Menuju Pusat Mode Dunia
A
A
A
PERHELATAN Indonesia Fashion Week (IFW ) akan digelar keempat kalinya pada 26 Februari-1 Maret. Selain memperkuat mode lokal dan green movement , zona business to business (B2B) untuk pertama kalinya dibuka dengan mendatangkan buyers internasional.
Zona ini akan menampilkan 100 merek lokal siap B2B yang merupakan peserta program Indonesia Business Fashion Development. Di antaranya B2B yang mengundang buyers dari Timur Tengah, Prancis, Korea, Jepang, Hong Kong, dan Australia ini akan menjadi awal pembelajaran pelaku mode di Indonesia untuk bersaing di pasar global.
Lalu, bagaimana dengan kesiapan pelaku industri mode menghadapi B2B? Presiden Direktur IFW Ali Charisma mengatakan, peserta B2B sudah dibekali dengan dasar pembelajaran tentang ekspor dan produksi massal dari produk mode hasil kreativitas para desainer. Secara produk, menurut Ali, para peserta ini sudah dapat dikatakan siap dengan tetap diberikan pendampingan dari tim IFW dalam hal manajemen ketika akan menghadapi buyers internasional.
“Sebenarnya sejak awal merintis, para desainer sudah bisa ekspor. Generasi muda juga seharusnya ada terobosan dan kami ajak agar jangan menunggu 10 hingga 20 tahun baru menangani ekspor, karena sebenarnya ini tidak rumit,” tutur Ali saat ditemui di Jakarta, belum lama ini.
Tujuan B2B, Ali menyebutkan , bukan untuk membiayai para desainer untuk mengikuti pameran di luar negeri, tetapi justru mendatangkan para buyers internasional hingga akhirnya menjadikan para desainer lokal sebagai tuan rumah di negeri sendiri. Selain tentu saja meraup pasar lokal yang juga potensial untuk digarap.
Di samping kemunculan zona B2B sebagai pameran dagang taraf internasional, acara tahunan IFW yang diselenggarakan oleh Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) dan para pemegang saham ini akan menghadirkan rangkaian kegiatan, seperti peragaan busana yang menyajikan busana siap pakai (ready-towear ), produk mode dari kerajinan tangan (craft fashion ), komoditas mode yang potensial untuk merambah pasar global, serta ditunjang dengan beragam program berupa seminar, talkshow , workshop , dan kompetisi desain.
IFW lahir sebagai suatu mimpi besar untuk mengembangkan industri mode Tanah Air, sekaligus mewujudkan citacita menjadikan Indonesia sebagai pusat mode dunia pada tahun 2025. Sebelumnya pada 2018 Indonesia ditargetkan menjadi pusat mode di Asia dan pusat mode muslim pada tahun 2020. Gagasan ini diperkuat dengan susunan cetak biru Ekonomi Kreatif Subsektor.
Pusat mode yang dimaksud adalah sebagai pusat penciptaan tren dan desain, pusat produksi serta pusat aktivitas dan perdagangan mode yang menghasilkan bisnis signifikan bagi negara. Indonesia memiliki potensi kreatif dan kekayaan budaya lokal dalam menghasilkan produk mode yang unik dan berbeda dengan negara lain sehingga dapat mengharumkan nama Indonesia di tingkat dunia.
“Melihat sektor mode Indonesia yang potensial untuk lebih dikembangkan, IFW bukan sekadar kemegahan perayaan mode, melainkan sebagai suatu gerakan memajukan industri mode dari segala sisi yang melibatkan sinergi seluruh stakeholder terkait,” sebut Dina Midiani, Direktur IFW, saat konferensi pers di Jakarta, belum lama ini.
Sinergitas menggapai tujuan menembus pasar global dan pusat mode dunia dilakukan dengan keterlibatan berbagai pemegang saham, mulai pemerintah lewat Kementerian Pariwisata, Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, dan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, hingga kreator dan pelaku bisnis dari kalangan desainer, perajin, UKM/IKM, perusahaan garmen dan tekstil, asosiasi, dan akademisi.
Sebanyak 747 label mode lokal beragam kategori, seperti pakaian perempuan, pakaian pria, anak-anak, pakaian muslim, aksesori, dan tekstil akan mengisi ruang pamer yang telah melalui proses kurasi dan menampilkan 2.522 outfits karya 230 desainer Tanah Air dan mancanegara (Jepang, Korea, India, dan Australia) dalam 32 peragaan busana di dua panggung runway.
