Cicipi Kekayaan Kuliner Langsung di Tempat Asalnya
A
A
A
Kelana Rasa Culinary Solutions mengajak para pencinta kuliner untuk mencicipi cita rasa makanan Minangkabau dengan datang langsung ke Padang.
Diharapkan, peserta bisa tahu kekayaan pangan lokal berpadu dengan ragam teknik memasak dan kearifan lokal setempat. Sebanyak 32 peserta Kelana Rasa Minang menyusuri kuliner Nusantara dari 5 Kabupaten di Sumatera Barat, di antaranya Padangpanjang, Bukittinggi, Batusangkar, Payakumbuh, dan Pariaman.
Mereka dipandu oleh Arie Parikesit-pendiri Kelana Rasa yang telah mengadakan tur kuliner ke puluhan kota, baik di dalam maupun luar negeri—selama 4 hari pada 19-22 Februari 2015. Sesampainya di Bandara Internasional Minangkabau, Padang, peserta langsung menuju ke Padangpanjang yang memiliki aneka ragam kuliner. Tempat yang mereka kunjungi, salah satunya Sate Mak Syukur (SMS).
Masakan yang terkenal di SMS yang patut dicoba adalah sate yang didampingi karupuak jangek ( rambak) dengan porsi sepiring besar. Sate Mak Syukur terbuat dari daging rusuk dan punuk sapi yang dimasak sampai empuk dengan kuah kuning kental dengan rasa yang tidak terlalu pedas. Selain itu, ada sate yang terbuat dari usus, jantung, dan lidah sapi.
Selain itu, SMS yang berlokasi di Silaing Bawah, Padangpanjang ini juga mempunyai menu andalan kue minang pinukuik (semacam serabi) dan lamang baluo (ketan berisi unti kelapa manis). Peserta juga blusukan ke Pasar Padangpanjang. “Ada lagi kuliner yang sedang terkenal di Ranah Minang, yaitu Kopi Kawa Daun. Kopi Kawa Daun merupakan minuman seperti teh yang dibuat dari daun kopi yang memiliki kandungan antioksidan yang lebih tinggi daripada teh hijau dan teh hitam,” cerita Arie.
Saat mengunjungi Bukittinggi, Pasar Lereng menjadi tujuan berburu kuliner. Di sini para peserta menikmati aneka jajanan khas Sumatera Barat, seperti tambusu, rendang ayam dakak-dakak, dan gulai rebung. Untuk hidangan penutup mereka menyantap es tebak yang terdiri atas tape ketan hitam, cincau hitam, kolang-kaling, dan tebak. Tebak adalah adonan dari tepung beras ketan dan tepung sagu yang telah dimasak dengan air garam dan kapur sirih, kemudian dicetak seperti cendol. Sajikan dengan susu kental manis, sirup merah, dan es serut agar lebih segar.
Pada hari berikutnya, peserta juga diberi kesempatan untuk merasakan makan bajamba. Makan bajamba atau juga disebut makan barapak adalah tradisi makan yang dilakukan masyarakat Minangkabau dengan cara lesehan. Berlokasi di rumah Uni Emi, tepatnya di Payakumbuh, mereka dihidangkan rendang, talua (telur kering), cubadak (nangka muda), paru, bulek (bola-bola daging), dan daun kayu dari 6 macam herba lokal.
Kunjungan Kelana Rasa Minang berakhir di Pariaman. Kuliner yang terkenal di daerah tersebut, yaitu Sala Lauak. Makanan yang terbuat dari adonan daging ikan yang dihaluskan dan dicampur tepung ini memiliki cita rasa yang dominan asin dan gurih dengan aroma rempah berasal dari beberapa jenis bumbu yang ditambahkan di dalamnya. Pariaman yang merupakan daerah pesisir juga menyediakan lauk pauk berbahan dasar yang didapat dari hasil laut, di antaranya rakik (peyek) udang, kepiting soka, dan rajungan.
“Diharapkan wawasan dan kecintaan para peserta bertambah setelah mengikuti tur kuliner ini, bahkan dapat membuat tur kuliner serupa ke berbagai destinasi, untuk menjadikannya sebuah alternatif wisata bagi masyarakat Indonesia,” ujar Arie.
