Diam di Rumah Pererat Hubungan Keluarga di Tengah Pandemi COVID-19
A
A
A
JAKARTA - Guna memutus mata rantai penyebaran COVID-19, pemerintah mengimbau masyarakat untuk diam di rumah. Berbagai macam kegiatan seperti bekerja, belajar, dan beribadah pun dilakukan di rumah dengan menerapkan phsyical distancing serta gaya hidup sehat.
Berdiam di rumah memiliki keuntungan bukan hanya melindungi diri dari penularan COVID-19 yang mematikan, tapi juga mempererat hubungan keluarga.
Astrid Gonzaga Dionisia, Child Protection Specialist Unicef Indonesia mengatakan, stay at home atau diam di rumah merupakan kesempatan bagi keluarga untuk bisa bersama kembali.
"Mungkin ini saatnya keluarga bisa ngobrol, tidak dibatasi oleh gadget, melakukan kegiatan bersama, membangun satu teamwork bersama, makan bersama, dan beribadah bersama," kata Astrid dalam jumpa pers daring di Kantor Graha BNPB, Jakarta, Kamis (2/4).
"Realita saat ini adalah kita semua harus tinggal di rumah masing-masing karena merupakan cara paling efektif untuk mencegah pandemi yang terjadi sekarang," tambahnya.
Tinggal di rumah, dijelaskan Astrid, juga merupakan kesempatan untuk merajut komunikasi yang baik dengan anak, begitu pun sebaliknya. Hal-hal tersebut, menurut Astrid, merupakan kegiatan yang sulit dilakukan oleh banyak keluarga, khususnya oleh mereka yang tinggal di perkotaan.
"Salah satu contohnya, tentu kita melihat realita di Jakarta. Bapak, ibu yang bekerja harus berangkat pagi hari. Pulang malam hari, anak kita sudah tidur. Anak kita belum bangun, kita sudah berangkat," jelasnya.
Dengan demikian, Astrid menekankan bahwa diterapkannya kebijakan tinggal di rumah menjadi kesempatan untuk orangtua mencurahkan kasih sayang kepada anak dan keluarga tercinta setiap hari.
"Diakhiri dengan memberi sedikit pujian pada anak-anak, memberikan suatu hal positif untuk apa yang dilakukan anak-anak karena stay at home adalah bagaimana kita bersama di dalam keluarga. Membuat stay at home menyenangkan," tandasnya.
Berdiam di rumah memiliki keuntungan bukan hanya melindungi diri dari penularan COVID-19 yang mematikan, tapi juga mempererat hubungan keluarga.
Astrid Gonzaga Dionisia, Child Protection Specialist Unicef Indonesia mengatakan, stay at home atau diam di rumah merupakan kesempatan bagi keluarga untuk bisa bersama kembali.
"Mungkin ini saatnya keluarga bisa ngobrol, tidak dibatasi oleh gadget, melakukan kegiatan bersama, membangun satu teamwork bersama, makan bersama, dan beribadah bersama," kata Astrid dalam jumpa pers daring di Kantor Graha BNPB, Jakarta, Kamis (2/4).
"Realita saat ini adalah kita semua harus tinggal di rumah masing-masing karena merupakan cara paling efektif untuk mencegah pandemi yang terjadi sekarang," tambahnya.
Tinggal di rumah, dijelaskan Astrid, juga merupakan kesempatan untuk merajut komunikasi yang baik dengan anak, begitu pun sebaliknya. Hal-hal tersebut, menurut Astrid, merupakan kegiatan yang sulit dilakukan oleh banyak keluarga, khususnya oleh mereka yang tinggal di perkotaan.
"Salah satu contohnya, tentu kita melihat realita di Jakarta. Bapak, ibu yang bekerja harus berangkat pagi hari. Pulang malam hari, anak kita sudah tidur. Anak kita belum bangun, kita sudah berangkat," jelasnya.
Dengan demikian, Astrid menekankan bahwa diterapkannya kebijakan tinggal di rumah menjadi kesempatan untuk orangtua mencurahkan kasih sayang kepada anak dan keluarga tercinta setiap hari.
"Diakhiri dengan memberi sedikit pujian pada anak-anak, memberikan suatu hal positif untuk apa yang dilakukan anak-anak karena stay at home adalah bagaimana kita bersama di dalam keluarga. Membuat stay at home menyenangkan," tandasnya.
(tsa)