Kolaborasi Fashion
A
A
A
BEBERAPA label high street memilih bekerja sama dengan desainer, model, hingga selebriti. Cara ini telah menjadi tren dan masih terus secara kreatif digarap, termasuk dengan ikut memasukkan daftar selebriti pesohor di dalamnya.
Apa yang menarik dari kolaborasi yang dilakukan label dengan desainer maupun para selebriti? Tentunya desain yang dibuat deretan perancang ternama membuat koleksi menjadi menarik dan nama selebriti yang diajak bergabung ikut mengangkat keinginan penggemar fanatik ikon tertentu untuk membeli koleksi.
Dalam proyek kolaboratif fashion , label asal Swedia, H&M, dapat dikatakan sebagai langganan bekerja sama dengan desainer high end . Berkat kolaborasi itu, H&M memperoleh penjualan besar dari proyek dan desainer high-end, seperti Karl Lagerfeld dan Alexander Wang, yang telah mampu mencapai basis konsumen yang lebih luas daripada sebelumnya.
Kemudian hal tersebut diikuti nama besar seperti Versace, Marni, dan Maison Martin Margiela. “Kolaborasi dengan sebuah label menjadi cara yang semakin populer untuk memberikan inovasi,” tulis Courtney Scharf dari Trendreports.com. Kolaborasi ini, menurut Scharf, sangat inovatif, karena menghimpun pasar massal dengan desainer high-end .
Brand yang bersangkutan kebanyakan sukses mendapat keuntungan dari proyek kolaborasi dan konsumen semakin mudah menerima sebuah pendekatan kolaboratif. “Untuk merek fashion besar dan ritel massal, kolaborasi sebenarnya hanya mengambil bagian kecil dari strategi pemasaran,” kata Lauren Sherman dari Style.com.
Meski hanya bagian strategi kecil pemasaran, hal ini membawa pengaruh cukup signifikan. Sherman mencontohkan satu di antara kolaborator fashion terbaru, yaitu Peter Pilotto dan Joseph Altuzarra, yang membawa dampak beberapa pengikut baru brand ini di Amerika Tengah.
Namun, sasaran kolaborasi kembali lagi memang masih cenderung untuk mendukung desainer yang dapat mengubah nuansa item koleksi mereka dengan daya tarik pop. Desainer asal Inggris, Stella McCartney, termasuk satu di antara banyak perancang yang telah lama bekerja sama dengan label untuk membuat koleksi.
McCartney pada pertengahan Januari lalu juga menelurkan koleksi kolaborasi terbarunya bersama label Adidas terbaru dengan nama “StelaSport” yang ditujukan untuk para perempuan muda. Perancang busana 43 tahun yang bekerja sama dengan merek olahraga tersebut sejauh ini memang telah lebih dari satu dekade mendesain untuk Adidas.
Rancangan terbarunya lewat “StellaSport” terdiri atas busana untuk gym dan pakaian harian yang sporty. “Saya merancang sesuatu yang sesuai dengan aktivitas seorang perempuan muda yang pergi dari kegiatan kampus, kemudian ke klub kebugaran, tapi tetap bergaya,” kata McCartney.
Tetap ada garis rancang kekuatan desain McCartney yang memberikan gaya personal. Potongan busananya pun, menurut sang perancang, dirancang dengan realistis— fashion dan sisi sporty ketika berolahraga bisa sejalan. Di antaranya bra, legging, sepatu trainer , dan aksesori yang dijual dengan kisaran harga USD20-USD100.
Kemudian dari desainer yang juga terkenal dengan sisi sporty -nya, Alexander Wang sempat melakukan kolaborasi dengan H&M pada November 2014 silam. Wang membuat koleksi yang terinspirasi oleh pakaian performance atau pakaian kasual dan olahraga modis, namun fungsional yang disajikan di runway dengan gaya futuristik.
Tak hanya desainer maupun selebriti, model Cara Delevingne sempat terlibat dalam sebuah kolaborasi dengan Mulberry pada 2014 silam. Model 22 tahun itu membuat koleksi aksesori yang fungsional, juga menawan dan praktis dalam bentuk sebuah ransel besar Mulberry.
