Koleksi The Urban Farmer dari Angie Blaire
A
A
A
ANGIE Blaire, perancang muda multitalenta mempersembahkan 19 koleksi spring/summer 2015 untuk label Blaire. Lini busana ready-to-wear deluxe itu diberi tajuk “The Urban Farmer”.
Melalui koleksi ini, Angie ingin mengeksplorasi keahlian lain dirinya selain mencipta busana, yaitu mendesain motif yang menggabungkan teknik free hand dengan ilustrasi digital. Dimulai dari mengadopsi warna yang tertangkap mata; biru dari langit, cokelat dari tanah, hijau dari berbagai sayuran, seperti bayam, hingga ungu dari terong.
Di tangan kreatif Angie, warna dikembangkan dengan bentuk yang diimbuh dari beragam bentuk sayuran sejak tunas hingga dewasa, kuda-kuda atap kebun, yang disederhanakan dan dituangkan menjadi motif-motif geometris di atas bahan jersey , spandek, organdi, satin, sifon, serta katun poly. Kemahiran Angie dalam menangani desain digital ini berjalan sejajar dengan kecakapannya dalam mendesain busana. Bahkan, selain busana, desain-desain digital printing Angie telah menjelma menjadi karya scarf, head piece , tas, dan upholstery .
Harapan tertinggi Angie menjadi Printing Princess Indonesia, sepiawai Emilio Pucci (1914-1992), desainer Italia pujaannya. Busana Blaire sangat kaya ragam potongan, mulai dari sheath dress/ terusan ketat berpotongan lurus, atasan strapless , atasan bertali bahu overall , jaket crop top , rok pensil, blus berlengan, celana pendek, hingga celana panjang. Pendek kata, desain Blaire adaptif dipakai oleh kaum yang berselera muda.
“Deretan busana yang saya gelar kali ini merupakan sublimasi dari pengalaman ketika berkegiatan dalam dunia bercocok tanam,” sebut Blaire dalam keterangan rilisnya. Koleksi dihadirkan dalam garis rancang yang ringkas, ringan, cenderung bergaya klasik ala era 1950an; fit and flare -mengetat di bagian torso dan melebar dari pinggang- dengan rasa baru dan aura yang segar nan centil.
Pemutakhiran estetika koleksi sangat terasa ketika Angie membubuhkan kantong, ritsleting, atau outer yang dapat dikenakan secara bolak-balik. Ditambah lagi, daya pakai dan padu padan yang tinggi serta mengutamakan kenyamanan saat mengenakannya membuat deretan busana terlihat sebagai sebuah koleksi yang sempurna.
Blaire memiliki komitmen untuk selalu mengedepankan unsur budaya Indonesia pada tiap koleksi yang dikeluarkan, baik yang tradisional maupun modern. “Saya terdorong untuk menampilkan hal yang berkaitan dengan dunia pertanian itu, apalagi Indonesia pada dasarnya negara agraris,” tambah Blaire.
Koleksi ditutup dengan gaun cantik berekor dari bahan organdi yang melambai dipadu setelan celana berpipa lurus dan cropped top serbaputih. Tampaknya, apa yang dinantikan industri mode Indonesia mulai menunjukkan hasil nyata.
Angie Blaire yang termasuk dalam generasi desainer yang muncul pada dekade kedua tahun 2000 ini memberi kontribusi yang segar bagi gaya, kreativitas, dan bisnis pakaian.
Dyah ayu pamela
Melalui koleksi ini, Angie ingin mengeksplorasi keahlian lain dirinya selain mencipta busana, yaitu mendesain motif yang menggabungkan teknik free hand dengan ilustrasi digital. Dimulai dari mengadopsi warna yang tertangkap mata; biru dari langit, cokelat dari tanah, hijau dari berbagai sayuran, seperti bayam, hingga ungu dari terong.
Di tangan kreatif Angie, warna dikembangkan dengan bentuk yang diimbuh dari beragam bentuk sayuran sejak tunas hingga dewasa, kuda-kuda atap kebun, yang disederhanakan dan dituangkan menjadi motif-motif geometris di atas bahan jersey , spandek, organdi, satin, sifon, serta katun poly. Kemahiran Angie dalam menangani desain digital ini berjalan sejajar dengan kecakapannya dalam mendesain busana. Bahkan, selain busana, desain-desain digital printing Angie telah menjelma menjadi karya scarf, head piece , tas, dan upholstery .
Harapan tertinggi Angie menjadi Printing Princess Indonesia, sepiawai Emilio Pucci (1914-1992), desainer Italia pujaannya. Busana Blaire sangat kaya ragam potongan, mulai dari sheath dress/ terusan ketat berpotongan lurus, atasan strapless , atasan bertali bahu overall , jaket crop top , rok pensil, blus berlengan, celana pendek, hingga celana panjang. Pendek kata, desain Blaire adaptif dipakai oleh kaum yang berselera muda.
“Deretan busana yang saya gelar kali ini merupakan sublimasi dari pengalaman ketika berkegiatan dalam dunia bercocok tanam,” sebut Blaire dalam keterangan rilisnya. Koleksi dihadirkan dalam garis rancang yang ringkas, ringan, cenderung bergaya klasik ala era 1950an; fit and flare -mengetat di bagian torso dan melebar dari pinggang- dengan rasa baru dan aura yang segar nan centil.
Pemutakhiran estetika koleksi sangat terasa ketika Angie membubuhkan kantong, ritsleting, atau outer yang dapat dikenakan secara bolak-balik. Ditambah lagi, daya pakai dan padu padan yang tinggi serta mengutamakan kenyamanan saat mengenakannya membuat deretan busana terlihat sebagai sebuah koleksi yang sempurna.
Blaire memiliki komitmen untuk selalu mengedepankan unsur budaya Indonesia pada tiap koleksi yang dikeluarkan, baik yang tradisional maupun modern. “Saya terdorong untuk menampilkan hal yang berkaitan dengan dunia pertanian itu, apalagi Indonesia pada dasarnya negara agraris,” tambah Blaire.
Koleksi ditutup dengan gaun cantik berekor dari bahan organdi yang melambai dipadu setelan celana berpipa lurus dan cropped top serbaputih. Tampaknya, apa yang dinantikan industri mode Indonesia mulai menunjukkan hasil nyata.
Angie Blaire yang termasuk dalam generasi desainer yang muncul pada dekade kedua tahun 2000 ini memberi kontribusi yang segar bagi gaya, kreativitas, dan bisnis pakaian.
Dyah ayu pamela
(ars)