Memburu Kepulauan Seribu

Jum'at, 06 Februari 2015 - 10:57 WIB
Memburu Kepulauan Seribu
Memburu Kepulauan Seribu
A A A
PULAU-PULAU di Kepulauan Seribu makin populer di kalangan turis lokal untuk dijelajahi. Bagi mereka yang tinggal di Jakarta, inilah alternatif paling tepat untuk berlibur dengan jarak dekat, murah, dan bebas macet.

Jika dicermati dengan benar, Kepulauan Seribu adalah tempat wisata yang cenderung paling praktis dan murah meriah bagi pelancong dari Jakarta. Pertama, perjalanannya bebas macet karena sepenuhnya mengandalkan transportasi laut.

Gugusan pulau yang terdekat bisa dicapai tak lebih dari 30 menit. Coba bandingkan jika berwisata ke luar kota, seperti ke Puncak Bogor atau ke Bandung yang memakan waktu hingga berjam-jam. Jika dari Jakarta, titik keberangkatan yang bisa dipilih, yaitu dari Dermaga Marina Ancol atau Pelabuhan Muara Baru, Muara Angke. Kedua, pelancong bisa melakukan telusur pulau (island hopping ) dalam satu kesempatan.

Untuk melakukannya, beberapa pelancong bisa pergi bersama dan menyewa speedboat , kapal yacht , atau kapal kayu nelayan. Kalau tidak mau repot, bisa ikut open trip dari berbagai travel organizer yang banyak menawarkan paket telusur pulau ke Kepulauan Seribu dengan harga tak lebih dari Rp200.000, kecuali paket ke Pulau Harapan yang berkisar lebih dari Rp300.000.

Nah, ada beberapa pulau yang bisa Anda kunjungi, mulai dari yang sedang populer hingga yang tidak terlalu populer, tapi sangat layak dikunjungi. Berikut daftarnya.

PULAU HARAPAN

Setelah kepopuleran Pulau Tidung agak meredup, kini giliran Pulau Harapan yang menjadi primadona. Pulau ini adalah pulau berpenduduk yang masih asri dan berdekatan dengan Bandar Udara Kepulauan Seribu yang ada di Pulau Panjang. Air lautnya jernih dan masih terjaga sehingga turis bisa menemukan ikan dan karang hias yang masih asri di pulau ini. Banyak pulau-pulau kecil di sekitar Pulau Harapan yang cocok untuk dijadikan lokasi snorkeling dan diving .

Selesai bermain di pantai, pengunjung bisa menikmati kuliner khas pulau ini. Jangan lupa juga untuk mengunjungi makam salah satu tokoh yang masih memiliki kekerabatan dengan Kesultanan Banten, yaitu Syeikh Mahmud bin Zakaria. Sudah banyak penginapan di pulau ini, juga pemandu wisata yang bisa mendampingi untuk mengelilingi pulau, termasuk ke Pulau Bira, Pulau Bulat, Pulau Magaran, dan Pulau Putri, yang letaknya tak jauh dari Pulau Harapan.

PULAU SEPA

Pulau ini memiliki pesisir pasir pantai terbaik dan belum tergerus abrasi laut. Pantainya berpasir putih yang landai dan jernih, cocok untuk snorkeling dan diving . Pulau ini bahkan disebut sebagai surganya para penyelam Jakarta. Air lautnya biru kehijauan, dengan alam bawah laut yang masih cenderung terjaga. Pulau seluas 7 hektare ini dikelola PT Pulau Sepa Permai yang membangun cottage dan mengelola sebuah lokasi penangkaran penyu sisik.

PULAU EDAM/DAMAR

Pulau ini memang punya banyak nama. Nama resminya sebenarnya Pulau Edam. Namun, para nelayan kerap menyebutnya Pulau Damar. Konon kabarnya, di pulau ini dulu banyak ditumbuhi pohon damar. Sementara orang Jakarta malah menyebutnya Pulau Monyet. Pulau Edam adalah pulau yang tak berpenduduk.

Daya tarik utama pulau ini ialah mercusuar setinggi 65 meter yang dibangun pada 1879 dan masih terus digunakan hingga kini. Lebih hebat lagi, sampai saat ini mercusuar yang dibangun pada zaman raja Belanda ZM Willem II ini belum pernah direnovasi sama sekali. Bangunan luarnya masih sangat kuat, khas bangunan Belanda. Mercusuar tersebut dibuat dari pelat besi yang digabungkan dengan baut dan mur. Namun, mercusuar ini kurang terawat. Anak tangga dan pegangan tangga banyak yang sudah berkarat.

