Sineas Terus Berjuang Angkat Film Indonesia
A
A
A
PERFILMAN Indonesia dirayakan setiap 30 Maret dan tahun ini genap berusia 65 tahun, tetapi semakin menghadapi tantangan yang tidak mudah.
Apresiasi penonton masih kurang, meski gairah dan semangat sineas untuk membuat film berkualitas sudah tampak. Hal itu dapat dilihat dari beragam tema dan judul yang mewarnai gedung bioskop.
Reza Rahadian yang menggantungkan hidupnya dengan menekuni karakter orang lain ini mengaku Hari Film Nasional menjadi momen awal perjuangan panjang para sineas film Indonesia untuk menunjukkan karya terbaik. “Saya tidak akan berhenti (main film) karena inilah hidup saya,” kata Reza.
Namun, aktor kelahiran Bogor, 5 Maret 1987, ini tak memungkiri banyaknya kisruh yang terjadi di dunia perfilman nasional yang tampaknya belum menemukan plot akhir. Kendati demikian, tidak mengurangi perjuangan sineas-sineas film, khususnya di daerah untuk terus berkarya. Mereka terus berjuang mengangkat film Indonesia.
“Beberapa sineas mengadakan festival-festival film di daerah yang menyentuh masyarakat. Ada juga pemerintah daerah yang mendukung pembuatan film nasional, seperti di Bandung. Meskipun begitu, apresiasi penonton untuk nonton film nasional ke bioskop masih kurang,” kata pemeran Habibie dalam film Habibie Ainun ini.
Untuk lebih menggiatkan perfilman Indonesia berjaya di rumah sendiri, pemenang dua piala Citra ini mengharapkan dorongan utama penonton alias moviegoer semakin bertambah.
Sementara aktor senior Roy Marten melihat pemerintah belum serius terhadap dunia perfilman Indonesia. “Pemerintah tidak peduli pada kesenian dan masih dianggap ecek-ecek. Adanya hari film cuma selebrasi,” ujar Roy.
Thomasmanggalla
Apresiasi penonton masih kurang, meski gairah dan semangat sineas untuk membuat film berkualitas sudah tampak. Hal itu dapat dilihat dari beragam tema dan judul yang mewarnai gedung bioskop.
Reza Rahadian yang menggantungkan hidupnya dengan menekuni karakter orang lain ini mengaku Hari Film Nasional menjadi momen awal perjuangan panjang para sineas film Indonesia untuk menunjukkan karya terbaik. “Saya tidak akan berhenti (main film) karena inilah hidup saya,” kata Reza.
Namun, aktor kelahiran Bogor, 5 Maret 1987, ini tak memungkiri banyaknya kisruh yang terjadi di dunia perfilman nasional yang tampaknya belum menemukan plot akhir. Kendati demikian, tidak mengurangi perjuangan sineas-sineas film, khususnya di daerah untuk terus berkarya. Mereka terus berjuang mengangkat film Indonesia.
“Beberapa sineas mengadakan festival-festival film di daerah yang menyentuh masyarakat. Ada juga pemerintah daerah yang mendukung pembuatan film nasional, seperti di Bandung. Meskipun begitu, apresiasi penonton untuk nonton film nasional ke bioskop masih kurang,” kata pemeran Habibie dalam film Habibie Ainun ini.
Untuk lebih menggiatkan perfilman Indonesia berjaya di rumah sendiri, pemenang dua piala Citra ini mengharapkan dorongan utama penonton alias moviegoer semakin bertambah.
Sementara aktor senior Roy Marten melihat pemerintah belum serius terhadap dunia perfilman Indonesia. “Pemerintah tidak peduli pada kesenian dan masih dianggap ecek-ecek. Adanya hari film cuma selebrasi,” ujar Roy.
Thomasmanggalla
(ftr)