Permen Kopi Kenyal Inovasi Mahasiswi
A
A
A
SURABAYA - Produk permen kopi yang satu ini akan menggoda siapa pun yang belum pernah mencicipinya. Berbeda dengan permen konvensional, produk ini muncul dalam model baru: jelly candy.
Inovasi yang diciptakan dua mahasiswi Fakultas Fakultas Teknologi Pertanian, Program Studi Teknologi Pangan, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS), yaitu Fransiska Verawati Jinus dan Marsa Dea Erika, ini lunak dan kenyal, seperti jelly pada umumnya. Tampilannya pun bisa dibentuk sesuai selera. Bisa bulat pipih, bentuk karakter kartun dan lainnya mengikuti bentuk centakan. Jelly candy juga bisa dibuat dengan memanfaatkan konjak (sejenis umbi-umbian, porang atau keladi).
Menurut kedua pencetusnya, permen ini tidak hanya digemari anak muda, namun juga orang tua yang sudah mulai tanggal gigi.
“Ide membuat permen jel berbahan kopi ini sebenarnya sudah sejak setahun lalu. Ide muncul begitu saja saat melihat di kampung asal saya banyak kopi. Kebetulan keluarga juga mengelola kebun dan menjadi petani kopi,” ungkap Fransiska.
Mahasiswi asal Flores Nusa Tengara Timur (NTT) ini sudah familier dengan kopi. Dia merasa sayang jika keluarga dan orang di kampungnya sebatas menikmati kopi hanya dengan diseduh.
Berharap orang lain bisa membuat permen kopi yang lunak, Fransiska berbagi tips dan menjelaskan tahapan pembuatan. “Tahapannya, pilih kopi bebas kutu, ukuran biji seragam, kemudian disanggrai 30 menit. Selanjutnya digiling, diseduh dengan air panas, diaduk, disaring biar bebas dari ampas. Tidak adanya unsur ampas membuat warna seragam dan permen nyaris bening,” beber dia.
Kalau tidak disaring, permen akan kasar. Seduhan kopi kemudian dicampur dengan bahan pendukung lain, seperti gula pasir dan sirup glukosa. Semuanya dipanaskan kembali dengan api kecil, namun stabil sambil terus diaduk supaya tidak terjadi granulisasi atau penggumpalan.
“Dipanaskan hingga 120 derajat, kemudian didinginkan hingga 80 derajat. Sambil menunggu proses pendinginan, disiapkan adonan berikut. Sisa seduhan kopi yang sudah disaring dicampur dengan karagena yang berbahan rumput laut serta gelatin dengan bahan dasar sumsum sapi. Karagena dan gelatin ini untuk membuat kenyal,” tutur Fransiska.
Dua jenis seduhan selanjutnya dipadukan, dicampur dan dimasukan cetakan. Setelah dingin, permen jel bisa dilepas dari cetakan. Atau tetap dibiarkan di cetakan, disimpan di lemari pendingin.
Meski tidak menggunakan bahan pengawet, permen empuk ini mampu bertahan hingga seminggu. Kandungan glukosa mampu menjadi pengawet alami. “Untuk tahapan dan bahan permen jel konjak sama. Hanya bahan kopi diganti dengan konjak, sejenis umbi-umbian,” timpal Marsa.
Pemanfaatan kopi sebagai permen lunak menjadi harapan Fransiska. Dia ingin kopi jenis Arabica flores bisa lebih dikenal. Sekembalinya ke kampung halaman setelah lulus, Fransiska ingin lebih mengenalkan permen empuk itu.
Inovasi yang diciptakan dua mahasiswi Fakultas Fakultas Teknologi Pertanian, Program Studi Teknologi Pangan, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS), yaitu Fransiska Verawati Jinus dan Marsa Dea Erika, ini lunak dan kenyal, seperti jelly pada umumnya. Tampilannya pun bisa dibentuk sesuai selera. Bisa bulat pipih, bentuk karakter kartun dan lainnya mengikuti bentuk centakan. Jelly candy juga bisa dibuat dengan memanfaatkan konjak (sejenis umbi-umbian, porang atau keladi).
Menurut kedua pencetusnya, permen ini tidak hanya digemari anak muda, namun juga orang tua yang sudah mulai tanggal gigi.
“Ide membuat permen jel berbahan kopi ini sebenarnya sudah sejak setahun lalu. Ide muncul begitu saja saat melihat di kampung asal saya banyak kopi. Kebetulan keluarga juga mengelola kebun dan menjadi petani kopi,” ungkap Fransiska.
Mahasiswi asal Flores Nusa Tengara Timur (NTT) ini sudah familier dengan kopi. Dia merasa sayang jika keluarga dan orang di kampungnya sebatas menikmati kopi hanya dengan diseduh.
Berharap orang lain bisa membuat permen kopi yang lunak, Fransiska berbagi tips dan menjelaskan tahapan pembuatan. “Tahapannya, pilih kopi bebas kutu, ukuran biji seragam, kemudian disanggrai 30 menit. Selanjutnya digiling, diseduh dengan air panas, diaduk, disaring biar bebas dari ampas. Tidak adanya unsur ampas membuat warna seragam dan permen nyaris bening,” beber dia.
Kalau tidak disaring, permen akan kasar. Seduhan kopi kemudian dicampur dengan bahan pendukung lain, seperti gula pasir dan sirup glukosa. Semuanya dipanaskan kembali dengan api kecil, namun stabil sambil terus diaduk supaya tidak terjadi granulisasi atau penggumpalan.
“Dipanaskan hingga 120 derajat, kemudian didinginkan hingga 80 derajat. Sambil menunggu proses pendinginan, disiapkan adonan berikut. Sisa seduhan kopi yang sudah disaring dicampur dengan karagena yang berbahan rumput laut serta gelatin dengan bahan dasar sumsum sapi. Karagena dan gelatin ini untuk membuat kenyal,” tutur Fransiska.
Dua jenis seduhan selanjutnya dipadukan, dicampur dan dimasukan cetakan. Setelah dingin, permen jel bisa dilepas dari cetakan. Atau tetap dibiarkan di cetakan, disimpan di lemari pendingin.
Meski tidak menggunakan bahan pengawet, permen empuk ini mampu bertahan hingga seminggu. Kandungan glukosa mampu menjadi pengawet alami. “Untuk tahapan dan bahan permen jel konjak sama. Hanya bahan kopi diganti dengan konjak, sejenis umbi-umbian,” timpal Marsa.
Pemanfaatan kopi sebagai permen lunak menjadi harapan Fransiska. Dia ingin kopi jenis Arabica flores bisa lebih dikenal. Sekembalinya ke kampung halaman setelah lulus, Fransiska ingin lebih mengenalkan permen empuk itu.
(alv)