Gaet Anak Muda dengan Jazz
A
A
A
KOMUNITAS Salihara mendukung perkembangan musik jazz di Indonesia melalui acara Jazz Buzz. Ini merupakan sebuah festival kecil tahunan di komunitas tersebut.
Acara tahunan ini baru saja berlangsung pada 14, 15, 21, dan 22 Februari lalu di Teater Salihara. Komunitas Salihara menilai musik jazz dan festival jazz di Indonesia sudah tumbuh dengan sangat baik dalam hal kuantitas. Dengan cara mendorong kreativitas dan interpretasi jazz yang baru, komunitas ini menghadirkan Salihara Jazz Buzz .
Acara ini menampilkan musisi-musisi jazz terbaik di Tanah Air dalam serangkaian konser dengan berbagai komposisi baru yang inovatif dan segar, cerdas dan eksploratif, dimainkan dengan kepiawaian teknik dan kepekaan artistik tinggi. “Kami merasa perlu mengadakan sebuah forum jazz di mana para musisi jazz bisa saling unjuk karya baru, eksperimentasi, serta formasi grup yang baru, yang tidak biasa,” sebut Astrid Nadia selaku Communication Executive Komunitas Salihara. Jazz Buzz kali ini mengangkat tema “Yang Muda Yang Ngejazz”.
Sesuai dengan tema yang diangkat, pengisi Jazz Buzz pada tahun ini adalah para musisi jazz generasi terbaru, seperti Richard Hutapea dan duo Jessi Mates feat Monita Tahalea. Richard Hutapea merupakan musisi muda yang mahir memainkan alat musik tiup saksofon. Dia berduet dengan Jessilardus Shuhan Mates, seorang drummer muda Indonesia yang tengah menanjak di dunia jazz Indonesia.
Formasi seperti ini mungkin masih sangat jarang di Indonesia. Karena itu, duo Jessi Mates ingin menunjukkan kepada para penikmat musik jazz bahwa dengan dua instrumen yang mereka bawakan dapat memainkan musik kelas dunia dan membawa penonton untuk menikmatinya. Mereka yang menjadi pembuka di acara Jazz Buzz, Sabtu (14/2), memainkan lagu-lagu jazz karya Miles Davis, Thelonious Monk, John Coltrane, Charlie Parker, Cole Porter, dan beberapa komposisi karya Jessi dan Richard dengan aransemen yang berbeda dari aslinya.
Berlanjut pada malam harinya, Komunitas Salihara menyuguhkan penampilan Dion Subiakto Team. Grup yang biasa disingkat DST ini merupakan sebuah kuartet yang dipimpin oleh Dion Subiakto. Formasi yang dibawakan DST di Salihara Jazz Buzz 2015 adalah Dion Subiakto (drum dan perkusi), Shadu Rasjidi (bass), RM Aditya (piano dan keyboard ), dan Richard Hutapea (saksofon).
Kedua penampil pada hari tersebut menjadi panggung pertama bagi mereka. Berbeda dengan sebelumnya, pada 15 Februari 2015 menjadi tempatnya penampilan Andy Gomez feat Meethew Sayerz, seorang pemain piano lulusan ISI Yogyakarta yang telah berpengalaman bermusik. Dia kerap mengisi acara-acara musik jazz, seperti Jakarta International Java Jazz Festival dan Bromo Jazz Festival .
Untuk selanjutnya, Jazz Buzz menampilkan Plastic People feat Aria Baron. Plastic People Play Zappa adalah sebuah band yang terdiri atas musisi dengan latar belakang musik yang beraneka ragam, di antaranya Didi Priyadi (in memoriam , lead vocal & electric guitar ), Krisna Prameswara (Discus/Naif, keyboards ), Noldy Pamungkas (The KadriJimmo, gitar), Soebroto Harry (Van Java/JBF Trio, bass guitar ), Andika Candra (Magenta Orchestra, woodwinds ) dan Yandi Andaputra (Six Strings/The Fingers, drum).
Adapun Aria Baron yang tampil berduet bersama mereka pernah memperkuat grup band GIGI. Sesuai namanya, mereka memainkan karya musisi rock legendaris Frank Zappa. Minggu berikutnya, Sabtu (21/2), Kelakar tampil pertama kali. Mereka mempersembahkan genre yang berbeda dan eksperimental. Kelompok yang beranggotakan Didi Priyadi sebagai vokalis, pemain gitar dan bass, Reynold Silalahi pada piano, Wisnu Adrian pada synthesizer dan keyboard, dan Bistok Simangunsong pada drum ini jauh dari kesan jazz.
Sebuah musik yang bergerak di luar batas-batas kategorisasi. Malam harinya penonton disuguhkan permainan panggung Irsa Destiwi dan Robert Mulya Raharja. Irsa Destiwi yang bermain piano dan Robert MR pada gitar adalah dua musisi jazz yang dibentuk secara khusus untuk Salihara Jazz Buzz 2015 . Mereka tergabung dalam grup Shadow Puppets.