Dyah ayu pamela
Apa yang menarik dari kolaborasi yang dilakukan label dengan desainer maupun para selebriti? Tentunya desain yang dibuat deretan perancang ternama membuat koleksi menjadi menarik dan nama selebriti yang diajak bergabung ikut mengangkat keinginan penggemar fanatik ikon tertentu untuk membeli koleksi.
Dalam proyek kolaboratif fashion , label asal Swedia, H&M, dapat dikatakan sebagai langganan bekerja sama dengan desainer high end . Berkat kolaborasi itu, H&M memperoleh penjualan besar dari proyek dan desainer high-end, seperti Karl Lagerfeld dan Alexander Wang, yang telah mampu mencapai basis konsumen yang lebih luas daripada sebelumnya.
Kemudian hal tersebut diikuti nama besar seperti Versace, Marni, dan Maison Martin Margiela. “Kolaborasi dengan sebuah label menjadi cara yang semakin populer untuk memberikan inovasi,” tulis Courtney Scharf dari Trendreports.com. Kolaborasi ini, menurut Scharf, sangat inovatif, karena menghimpun pasar massal dengan desainer high-end .
Brand yang bersangkutan kebanyakan sukses mendapat keuntungan dari proyek kolaborasi dan konsumen semakin mudah menerima sebuah pendekatan kolaboratif. “Untuk merek fashion besar dan ritel massal, kolaborasi sebenarnya hanya mengambil bagian kecil dari strategi pemasaran,” kata Lauren Sherman dari Style.com.
Meski hanya bagian strategi kecil pemasaran, hal ini membawa pengaruh cukup signifikan. Sherman mencontohkan satu di antara kolaborator fashion terbaru, yaitu Peter Pilotto dan Joseph Altuzarra, yang membawa dampak beberapa pengikut baru brand ini di Amerika Tengah.
Namun, sasaran kolaborasi kembali lagi memang masih cenderung untuk mendukung desainer yang dapat mengubah nuansa item koleksi mereka dengan daya tarik pop. Desainer asal Inggris, Stella McCartney, termasuk satu di antara banyak perancang yang telah lama bekerja sama dengan label untuk membuat koleksi.
McCartney pada pertengahan Januari lalu juga menelurkan koleksi kolaborasi terbarunya bersama label Adidas terbaru dengan nama “StelaSport” yang ditujukan untuk para perempuan muda. Perancang busana 43 tahun yang bekerja sama dengan merek olahraga tersebut sejauh ini memang telah lebih dari satu dekade mendesain untuk Adidas.
Rancangan terbarunya lewat “StellaSport” terdiri atas busana untuk gym dan pakaian harian yang sporty. “Saya merancang sesuatu yang sesuai dengan aktivitas seorang perempuan muda yang pergi dari kegiatan kampus, kemudian ke klub kebugaran, tapi tetap bergaya,” kata McCartney.
Tetap ada garis rancang kekuatan desain McCartney yang memberikan gaya personal. Potongan busananya pun, menurut sang perancang, dirancang dengan realistis— fashion dan sisi sporty ketika berolahraga bisa sejalan. Di antaranya bra, legging, sepatu trainer , dan aksesori yang dijual dengan kisaran harga USD20-USD100.
Kemudian dari desainer yang juga terkenal dengan sisi sporty -nya, Alexander Wang sempat melakukan kolaborasi dengan H&M pada November 2014 silam. Wang membuat koleksi yang terinspirasi oleh pakaian performance atau pakaian kasual dan olahraga modis, namun fungsional yang disajikan di runway dengan gaya futuristik.
Tak hanya desainer maupun selebriti, model Cara Delevingne sempat terlibat dalam sebuah kolaborasi dengan Mulberry pada 2014 silam. Model 22 tahun itu membuat koleksi aksesori yang fungsional, juga menawan dan praktis dalam bentuk sebuah ransel besar Mulberry.
Dyah ayu pamela
(ftr)