dan penambah rasa lain seperti cokelat, pandan, atau karamel.
Namun, lanjut Yoshua, Jago menggunakan kopi jenis Arabica yang bisa menghasilkan rasa yang berbeda dalam kopi tanpa perlu menambah hal lain (gula, susu, ataupun perasa lain).
"Kopi Jago menggunakan fresh milk dan fresh cream serta organic coconut brown sugar, yang hanya mengandung 57 kal per cup. Hal tersebut membuat kopi Jago menjadi sangat higienis," papar dia.
Hot coffee dan iced coffee menggunakan jago’s base coffee, yaitu Toraja dan Bali. Kedua jenis kopi tersebut dipilih karena berdasarkan rasa dan harga, masuk dan sangat sesuai dengan base coffee yang ingin Jago tonjolkan.
Langkah usaha rintisan ini pun mendapat apresiasi dari Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi. Dukungan Menhub disampaikan saat menerima CEO Jago Yoshua Tanu di kantornya di Jalan Medan Merdeka Barat, belum lama ini.
Menhub menyatakan bisnis kopi Jago sejalan dengan rencana pemerintah untuk mendorong usaha kecil dan menengah (UMKM), khususnya pedagang keliling. “Kita mendorong pedagang keliling untuk dapat menjajakan dagangannya menggunakan sepeda listrik,” kata Budi Karya.
Meski si barista menyambangi pelanggannya, namun menggratiskan ongkos kirim. Ini tidak seperti saat konsumen mengorder kopi di aplikasi food delivery yang dikenai biaya pengiriman. Menariknya, si Jagopreneur merupakan seorang barista terlatih yang siap mengoperasikan Jago Cart atau sepeda listrik.
CEO Jago Coffee Yoshua Tanu mengatakan, konsep aplikasi Jago yang dibuatnya memudahkan pelanggan untuk memesan kopi.
"Melihat tren kopi kekinian, Jago melihat peluang pasar untuk masuk ke dalam bisnis itu. Namun, Jago juga harus menciptakan sesuatu yang berbeda dari pelaku bisnis yang sudah dulu ada," paparnya kepada media di Jakarta, kemarin.
Menurut Yoshua, kopi keliling yang banyak dijajakan sekarang hanya menawarkan harga murah, karena yang dijual adalah kopi saset. Kopi Jago melihat masih ada ceruk pasar, yaitu peminat kopi keliling tapi dengan selera pada kualitas kopi yang baik.
"Tak hanya menawarkan kualitas dan rasa yang baik, tapi Kopi Jago juga menawarkan experiences, bagaimana kopi berkualitas disajikan oleh barista terlatih," ujarnya.
Jago hadir di tengah-tengah tren bisnis kopi kekinian, dengan menjadi suatu model bisnis yang baru. Bukan sekadar kopi berkualitas dengan harga terjangkau yang ditawarkan, tapi juga hadir dengan sejumlah inovasi. Yakni sebagai mobile coffee chain pertama di Indonesia, Jago memberikan pengalaman baru bagi para pecinta kopi untuk dapat merasakan kopi yang dibuat langsung di atas sepeda listrik.
Menurut Yoshua, Jago menawarkan kopi berkualitas hasil tanam para petani Indonesia dengan racikan bahan alami sebagai pendukung. Ditawarkan seharga Rp18.000 per cup, kopi Jago cukup terjangkau bagi kebanyakan masyarakat pecinta kopi.
Jago, katanya, adalah "the first fully electric mobile cafe" di Indonesia.
Saat ini, Jago memiliki 50 cart (sepeda listrik) dan ada 25 jagopreneur. "Rencananya, kami akan mencari investor baru untuk menambah jumlah cart sekitar 250 cart," paparnya.
Sisi lain Kopi Jago, menggunakan 100% kopi Arabica, berbeda dengan kopi kekinian saat ini yang sebagian besar menggunakan 50% kopi Robusta. "Ada perbedaan rasa yang sangat kentara antara kopi Arabica dan Robusta ketika dicampur susu dan jika tidak," kata Yoshua.
Dia menjelaskan, rasa kopi jenis Robusta sudah sangat spesifik dan tidak banyak berubah. Maka itu, kopi kekinian yang berada di pasaran sebagian besar bermain di jenis susu, gula, dan penambah rasa lain seperti cokelat, pandan, atau karamel.
Namun, lanjut Yoshua, Jago menggunakan kopi jenis Arabica yang bisa menghasilkan rasa yang berbeda dalam kopi tanpa perlu menambah hal lain (gula, susu, ataupun perasa lain).
"Kopi Jago menggunakan fresh milk dan fresh cream serta organic coconut brown sugar, yang hanya mengandung 57 kal per cup. Hal tersebut membuat kopi Jago menjadi sangat higienis," papar dia.
Hot coffee dan iced coffee menggunakan jago’s base coffee, yaitu Toraja dan Bali. Kedua jenis kopi tersebut dipilih karena berdasarkan rasa dan harga, masuk dan sangat sesuai dengan base coffee yang ingin Jago tonjolkan.
Langkah usaha rintisan ini pun mendapat apresiasi dari Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi. Dukungan Menhub disampaikan saat menerima CEO Jago Yoshua Tanu di kantornya di Jalan Medan Merdeka Barat, belum lama ini.
Menhub menyatakan bisnis kopi Jago sejalan dengan rencana pemerintah untuk mendorong usaha kecil dan menengah (UMKM), khususnya pedagang keliling. “Kita mendorong pedagang keliling untuk dapat menjajakan dagangannya menggunakan sepeda listrik,” kata Budi Karya.
(tsa)