Mengasah Kreativitas Anak

Senin, 26 Januari 2015 - 11:00 WIB
Mengasah Kreativitas Anak
Mengasah Kreativitas Anak
A A A
KREATIVITAS merupakan salah satu soft skills yang amat berguna dalam kehidupan anak pada masa mendatang. Proses kreatif ini tentunya perlu diasah sejak dini. Bagaimana kiatnya?

Mengasah kreativitas anak sejak dini merupakan kewajiban para orang tua sebagai bekal kehidupan anak di masa mendatang. Mengapa sangat krusial? Sebab, kreativitas merupakan refleksi atas kelancaran, keluwesan, orisinalitas berpikir, dan kemampuan elaborasi. Bahkan, keahlian lunak sebut saja kemampuan memecahkan masalah, diperoleh dari proses kreatif.

Nah, segenap kemampuan ini kelak akan memengaruhi kesuksesan anak. Dr Rose Mini A Prianto MPsi mengatakan, pada dasarnya semua manusia terlahir dengan bakat untuk kreatif. Masalahnya, apakah bakat tersebut diasah atau tidak. Dengan begitu, bisa kita lihat ada orang yang selalu kreatif dalam berkarya, sementara ada yang biasa saja.

Psikolog ini mencontohkan, seorang anak pemulung misalnya. Ketidakmampuan finansial membuatnya tidak dapat memiliki mainan bagus. ”Namun, justru keterbatasan ini mendorongnya untuk kreatif membuat mainan sendiri dari bahan seadanya,” tutur wanita yang akrab disapa Mbak Romi ini.

Tugas orang tua dalam hal ini, lanjut Romi, adalah senantiasa memberikan stimulasi bagi sang anak guna membantu mengasah kreativitasnya. Bermain merupakan salah satu cara mengasah kreativitas anak. Kegiatan ini menjadi bagian dari proses kreatif dan berpikir abstrak.

Hal ini ditegaskan oleh psikolog perkembangan anak Dra Ratih Andjayani Ibrahim MM Psi. Menurut dia, masa anak-anak merupakan usia untuk belajar, menjelajah, bertanya, bermain, berkreasi, dan meniru. Termasuk untuk berkelompok maupun belajar peran serta keterampilan sosial.

”Semua ini dilakukan anak dalam konteks role playing , yang tak lain adalah bermain,” kata pemilik kantor psikologi Personal Growth ini. Bermain dengan berpura-pura menjadi orang lain adalah hal yang lazim ditemui pada anak-anak. Para ahli menyebut hal ini sebagai role playing .

Ratih mengatakan, role playing adalah bagian dari proses belajar anak. ”Misalkan anak perempuan pura-pura menjadi ratu, anak laki-laki menjadi dokter,” urai Ratih. Dia menjelaskan, ini bukti bahwa anak memiliki fantasi yang besar dan kemampuan untuk mengembangkan imajinasi.

Proses kreatif anak pun akan terbantu. Lebih jauh dia memaparkan, dalam proses bermain anak membangun proses imajinasi kreatifnya. Pada saat anak melakukan role playing , dia akan belajar tentang sebuah peran. Bagaimana harus bersikap dan bagaimana menghadapi konflik dalam tingkat yang sederhana. Proses role playing tidak hanya bisa dilakukan berkelompok.

Ada kalanya anak melakukan proses itu sendiri atau dengan teman fantasi maupun boneka. Bisa juga dengan mengadopsi tokoh-tokoh yang dia lihat di sekelilingnya. Mainan merupakan alat bantu belajar, selain juga alat bantu untuk membangun imajinasi dan fantasi kreatif anak.

Guna membangun proses kreatif anak, orang tua dapat membantu dengan mengajak anak melakukan berbagai kegiatan menarik dan kreatif menggunakan sarana yang sesuai. Kegiatan yang mendorong anak untuk berkreasi, dapat mengembangkan kreativitas dalam diri anak.

Manfaat lain, anak dapat mengekspresikan perasaan positif dan melepaskan perasaan negatif mereka. Kemampuan berpikir anak juga senantiasa terasah.

Sri Noviarni
(ftr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4076 seconds (0.1#10.140)