Tambah Rp2 Juta untuk Layar Melengkung?
A
A
A
Galaxy Note 4 Edge punya form factor dan performa sama persis dengan Galaxy Note 4 yang telah dirilis di Indonesia seharga Rp9,5 juta itu. Bedanya, sisi kanan layar smartphonetersebut melengkung kebawah. Fungsinya semacam layar kedua.
Di layar cembung beresolusi 160 piksel itulah ditampilkan cuplikan informasi seperti berita, notifikasi email atau SMS yang masuk, serta penyintas ke aplikasi yang sering dipakai (misalnya SMS). Saya yang mencoba langsung Galaxy Note 4 Edge di Singapura pekan lalu mulanya memang kagum dengan form factorini.
Lengkungan pada layar pernah dilakukan LG G Flex yang membuat bodinya lentur dan melengkung seperti pisang. Tapi, tidak berarti banyak. Sebaliknya, Galaxy Note 4 Edge adalah eksperimen yang lebih menarik dengan konsep dual screen ala lukisan karya Salvadore Dali itu.
Saya, misalnya, bisa tetap beraktivitas di layar utama. Namun, bisa langsung membuka aplikasi dengan jempol. Tampilan smartphone ini juga terlihat sangat catchy. Saya yakin orang akan tertarik untuk melihat, atau paling tidak meraba layar lengkungnya itu. Tapi, rasanya perlu waktu apakah memang layar itu benar-benar berguna atau akan saya gunakan dalam jangka panjang.
Karena saya tidak melihat fungsi layar tersebut signifikan dalam mengutilisasi ponsel yang memang sudah powerfulitu. Keren, ya. Berfungsi guna, ya. Penting sekali, tidak. Ini jadi masalah karena di Singapura harga Galaxy Note 4 Edge adalah SGD1200 yang jika dirupiahkan adalah Rp11,4 juta. Kalaupun Note 4 Edge diboyong ke Indonesia harganya tidak akan jauh berbeda.
Nah, masalahnya, sepadankah menambah hampir Rp2 juta hanya untuk mendapatkan gimmicklayar kecil yang bisa jadi tidak banyak kita gunakan? Tentu tidak. Jadi, kalaupun Galaxy Note 4 Edge diboyong oleh Samsung ke Indonesia, peminatnya hanya akan mengambil sebagian kecil dari pasar Galaxy Note 4 yang semakin segmenteditu.
Danang arradian
Di layar cembung beresolusi 160 piksel itulah ditampilkan cuplikan informasi seperti berita, notifikasi email atau SMS yang masuk, serta penyintas ke aplikasi yang sering dipakai (misalnya SMS). Saya yang mencoba langsung Galaxy Note 4 Edge di Singapura pekan lalu mulanya memang kagum dengan form factorini.
Lengkungan pada layar pernah dilakukan LG G Flex yang membuat bodinya lentur dan melengkung seperti pisang. Tapi, tidak berarti banyak. Sebaliknya, Galaxy Note 4 Edge adalah eksperimen yang lebih menarik dengan konsep dual screen ala lukisan karya Salvadore Dali itu.
Saya, misalnya, bisa tetap beraktivitas di layar utama. Namun, bisa langsung membuka aplikasi dengan jempol. Tampilan smartphone ini juga terlihat sangat catchy. Saya yakin orang akan tertarik untuk melihat, atau paling tidak meraba layar lengkungnya itu. Tapi, rasanya perlu waktu apakah memang layar itu benar-benar berguna atau akan saya gunakan dalam jangka panjang.
Karena saya tidak melihat fungsi layar tersebut signifikan dalam mengutilisasi ponsel yang memang sudah powerfulitu. Keren, ya. Berfungsi guna, ya. Penting sekali, tidak. Ini jadi masalah karena di Singapura harga Galaxy Note 4 Edge adalah SGD1200 yang jika dirupiahkan adalah Rp11,4 juta. Kalaupun Note 4 Edge diboyong ke Indonesia harganya tidak akan jauh berbeda.
Nah, masalahnya, sepadankah menambah hampir Rp2 juta hanya untuk mendapatkan gimmicklayar kecil yang bisa jadi tidak banyak kita gunakan? Tentu tidak. Jadi, kalaupun Galaxy Note 4 Edge diboyong oleh Samsung ke Indonesia, peminatnya hanya akan mengambil sebagian kecil dari pasar Galaxy Note 4 yang semakin segmenteditu.
Danang arradian
(bbg)