“Untuk menyokong geliat bisnis busana muslim, disediakan zona khusus busana muslim yang menampung 160 booth di Hall Cendrawasih JCC. Sebanyak 40 booth di antaranya disponsori oleh Kementerian Perdagangan dengan program coaching dan re-branding ,” kata Euis Saidah, Dirjen Industri Kecil Menengah (IKM) dari Kementerian Perindustrian.
Di IFW 2015 ini, Euis menyebutkan, Kementerian Perindustrian turut mendukung program perumusan dan sosialisasi usulan standardisasi ukuran pakaian jadi yang akan diajukan sebagai standar nasional Indonesia (SNI) sehingga dapat dijadikan acuan bagi pengusaha mode secara nasional.
Chamber Trade of Sweden didukung APINDO juga menggelar seminar Sustainable Fashion-Green Business yang akan dihadiri oleh para delegasi wanita pengusaha dari berbagai asosiasi bisnis di seluruh dunia yang tergabung dalam Women Womens Economic Empowerment (WEE) Conference .
Sementara, ajakan untuk green movement dengan konsep mode berkelanjutan (sustainable fashion ) diakomodasi lewat Green Point yaitu zona edukasi dan display inovasi mode berkelanjutan atau produk mode ramah lingkungan. Selain itu dilengkapi dengan booth untuk konsultasi dan pendampingan hak kekayaan intelektual (HKI).
Atas dukungan Kementerian Pariwisata akan digelar seminar Indonesia Trend Forecasting di Indonesia Fashion Week 2015 yang berkolaborasi dengan Hermawan Kertajaya, pakar pemasaran dan pendiri MarkPlus, yang menjabat sebagai staf khusus Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah.
Penerapan tren ini akan ditampilkan lewat peragaan busana karya perwakilan 13 sekolah mode di Indonesia bertema “Resistance” yang merupakan interpretasi terhadap Indonesia Trend Forecasting 2016/2017 . Adapun rancangan terbaik akan memperoleh apresiasi Whitehouse Award dan kesempatan mengunjungi Sydney Fashion Week 2015 .
Dyah ayu Pamela
Zona ini akan menampilkan 100 merek lokal siap B2B yang merupakan peserta program Indonesia Business Fashion Development. Di antaranya B2B yang mengundang buyers dari Timur Tengah, Prancis, Korea, Jepang, Hong Kong, dan Australia ini akan menjadi awal pembelajaran pelaku mode di Indonesia untuk bersaing di pasar global.
Lalu, bagaimana dengan kesiapan pelaku industri mode menghadapi B2B? Presiden Direktur IFW Ali Charisma mengatakan, peserta B2B sudah dibekali dengan dasar pembelajaran tentang ekspor dan produksi massal dari produk mode hasil kreativitas para desainer. Secara produk, menurut Ali, para peserta ini sudah dapat dikatakan siap dengan tetap diberikan pendampingan dari tim IFW dalam hal manajemen ketika akan menghadapi buyers internasional.
“Sebenarnya sejak awal merintis, para desainer sudah bisa ekspor. Generasi muda juga seharusnya ada terobosan dan kami ajak agar jangan menunggu 10 hingga 20 tahun baru menangani ekspor, karena sebenarnya ini tidak rumit,” tutur Ali saat ditemui di Jakarta, belum lama ini.
Tujuan B2B, Ali menyebutkan , bukan untuk membiayai para desainer untuk mengikuti pameran di luar negeri, tetapi justru mendatangkan para buyers internasional hingga akhirnya menjadikan para desainer lokal sebagai tuan rumah di negeri sendiri. Selain tentu saja meraup pasar lokal yang juga potensial untuk digarap.
Di samping kemunculan zona B2B sebagai pameran dagang taraf internasional, acara tahunan IFW yang diselenggarakan oleh Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) dan para pemegang saham ini akan menghadirkan rangkaian kegiatan, seperti peragaan busana yang menyajikan busana siap pakai (ready-towear ), produk mode dari kerajinan tangan (craft fashion ), komoditas mode yang potensial untuk merambah pasar global, serta ditunjang dengan beragam program berupa seminar, talkshow , workshop , dan kompetisi desain.
