Upacara Penurunan Bendera di Wagah Border
A
A
A
BERKUNJUNG ke Kota Lahore rasanya kurang lengkap tanpa berkunjung ke Wagah Border. Tempat ini menjadi tujuan wisata utama Kota Lahore.
Perlu waktu satu jam dari pusat Kota Lahore menuju perbatasan antara Pakistan dan India dengan naik mobil. Jalanan menuju ke sana sangat baik. Saya memperhatikan pada umumnya jalan antarkota di Pakistan sangat baik. Tidak banyak jalan yang berlubang. Hanya debu yang sangat mengganggu pemandangan. Saat ini di Pakistan sedang musim dingin.
Di Kota Lahore suhu mencapai 18 derajat. Musim hujan biasanya berlangsung dari Januari sampai Maret. Waktu tersebut adalah waktu terbaik untuk berkunjung ke Lahore karena taman-taman akan menjadi hijau. Ada beberapa protokoler yang harus kami lalui untuk sampai di depan perbatasan. Biasanya mobil dapat diparkir di depan pintu. Karena adanya bom pada November lalu, pengamanan kali ini begitu ketat.
Ada kurang lebih lima lapis pemeriksaan yang harus kami lalui sebelum sampai di depan pintu gerbang. Saya kemudian dipersilakan duduk untuk melihat upacara penurunan bendera kedua negara tersebut. Saya tidak pernah membayangkan bahwa ada kegiatan yang sangat menarik di sini. Di depan saya, ratusan orang Pakistan meneriakkan yel-yel Pakistan. Jauh di bagian seberang saya mendengar juga teriakan- teriakan “India” oleh warga negara India.
Rasanya saya berada di lapangan sepak bola. Pada dasarnya acara ini adalah acara praktik militer antara Pakistan dan India yang sudah berlangsung sangat lama. Dengan melihat upacara ini, mereka tidak hanya belajar mengenai sejarah panjang antara kedua negara, juga dapat memberikan rasa patriotisme di antara masing-masing warga. Mr Aqeel yang mengatur perjalanan saya di sini mengatakan, sebelumnya banyak sekali turis yang melihat atraksi ini.
Dengan wajah sedih dia menceritakan bahwa tidak banyak lagi orang yang mau datang ke Pakistan. Acara penurunan bendera berlangsung sebelum matahari terbenam, dimulai dengan parade penjaga perbatasan dari kedua negara. Para penjaga Pakistan atau biasa disebut Pakistan Rangers yang berjumlah 10 orang tidak saja berpostur tinggi, juga terlihat gagah dan berwibawa. Salah satu dari mereka maju di depan pintu gerbang perbatasan.
Tepat ketika matahari terbenam, upacara penurunan bendera di mulai. Kedua tentara dari kedua negara dengan cepat menurunkan bendera dan kemudian menutup pintu gerbang. Kurang lebih 30 menit upacara tersebut berlangsung dan saya pun harus kembali ke Lahore. Dalam perjalanan pulang ke Lahore, saya sempatkan untuk merenung tentang apa yang saya alami selama seminggu di Pakistan.
Walaupun saat ini banyak travel warning untuk tidak pergi ke sana, saya melihat bahwa situasi tidak seseram yang orang pikir. Masyarakat mengerjakan sesuatu dengan biasa saja. Sebelum pulang ke Korea Selatan, saya pergi ke Kota Islamabad, satu jam perjalanan dengan pesawat. Di sini saya mengunjungi masjid Faisal yang merupakan masjid terbesar di Pakistan dengan arsitektur yang sangat indah.
Saya juga sempatkan untuk makan malam di sebuah restoran yang terletak di puncak gunung di dekat masjid ini. Dari sini saya bisa melihat Kota Islamabad yang juga sangat berbeda dengan Karachi dan Lahore. Semoga saya dapat kembali lagi ke Pakistan.
Perlu waktu satu jam dari pusat Kota Lahore menuju perbatasan antara Pakistan dan India dengan naik mobil. Jalanan menuju ke sana sangat baik. Saya memperhatikan pada umumnya jalan antarkota di Pakistan sangat baik. Tidak banyak jalan yang berlubang. Hanya debu yang sangat mengganggu pemandangan. Saat ini di Pakistan sedang musim dingin.
Di Kota Lahore suhu mencapai 18 derajat. Musim hujan biasanya berlangsung dari Januari sampai Maret. Waktu tersebut adalah waktu terbaik untuk berkunjung ke Lahore karena taman-taman akan menjadi hijau. Ada beberapa protokoler yang harus kami lalui untuk sampai di depan perbatasan. Biasanya mobil dapat diparkir di depan pintu. Karena adanya bom pada November lalu, pengamanan kali ini begitu ketat.
Ada kurang lebih lima lapis pemeriksaan yang harus kami lalui sebelum sampai di depan pintu gerbang. Saya kemudian dipersilakan duduk untuk melihat upacara penurunan bendera kedua negara tersebut. Saya tidak pernah membayangkan bahwa ada kegiatan yang sangat menarik di sini. Di depan saya, ratusan orang Pakistan meneriakkan yel-yel Pakistan. Jauh di bagian seberang saya mendengar juga teriakan- teriakan “India” oleh warga negara India.
Rasanya saya berada di lapangan sepak bola. Pada dasarnya acara ini adalah acara praktik militer antara Pakistan dan India yang sudah berlangsung sangat lama. Dengan melihat upacara ini, mereka tidak hanya belajar mengenai sejarah panjang antara kedua negara, juga dapat memberikan rasa patriotisme di antara masing-masing warga. Mr Aqeel yang mengatur perjalanan saya di sini mengatakan, sebelumnya banyak sekali turis yang melihat atraksi ini.
Dengan wajah sedih dia menceritakan bahwa tidak banyak lagi orang yang mau datang ke Pakistan. Acara penurunan bendera berlangsung sebelum matahari terbenam, dimulai dengan parade penjaga perbatasan dari kedua negara. Para penjaga Pakistan atau biasa disebut Pakistan Rangers yang berjumlah 10 orang tidak saja berpostur tinggi, juga terlihat gagah dan berwibawa. Salah satu dari mereka maju di depan pintu gerbang perbatasan.
Tepat ketika matahari terbenam, upacara penurunan bendera di mulai. Kedua tentara dari kedua negara dengan cepat menurunkan bendera dan kemudian menutup pintu gerbang. Kurang lebih 30 menit upacara tersebut berlangsung dan saya pun harus kembali ke Lahore. Dalam perjalanan pulang ke Lahore, saya sempatkan untuk merenung tentang apa yang saya alami selama seminggu di Pakistan.
Walaupun saat ini banyak travel warning untuk tidak pergi ke sana, saya melihat bahwa situasi tidak seseram yang orang pikir. Masyarakat mengerjakan sesuatu dengan biasa saja. Sebelum pulang ke Korea Selatan, saya pergi ke Kota Islamabad, satu jam perjalanan dengan pesawat. Di sini saya mengunjungi masjid Faisal yang merupakan masjid terbesar di Pakistan dengan arsitektur yang sangat indah.
Saya juga sempatkan untuk makan malam di sebuah restoran yang terletak di puncak gunung di dekat masjid ini. Dari sini saya bisa melihat Kota Islamabad yang juga sangat berbeda dengan Karachi dan Lahore. Semoga saya dapat kembali lagi ke Pakistan.
(ars)