Waspada Kurang Zat Besi Selama Haid

Minggu, 21 Desember 2014 - 12:50 WIB
Waspada Kurang Zat Besi Selama Haid
Waspada Kurang Zat Besi Selama Haid
A A A
Menstruasi menyebabkan wanita berisiko kekurangan zat besi. Padahal, zat besi amat berperan penting bagi kesehatan tubuh.

Sejatinya zat besi berperan dalam mempertahankan warna merah pada darah serta menjaga fungsifungsi dari organ yang ada di tubuh agar tetap bekerja optimal. Dokter spesialis gizi klinik dari FKUI/RSCM Dr dr Inge Permadhi, MS, SpGK, mengatakan, siklus menstruasi setiap bulan menjadikan perempuan membutuhkan zat besi lebih banyak dibandingkan pria.

“Sebab, saat menstruasi jumlah rata-rata darah dan cairan yang dikeluarkan adalah 35-50 mililiter (atau sekitar 4-12 sendok makan),” katanya. Namun, menurut Inge, darah yang dikeluarkan saat haid bisa hanya sebanyak 10 mililiter (hypomenorrhea ) atau malah sampai 80 mililiter (hypermenorrhea ).

Untuk setiap 30 cc jumlah darah yang hilang pada periode itu, perempuan kehilangan 30 miligram zat besi per periode menstruasi. Normalnya, perempuan kehilangan zat besi sebesar 1- 2 miligram per hari yang dapat terjadi melalui deskuamasi sel saluran cerna, urine, keringat, berganti kulit, dan perdarahan, misalnya melalui menstruasi.

Nah, kehilangan zat besi di luar ambang normal bakal meningkatkan risiko terkena anemia. Karena itu, menjaga kadar zat besi tetap ideal sangatlah penting, mengingat jika terjadi anemia yang parah dapat mengancam jiwa. Anemia yang dialami saat menstruasi diakibatkan oleh kurangnya mengonsumsi makanan yang mengandung kadar zat besi tinggi.

Gejala yang muncul biasanya pucat, lemas, berkurangnya kekuatan otot, adanya perubahan kognitif, serta terjadinya penurunan kinerja. Untuk mencegah terjadinya anemia karena kekurangan zat besi, sebaiknya perempuan mengonsumsi makanan yang mengandung kaya zat besi selama menstruasi, seperti kacang-kacangan, telur, unggas, daging merah, makanan laut, dan sayuran berdaun hijau tua (bayam).

Periode menstruasi diiringi dengan berbagai keluhan yang umum dialami seperti nyeri di perut misalnya. Spesialis Seksologi dan Kesehatan Reproduksi dr Ryan Thamrin mengatakan, nyeri haid atau dismenore normal bila terjadi pada hari pertama sampai hari ketiga dengan rasa nyeri berkurang pada hari berikutnya serta diiringi berkurangnya volume darah haid.

Ada beberapa cara untuk meredakan berbagai keluhan tersebut, misalnya saja untuk mengurangi kram perut dengan mandi air hangat. Cara lain dengan mengompres perut menggunakan kantung air yang berisi air panas dan beristirahat. Melakukan aktivitas juga dapat mengurangi nyeri atau kram di perut. Selain itu, lakukan aktivitas seperti olahraga ringan.

Meski begitu, jika selalu mengalami dismenore bahkan berlebihan hingga terkendala dalam menjalankan aktivitas sehari-hari, dr Susie Rendra, SpKK mengatakan, tak ada salahnya memeriksakan diri. “Dismenore berlebihan dan sering terjadi bisa juga disebabkan endrometriosis. Berlebihan di sini maksudnya nyeri saat haid sangat mengganggu. Setiap kali haid hanya bisa berbaring, nyeri perut sangat menyiksa sehingga tidak bisa beraktivitas,” kata Susie. Karena itu, dia menyarankan untuk memeriksakan diri ke dokter kandungan.

Perhatikan pula darah yang keluar saat haid. Lazimnya bertekstur kental dan padat serta berwarna gelap. Perlu dicurigai jika darah yang keluar berwarna merah segar, kemungkinan ada infeksi di daerah kelamin. Darah inilah yang sekaligus membuat tubuh menjadi lemas. Keadaan lain yang juga perlu dikonsultasikan ke dokter adalah manakala darah haid tidak berkurang volumenya menjelang hari-hari terakhir haid.

Sri noviarni
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8413 seconds (0.1#10.140)