Jendela-jendelanya pun banyak yang tak lagi berkaca. Meski agak mengenaskan, saat sampai di puncak mercusuar, pemandangan indah sudah menanti. Dari ketinggian kurang lebih 65 meter, Teluk Jakarta yang biru menghampar luas, berpadu dengan hutan Pulau Edam, langit biru, plus gedung-gedung Kota Jakarta yang samar terlihat. Di pinggir pantai, jelas terlihat perubahan warna air dari hijau ke biru. Angin sepoisepoi akan semakin membuat pengunjung betah berlama-lama di atas mercusuar.

PULAU ONRUST

Pulau ini lebih populer daripada Pulau Edam dan dikenal karena banyak menyimpan peninggalan VOC saat Belanda menguasai Batavia. Satu hal yang menandakan bahwa pulau ini diplot sebagai tempat wisata, yaitu banyaknya warung makan yang berdiri di tempat ini, walau nyatanya hanya buka pada akhir pekan.

Daya tarik pulau ini ada pada sisa-sisa reruntuhan rumah sakit dan reruntuhan asrama haji yang pernah dipakai pada 1930-an. Reruntuhannya memang hanya menyisakan sisa-sisa tembok hingga tak tampak jelas reruntuhan tersebut adalah bekas rumah sakit atau asrama haji. Hanya keterangan yang terpampang di depan reruntuhan yang menjelaskan fungsi bangunan tersebut pada masa lalu.

Melihat ruangan yang tak seberapa luas dengan daya tampung sebuah ruangan asrama, tampaknya satu ruangan bisa sangat penuh sesak oleh calon jamaah haji. Di tengah-tengah pulau, berdiri satu bangunan yang digunakan sebagai museum. Museum ini dipenuhi gambar-gambar yang menandakan kesibukan luar biasa di pulau tersebut akibat adanya kegiatan bongkar muat logistik perang pada zaman penjajahan Belanda.

Banyak pula benda-benda arkeologi atau sisa barang peninggalan Belanda, mulai dari tempat makan sampai sepatu besi yang berfungsi sebagai borgol bagi para narapidana yang ditahan di pulau tersebut. Selain itu, pulau ini juga menjadi tempat pemakaman bagi para elite Belanda, termasuk seorang putri raja. Nisan putri ini dihiasi puisi dari suaminya. Beberapa orang kerap mendatangi makam ini sekaligus memberi sesajen makanan atau minuman.

Selain makam para petinggi Belanda, ada juga para narapidana yang meninggal di pulau. Konon kabarnya, makam pemimpin pemberontakan DI/TII, Kartosoewirjo ada di pulau ini. Karena banyak makam pula, banyak beredar kabar yang berbau mistis di pulau ini. Meski begitu, kabar seram mengenai Pulau Onrust tak menyurutkan warga Jakarta untuk menginap dan bermalam di sini dengan tenda.

Saat malam tahun baru, banyak juga warga Jakarta yang memilih datang untuk sekadar melihat pesta kembang api dari Jakarta yang jelas terlihat dari pulau ini. Biasanya, trip organizer membuat paket kunjungan ke Pulau Onrust sekaligus ke Pulau Kelor dan Pulau Cipir karena ketiganya memiliki nilai historis yang kuat, terutama pada masa penjajahan Belanda. Pulau Kelor misalnya, terdapat peninggalan Belanda berupa galangan kapal dan Benteng Mortello yang dibangun VOC untuk menghadapi serangan Portugis pada abad ke-17. Reruntuhan benteng ini terlihat eksotis dengan batu bata merahnya.

PULAU RAMBUT

Pulau Rambut akrab dengan julukan Pulau Kerajaan Burung. Tak heran, karena sekitar 20.000 burung hidup di pulau ini. Pada Maret sampai September, jumlahnya bisa meningkat karena ada migrasi burung dari Australia dan India. Untuk melihat dengan jelas burung-burung yang bertebaran serta hutan yang melingkupi pulau, silakan naik ke menara yang terletak di tengah hutan.

Di atas, pengunjung bisa melihat berbagai jenis burung sampai puas. Hutan Pulau Rambut juga tergolong unik. Pasalnya, berbagai pohon “aneh” bisa dijumpai di dalamnya. Ada pohon besar tumbang yang melintang di tengah jalan, tapi akarnya masih tumbuh terus. Menurut petugas Pulau Rambut, akar pohon digigit kepiting, namun tetap tumbuh sampai sekarang. Ada lagi pohon yang cabang-cabangnya membelit erat pohon yang ada di sebelahnya. Jika dilihat dengan cermat, pohon itu seperti memeluk pohon di sampingnya.

Pohon ini kerap disebut sebagai “pohon cinta setengah mati”. Masih ada lagi, yaitu pohon tumbang yang akarnya sangat indah. Lebih masuk lagi ke dalam, ada juga beberapa tanaman bakau. Di tengah hutan yang lebat, kicauan burung terdengar di telinga. Sungguh sebuah harmoni yang indah.

Herita endriana
(ftr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1764 seconds (0.1#10.140)