Deteksi Alzheimer dengan Warna Kulit
A
A
A
MEKSIKO - Tes kulit dipercaya dapat mendiagnosa seseorang terkena Demensia Alzheimer. Para peneliti di Meksiko telah mengembangkan tes tersebut. Dilansir dari VOA, tes tersebut dapat mendeteksi protein-protein abnormal yang spesifik pada penyakit Alzheimer dan Parkinson.
Berdasarkan data kelompok Alzheimer's Disease International, sebanyak lebih dari 44 juta orang di seluruh dunia menderita Alzheimer. Penyakit ini membuat para manula kehilangan ingatan jangka pendek mereka. Parahnya, Alzheimer dapat mengarah pada kematian.
Penyakit ini merupakan bentuk paling umum dari demensia. Namun ada bentuk-bentuk lain dari penyakit otak progresif, seperti demensia vaskuler, yang menyerupai gejala-gejala tahap awal Alzheimer dan menyebabkan masalah-masalah kognitif. Tidak seperti Alzheimer, para pasien demensia vaskuler dapat hidup bertahun-tahun.
Kelainan gerakan, Parkinson juga dapat didiagnosa dalam tahap-tahap awal melalui tes kulit. Para peneliti di University of San Luis Potosi, Meksiko, telah mengembangkan cara untuk mendiagnosa Alzheimer dan kelainan kognitif lainnya, menggunakan sepotong kecil kulit pasien.
Dari hasil penelitian tersebut, ditemukan bahwa protein-protein khusus dengan tingkat tinggi yang tidak wajar yang ada di jaringan otak, ternyata ada juga di sel-sel kulit. Neurolog Ildefonso Rodriguez-Leyva memimpin studi menggunakan biopsi kulit untuk mendiagnosa orang-orang dengan beragam bentuk demensia.
"Kulit sangat erat terhubung dengan sistem syaraf, karena mereka memiliki asal yang sama. Lalu kami memutuskan untuk melihat kemungkinan menemukan protein-protein yang tidak normal di otak, di kulit. Dan kami menemukannya. Kulit untuk kami benar-benar luar biasa," ujar Rodriguez-Leyva.
Saat ini, diagnosis Alzheimer didasarkan pada observasi klinis, karena tidak mungkin mengambil sampel-sampel jaringan dari orang hidup untuk mendiagnosisnya. Diagnosis dini untuk Alzheimer dan Parkinson berarti perawatan dapat dimulai lebih awal sehingga meningkatkan kualitas hidup.
Berdasarkan data kelompok Alzheimer's Disease International, sebanyak lebih dari 44 juta orang di seluruh dunia menderita Alzheimer. Penyakit ini membuat para manula kehilangan ingatan jangka pendek mereka. Parahnya, Alzheimer dapat mengarah pada kematian.
Penyakit ini merupakan bentuk paling umum dari demensia. Namun ada bentuk-bentuk lain dari penyakit otak progresif, seperti demensia vaskuler, yang menyerupai gejala-gejala tahap awal Alzheimer dan menyebabkan masalah-masalah kognitif. Tidak seperti Alzheimer, para pasien demensia vaskuler dapat hidup bertahun-tahun.
Kelainan gerakan, Parkinson juga dapat didiagnosa dalam tahap-tahap awal melalui tes kulit. Para peneliti di University of San Luis Potosi, Meksiko, telah mengembangkan cara untuk mendiagnosa Alzheimer dan kelainan kognitif lainnya, menggunakan sepotong kecil kulit pasien.
Dari hasil penelitian tersebut, ditemukan bahwa protein-protein khusus dengan tingkat tinggi yang tidak wajar yang ada di jaringan otak, ternyata ada juga di sel-sel kulit. Neurolog Ildefonso Rodriguez-Leyva memimpin studi menggunakan biopsi kulit untuk mendiagnosa orang-orang dengan beragam bentuk demensia.
"Kulit sangat erat terhubung dengan sistem syaraf, karena mereka memiliki asal yang sama. Lalu kami memutuskan untuk melihat kemungkinan menemukan protein-protein yang tidak normal di otak, di kulit. Dan kami menemukannya. Kulit untuk kami benar-benar luar biasa," ujar Rodriguez-Leyva.
Saat ini, diagnosis Alzheimer didasarkan pada observasi klinis, karena tidak mungkin mengambil sampel-sampel jaringan dari orang hidup untuk mendiagnosisnya. Diagnosis dini untuk Alzheimer dan Parkinson berarti perawatan dapat dimulai lebih awal sehingga meningkatkan kualitas hidup.
(nfl)