Grup yang telah menghasilkan dua album, yaitu “Extended Play” (2010) dan “Strings Attached” (2011) ini membawakan sebuah repertoar konser yang tersusun atas karya orisinal masing- masing personel yang terpengaruh oleh karya jazz tradisional dan modern, karya kontemporer dan juga keroncong, dipadukan dengan beberapa karya komposer Indonesia, antara lain Damai Tapi Gersang oleh Adjie Bandy, serta beberapa karya komposer legendaris Frederic Chopin dengan aransemen baru yang khusus dibuat untuk format duo.
Pada hari terakhir, Minggu (22/2), Komunitas Salihara menampilkan musisi-musisi yang tidak biasa. Seorang gitaris muda yang juga berbakat menulis lagu, Gerard Eugene Situmorang, bermain dengan Oktet Gesek Dlareg feat Rama Widi untuk penampilan sore harinya. Mereka membawakan sejumlah komposisi karya Gerard Situmorang yang akan diaransemen secara segar dan modern dengan sentuhan manis dan eksperimental.
Dalam konser ini Gerard Situmorang memakai tiga gitar berbeda, yaitu nylon-string guitar , steel-string guitar, dan electric guitar (semi -hollow body ). Setiap gitar yang digunakan memberikan suasana dan mood yang berbeda di setiap komposisi. Untuk penampilan penutup, Jazz Buzz menghadirkan musisi senior yang telah malang melintang di panggung jazz Indonesia, yakni Indra Lesmana feat Dewa Budjana.
Keduanya lebih banyak memainkan musik karya mereka yang sudah beberapa kali dibawakan di panggung jazz ataupun yang baru pertama kali mereka bawakan di Salihara Jazz Buzz . Mereka tidak hanya tampil berdua, juga berkolaborasi dengan para musisi muda seperti Shadu Rasjidi (bass) dan Raffi (drum). Dari keseluruhan acara Jazz Buzz , Febi, salah satu penonton yang menantikan aksi panggung Indra Lesmana, telah mengikuti Jazz Buzz 2015 sejak hari pertama.
Menurut dia, penampilan musisi muda dan yang lainnya dinilai bagus. “Kalau melihat tema Yang Muda Yang Ngejazz ini sudah cukup representatif. Contohnya Shadu dapat mengimbangi musisi yang telah berpengalaman,” komentar Febi.
Balqis eghnia
Acara tahunan ini baru saja berlangsung pada 14, 15, 21, dan 22 Februari lalu di Teater Salihara. Komunitas Salihara menilai musik jazz dan festival jazz di Indonesia sudah tumbuh dengan sangat baik dalam hal kuantitas. Dengan cara mendorong kreativitas dan interpretasi jazz yang baru, komunitas ini menghadirkan Salihara Jazz Buzz .
Acara ini menampilkan musisi-musisi jazz terbaik di Tanah Air dalam serangkaian konser dengan berbagai komposisi baru yang inovatif dan segar, cerdas dan eksploratif, dimainkan dengan kepiawaian teknik dan kepekaan artistik tinggi. “Kami merasa perlu mengadakan sebuah forum jazz di mana para musisi jazz bisa saling unjuk karya baru, eksperimentasi, serta formasi grup yang baru, yang tidak biasa,” sebut Astrid Nadia selaku Communication Executive Komunitas Salihara. Jazz Buzz kali ini mengangkat tema “Yang Muda Yang Ngejazz”.
Sesuai dengan tema yang diangkat, pengisi Jazz Buzz pada tahun ini adalah para musisi jazz generasi terbaru, seperti Richard Hutapea dan duo Jessi Mates feat Monita Tahalea. Richard Hutapea merupakan musisi muda yang mahir memainkan alat musik tiup saksofon. Dia berduet dengan Jessilardus Shuhan Mates, seorang drummer muda Indonesia yang tengah menanjak di dunia jazz Indonesia.
Formasi seperti ini mungkin masih sangat jarang di Indonesia. Karena itu, duo Jessi Mates ingin menunjukkan kepada para penikmat musik jazz bahwa dengan dua instrumen yang mereka bawakan dapat memainkan musik kelas dunia dan membawa penonton untuk menikmatinya. Mereka yang menjadi pembuka di acara Jazz Buzz, Sabtu (14/2), memainkan lagu-lagu jazz karya Miles Davis, Thelonious Monk, John Coltrane, Charlie Parker, Cole Porter, dan beberapa komposisi karya Jessi dan Richard dengan aransemen yang berbeda dari aslinya.