Balqis eghnia
Diharapkan, peserta bisa tahu kekayaan pangan lokal berpadu dengan ragam teknik memasak dan kearifan lokal setempat. Sebanyak 32 peserta Kelana Rasa Minang menyusuri kuliner Nusantara dari 5 Kabupaten di Sumatera Barat, di antaranya Padangpanjang, Bukittinggi, Batusangkar, Payakumbuh, dan Pariaman.
Mereka dipandu oleh Arie Parikesit-pendiri Kelana Rasa yang telah mengadakan tur kuliner ke puluhan kota, baik di dalam maupun luar negeri—selama 4 hari pada 19-22 Februari 2015. Sesampainya di Bandara Internasional Minangkabau, Padang, peserta langsung menuju ke Padangpanjang yang memiliki aneka ragam kuliner. Tempat yang mereka kunjungi, salah satunya Sate Mak Syukur (SMS).
Masakan yang terkenal di SMS yang patut dicoba adalah sate yang didampingi karupuak jangek ( rambak) dengan porsi sepiring besar. Sate Mak Syukur terbuat dari daging rusuk dan punuk sapi yang dimasak sampai empuk dengan kuah kuning kental dengan rasa yang tidak terlalu pedas. Selain itu, ada sate yang terbuat dari usus, jantung, dan lidah sapi.
Selain itu, SMS yang berlokasi di Silaing Bawah, Padangpanjang ini juga mempunyai menu andalan kue minang pinukuik (semacam serabi) dan lamang baluo (ketan berisi unti kelapa manis). Peserta juga blusukan ke Pasar Padangpanjang. “Ada lagi kuliner yang sedang terkenal di Ranah Minang, yaitu Kopi Kawa Daun. Kopi Kawa Daun merupakan minuman seperti teh yang dibuat dari daun kopi yang memiliki kandungan antioksidan yang lebih tinggi daripada teh hijau dan teh hitam,” cerita Arie.
Saat mengunjungi Bukittinggi, Pasar Lereng menjadi tujuan berburu kuliner. Di sini para peserta menikmati aneka jajanan khas Sumatera Barat, seperti tambusu, rendang ayam dakak-dakak, dan gulai rebung. Untuk hidangan penutup mereka menyantap es tebak yang terdiri atas tape ketan hitam, cincau hitam, kolang-kaling, dan tebak. Tebak adalah adonan dari tepung beras ketan dan tepung sagu yang telah dimasak dengan air garam dan kapur sirih, kemudian dicetak seperti cendol. Sajikan dengan susu kental manis, sirup merah, dan es serut agar lebih segar.
Pada hari berikutnya, peserta juga diberi kesempatan untuk merasakan makan bajamba. Makan bajamba atau juga disebut makan barapak adalah tradisi makan yang dilakukan masyarakat Minangkabau dengan cara lesehan. Berlokasi di rumah Uni Emi, tepatnya di Payakumbuh, mereka dihidangkan rendang, talua (telur kering), cubadak (nangka muda), paru, bulek (bola-bola daging), dan daun kayu dari 6 macam herba lokal.
Kunjungan Kelana Rasa Minang berakhir di Pariaman. Kuliner yang terkenal di daerah tersebut, yaitu Sala Lauak. Makanan yang terbuat dari adonan daging ikan yang dihaluskan dan dicampur tepung ini memiliki cita rasa yang dominan asin dan gurih dengan aroma rempah berasal dari beberapa jenis bumbu yang ditambahkan di dalamnya. Pariaman yang merupakan daerah pesisir juga menyediakan lauk pauk berbahan dasar yang didapat dari hasil laut, di antaranya rakik (peyek) udang, kepiting soka, dan rajungan.
“Diharapkan wawasan dan kecintaan para peserta bertambah setelah mengikuti tur kuliner ini, bahkan dapat membuat tur kuliner serupa ke berbagai destinasi, untuk menjadikannya sebuah alternatif wisata bagi masyarakat Indonesia,” ujar Arie.
Balqis eghnia
(ars)