IFW lahir sebagai suatu mimpi besar untuk mengembangkan industri mode Tanah Air, sekaligus mewujudkan citacita menjadikan Indonesia sebagai pusat mode dunia pada tahun 2025. Sebelumnya pada 2018 Indonesia ditargetkan menjadi pusat mode di Asia dan pusat mode muslim pada tahun 2020. Gagasan ini diperkuat dengan susunan cetak biru Ekonomi Kreatif Subsektor.
Pusat mode yang dimaksud adalah sebagai pusat penciptaan tren dan desain, pusat produksi serta pusat aktivitas dan perdagangan mode yang menghasilkan bisnis signifikan bagi negara. Indonesia memiliki potensi kreatif dan kekayaan budaya lokal dalam menghasilkan produk mode yang unik dan berbeda dengan negara lain sehingga dapat mengharumkan nama Indonesia di tingkat dunia.
“Melihat sektor mode Indonesia yang potensial untuk lebih dikembangkan, IFW bukan sekadar kemegahan perayaan mode, melainkan sebagai suatu gerakan memajukan industri mode dari segala sisi yang melibatkan sinergi seluruh stakeholder terkait,” sebut Dina Midiani, Direktur IFW, saat konferensi pers di Jakarta, belum lama ini.
Sinergitas menggapai tujuan menembus pasar global dan pusat mode dunia dilakukan dengan keterlibatan berbagai pemegang saham, mulai pemerintah lewat Kementerian Pariwisata, Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, dan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, hingga kreator dan pelaku bisnis dari kalangan desainer, perajin, UKM/IKM, perusahaan garmen dan tekstil, asosiasi, dan akademisi.
Sebanyak 747 label mode lokal beragam kategori, seperti pakaian perempuan, pakaian pria, anak-anak, pakaian muslim, aksesori, dan tekstil akan mengisi ruang pamer yang telah melalui proses kurasi dan menampilkan 2.522 outfits karya 230 desainer Tanah Air dan mancanegara (Jepang, Korea, India, dan Australia) dalam 32 peragaan busana di dua panggung runway.
“Untuk menyokong geliat bisnis busana muslim, disediakan zona khusus busana muslim yang menampung 160 booth di Hall Cendrawasih JCC. Sebanyak 40 booth di antaranya disponsori oleh Kementerian Perdagangan dengan program coaching dan re-branding ,” kata Euis Saidah, Dirjen Industri Kecil Menengah (IKM) dari Kementerian Perindustrian.
Di IFW 2015 ini, Euis menyebutkan, Kementerian Perindustrian turut mendukung program perumusan dan sosialisasi usulan standardisasi ukuran pakaian jadi yang akan diajukan sebagai standar nasional Indonesia (SNI) sehingga dapat dijadikan acuan bagi pengusaha mode secara nasional.
Chamber Trade of Sweden didukung APINDO juga menggelar seminar Sustainable Fashion-Green Business yang akan dihadiri oleh para delegasi wanita pengusaha dari berbagai asosiasi bisnis di seluruh dunia yang tergabung dalam Women Womens Economic Empowerment (WEE) Conference .
Sementara, ajakan untuk green movement dengan konsep mode berkelanjutan (sustainable fashion ) diakomodasi lewat Green Point yaitu zona edukasi dan display inovasi mode berkelanjutan atau produk mode ramah lingkungan. Selain itu dilengkapi dengan booth untuk konsultasi dan pendampingan hak kekayaan intelektual (HKI).
Atas dukungan Kementerian Pariwisata akan digelar seminar Indonesia Trend Forecasting di Indonesia Fashion Week 2015 yang berkolaborasi dengan Hermawan Kertajaya, pakar pemasaran dan pendiri MarkPlus, yang menjabat sebagai staf khusus Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah.
Penerapan tren ini akan ditampilkan lewat peragaan busana karya perwakilan 13 sekolah mode di Indonesia bertema “Resistance” yang merupakan interpretasi terhadap Indonesia Trend Forecasting 2016/2017 . Adapun rancangan terbaik akan memperoleh apresiasi Whitehouse Award dan kesempatan mengunjungi Sydney Fashion Week 2015 .
Dyah ayu Pamela
(ftr)