Tapak Tilas dalam Ziarah Rohani

Jum'at, 19 Desember 2014 - 11:07 WIB
Tapak Tilas dalam Ziarah...
Tapak Tilas dalam Ziarah Rohani
A A A
BAGI umat Kristiani, mengunjungi Tanah Suci (Holyland) Yerusalem dan Nazareth adalah sebuah impian besar. Sebuah perjalanan tapak tilas merenungi perjuangan Yesus menyelamatkan manusia.

Bicara ziarah rohani, Yerusalem adalah kota yang wajib dikunjungi dan diberi perhatian besar. Ada begitu banyak tempat bersejarah yang berhubungan dengan perjalanan Yesus di kota tua ini.

Di Betlehem misalnya, bertandang ke tempat kelahiran Yesus di Gereja Nativity atau Gereja Kelahiran adalah sebuah keharusan. Layaknya sebuah kota yang sudah berusia ratusan abad, Gereja Nativity tampak seperti sebuah benteng dibanding sebagai tempat ibadah. Bagian depannya dikelilingi tembok tinggi. Pintu masuknya berupa pintu batu yang sempit dan pendek.

Untuk menuju gua tempat kelahiran Yesus, lagi-lagi peziarah harus melalui pintu sempit, menuruni anak tangga dengan perlahan. Meski sempit dan penuh sesak oleh peziarah, suasana hening dan hikmat selalu tercipta di gua ini. Apalagi saat para peziarah secara bergiliran mencium bintang perak bertuliskan bahasa latin yang artinya “Di Sinilah Yesus Kristus Anak Perawan Maria Dilahirkan”. Tapak tilas perjuangan Yesus lainnya bisa ditemukan di Bukit Golgota atau Bukit Kalvari.

Di sinilah tempat Yesus disalib. Tempat ini juga diyakini sebagai makam Nabi Adam. Di bukit ini berdiri Gereja Makam Kudus yang didirikan pada 330. Pada 614, gereja sempat dihancurkan oleh Persia. Namun pada 1860 dibangun kembali oleh tentara Perang Salib. Berikutnya, perjalanan di Yerusalem berlanjut ke Garden Tomb. Taman ini adalah lokasi makam Yesus, yang kerap dijadikan lokasi Perjamuan Kudus.

Berbeda dengan lokasi ziarah kebanyakan yang riuh pengunjung, taman ini cenderung sepi dan tenang. Tanamantanamannya cantik dan dirawat dengan baik, memberikan pemandangan yang indah dan suasana yang damai. Tak ada gereja di sini. Doa hanya dilakukan di pojokan area taman. Wisata rohani bisa dilanjutkan ke Bukit Zaitun. Di bukit ini terdapat Kapel Kenaikan, dengan jejak telapak kaki yang diyakini sebagai telapak kaki Yesus sebelum diangkat ke surga.

Tak jauh dari kapel, ada Gereja Pater Noster, gereja tempat Yesus mengajarkan Doa Bapa Kami. Yang unik, pada dinding gereja terdapat bacaan Doa Bapa Kami dalam ratusan bahasa, termasuk bahasa Indonesia, Jawa, Sunda, Toraja, Paniai, dan Batak. Di kaki Bukit Zaitun terdapat juga taman Getsemane. Ini adalah taman tempat Yesus berdoa pada malam sebelum Yesus mengalami sengsara dan wafat.

Menurut kepercayaan Gereja Ortodoks Timur, Bunda Maria dimakamkan di taman ini. Di tempat ini juga terdapat pohon zaitun yang konon berusia 900 tahun. Di samping taman, terdapat The Church of All Nations atau Gereja Segala Bangsa. Gereja ini menjadi tempat penuh sejarah karena salah satu batu dasar di gereja ini adalah batu pijakan Yesus saat berdoa sebelum ditangkap tentara Romawi.

Pembangunannya pun dilakukan atas hasil kerja sama banyak negara. Kapel utama misalnya, dibangun atas donasi dari Argentina, Brasil, Cile, Meksiko, Italia, Prancis, Spanyol, Inggris, Belgia, Kanada, Jerman, dan Amerika Serikat. Adapun mozaiknya dibangun berkat hasil sumbangan Irlandia, Hungaria, dan Polandia. Sementara Australia berkontribusi memberikan batu fondasi.

Arsitektur gereja ini begitu mengagumkan. Pemandangan indah Yerusalem pun bisa dinikmati dari atas gereja. Beberapa tempat yang sudah disebutkan, sebenarnya bagian dari Via Dolorosa atau Jalan Salib. Via Dolorosa berawal dari Benteng Antonia, tempat Yesus dihadapkan kepada Pilatus dan dihukum mati. Perjalanan berlanjut ke Golgota/Kalvari hingga ke Gereja Makam Kudus.

Via Dolorosa adalah perjalanan hidup Yesus yang paling dramatis karena Yesus rela disiksa demi keselamatan umat manusia. Selesai tapak tilas di Yerusalem, saatnya beralih ke Nazareth. Di sinilah tempat Yesus dibesarkan. Kota ini telah dipersiapkan menjadi salah satu tempat wisata. Jadi, peziarah akan menemukan banyak toko suvenir dan obat-obatan tradisional yang dijual.

Di Nazareth, peziarah juga bisa mencoba menyelami, seperti apa kehidupan Yesus saat masih kecil, dengan cara mencoba menjadi penggembala atau menggiling layaknya petani. Selesai menjalani wisata rohani, peziarah tentu bisa memahami betapa berat sekaligus hebatnya perjuangan Yesus untuk umat manusia. Sebuah pelajaran tentang pengorbanan dan kasih sayang yang harus diteladani oleh umat Kristiani.

Herita endriana/Berbagai sumber
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2983 seconds (0.1#10.140)