Berlanjut pada malam harinya, Komunitas Salihara menyuguhkan penampilan Dion Subiakto Team. Grup yang biasa disingkat DST ini merupakan sebuah kuartet yang dipimpin oleh Dion Subiakto. Formasi yang dibawakan DST di Salihara Jazz Buzz 2015 adalah Dion Subiakto (drum dan perkusi), Shadu Rasjidi (bass), RM Aditya (piano dan keyboard ), dan Richard Hutapea (saksofon).
Kedua penampil pada hari tersebut menjadi panggung pertama bagi mereka. Berbeda dengan sebelumnya, pada 15 Februari 2015 menjadi tempatnya penampilan Andy Gomez feat Meethew Sayerz, seorang pemain piano lulusan ISI Yogyakarta yang telah berpengalaman bermusik. Dia kerap mengisi acara-acara musik jazz, seperti Jakarta International Java Jazz Festival dan Bromo Jazz Festival .
Untuk selanjutnya, Jazz Buzz menampilkan Plastic People feat Aria Baron. Plastic People Play Zappa adalah sebuah band yang terdiri atas musisi dengan latar belakang musik yang beraneka ragam, di antaranya Didi Priyadi (in memoriam , lead vocal & electric guitar ), Krisna Prameswara (Discus/Naif, keyboards ), Noldy Pamungkas (The KadriJimmo, gitar), Soebroto Harry (Van Java/JBF Trio, bass guitar ), Andika Candra (Magenta Orchestra, woodwinds ) dan Yandi Andaputra (Six Strings/The Fingers, drum).
Adapun Aria Baron yang tampil berduet bersama mereka pernah memperkuat grup band GIGI. Sesuai namanya, mereka memainkan karya musisi rock legendaris Frank Zappa. Minggu berikutnya, Sabtu (21/2), Kelakar tampil pertama kali. Mereka mempersembahkan genre yang berbeda dan eksperimental. Kelompok yang beranggotakan Didi Priyadi sebagai vokalis, pemain gitar dan bass, Reynold Silalahi pada piano, Wisnu Adrian pada synthesizer dan keyboard, dan Bistok Simangunsong pada drum ini jauh dari kesan jazz.
Sebuah musik yang bergerak di luar batas-batas kategorisasi. Malam harinya penonton disuguhkan permainan panggung Irsa Destiwi dan Robert Mulya Raharja. Irsa Destiwi yang bermain piano dan Robert MR pada gitar adalah dua musisi jazz yang dibentuk secara khusus untuk Salihara Jazz Buzz 2015 . Mereka tergabung dalam grup Shadow Puppets.
Grup yang telah menghasilkan dua album, yaitu “Extended Play” (2010) dan “Strings Attached” (2011) ini membawakan sebuah repertoar konser yang tersusun atas karya orisinal masing- masing personel yang terpengaruh oleh karya jazz tradisional dan modern, karya kontemporer dan juga keroncong, dipadukan dengan beberapa karya komposer Indonesia, antara lain Damai Tapi Gersang oleh Adjie Bandy, serta beberapa karya komposer legendaris Frederic Chopin dengan aransemen baru yang khusus dibuat untuk format duo.
Pada hari terakhir, Minggu (22/2), Komunitas Salihara menampilkan musisi-musisi yang tidak biasa. Seorang gitaris muda yang juga berbakat menulis lagu, Gerard Eugene Situmorang, bermain dengan Oktet Gesek Dlareg feat Rama Widi untuk penampilan sore harinya. Mereka membawakan sejumlah komposisi karya Gerard Situmorang yang akan diaransemen secara segar dan modern dengan sentuhan manis dan eksperimental.
Dalam konser ini Gerard Situmorang memakai tiga gitar berbeda, yaitu nylon-string guitar , steel-string guitar, dan electric guitar (semi -hollow body ). Setiap gitar yang digunakan memberikan suasana dan mood yang berbeda di setiap komposisi. Untuk penampilan penutup, Jazz Buzz menghadirkan musisi senior yang telah malang melintang di panggung jazz Indonesia, yakni Indra Lesmana feat Dewa Budjana.
Keduanya lebih banyak memainkan musik karya mereka yang sudah beberapa kali dibawakan di panggung jazz ataupun yang baru pertama kali mereka bawakan di Salihara Jazz Buzz . Mereka tidak hanya tampil berdua, juga berkolaborasi dengan para musisi muda seperti Shadu Rasjidi (bass) dan Raffi (drum). Dari keseluruhan acara Jazz Buzz , Febi, salah satu penonton yang menantikan aksi panggung Indra Lesmana, telah mengikuti Jazz Buzz 2015 sejak hari pertama.
Menurut dia, penampilan musisi muda dan yang lainnya dinilai bagus. “Kalau melihat tema Yang Muda Yang Ngejazz ini sudah cukup representatif. Contohnya Shadu dapat mengimbangi musisi yang telah berpengalaman,” komentar Febi.
Balqis eghnia
(ars)