Chef Putri Miranti Perkenalkan Molecular Gastronomy
A
A
A
JAKARTA - Dunia kuliner menuntut orang-orang yang terjun di dalamnya kreatif. Mereka harus memiliki inovasi agar hasil masakan yang mereka buat senantiasa baru, menarik dan tentu saja enak disantap.
Putri Miranti telah mulai menggemari dunia masak memasak sejak dia masih kecil. Kegemarannya muncul karena keluarganya punya bisnis katering. Awalnya, chef pastry ini mencoba memasak dan baru ketika duduk di bangku SMP, dia mulai belajar baking atau membuat kue.
“Kalau masak kan misalnya dari ikan nanti keluarnya ikan juga. Kalau baking tuh yang awalnya dari tepung, telur, yang bentuknya beda banget, tiba-tiba tuh jadi kue. Baking tuh kayak sulap. Kayaknya seru banget. Dari situ aku akhirnya lebih ke baking, sampai akhirnya pas aku mau kuliah aku mutusin buat ambil pastry and baking,” jelas chef Putri saat wawancara eksklusif dengan Sindonews di bilangan Senayan, Jakarta (25/3/2015).
Untuk lebih mendalami ilmu memasak kue, Putri kemudian menjalani pendidikan di SHATEC, Singapura, dengan jurusan Pastry & Baking. “Dulu pastry and baking paling deket cuma di Singapura, setelah itu Australia, Amerika, sama Prancis. Pengennya sih Prancis, cuma aku susah banget belajar bahasa Perancis. Kayaknya sayang kalau aku nggak nguasain bahasanya, ya sudah deh aku yang deket aja ke Singapura,” ujar dia.
Selama kuliah, dia telah dipersiapkan untuk terjun langsung ke industri makanan. Mulai dari belajar teori, kemampuan dasar, product knowledge, food ingredient, praktik dan program internship atau magang yang harus dia jalani selama satu tahun. Meski begitu, Putri merasa apa yang dia pelajari di kampus masih belum apa-apa ketika dia mulai bekerja di industri. Dia juga sempat mengalami kecelakan-kecelakaan kecil di dapur, seperti sakit punggung, terkena gel panas, dan lain sebagainya.
Setelah lulus dan bekerja sebagai chef di hotel dan restoran di Singapura, Putri memutuskan untuk kembali ke Tanah Air. Dia sempat membawakan acara kuliner di salah satu televisi swasta, tapi kemudian kembali mengurus bisnis keluarganya di bidang event catering. Saat ini ia juga tengah menjalankan bisnis bernama Tree Food Concept bersama rekan sesama chef, Arimbi Nimpuno dan Yuda Bustara.
Tak hanya itu, kini chef Putri bersama sahabatnya, chef Odie Djamil sedang menekuni sebuah program masak bertajuk Bittersweet yang ditayangkan setiap hari Kamis pukul 19.00 di Asian Food Channel.
“Dulu aku selalu nonton Travel dan Living dan AFC. Itu aja yang dipelototin. Aku tuh mimpi aja dalam hati yang kayak, ya ampun seru banget ya bisa kayak mereka. Jadinya sekarang udah di sini aku bisa bilang it’s kinda dream comes true sih gitu jadi aku ampe, pas dikabarin aja tuh seneng banget,” paparnya seraya tertawa.
Di acara Bittersweet yang dibawakannya bersama Odie ini, Putri menampilkan konsep yang berbeda. Dengan menampilkan teknik memasak modern, Molecular Gastronomy, kedua chef ini menyajikan berbagai menu dessert dengan tampilan yang unik dan sulit untuk ditemukan.
Ini bukanlah semangkuk mi rebus dengan sepotong telur di atasnya. Tapi ini adalah semangkuk puding hasil karya Chef Putri dengan teknik Molecular Gastronomy. (Foto: Dok. AFC)
Seperti misalnya, pada suatu episode mereka membuat semangkuk mi rebus dengan telur setengah matang. Minya sendiri terbuat dari almond pudding yang dicetak memanjang menyerupai mi. Untuk kuahnya, mereka menggunakan teh earl grey dengan campuran mango puree. Sedangkan untuk telur rebusnya, mereka menggunakan mango puree untuk kuning telurnya dan yoghurt untuk putih telur yang dimasak bersamaan dengan teknik khusus. Yang terakhir, untuk bawang gorengnya menggunakan kacang almond yang dibuat menjadi praline kemudian di cincang kasar.
Kreativitas memang dituntut penuh di acara ini, karena di setiap episode akan ada tema yang berbeda. Misalnya, di episode lain, mereka membuat sebuah dessert dari lemon dengan bentuk asli seperti lemon.
Pertama-tama mereka membuat cetakan dari buah lemon terlebih dahulu dengan menggunakan gelatine yang kemudian di-coat menggunakan cokelat berwarna kuning yang sangat tipis. Untuk membuat cetakan lemon cokleat ini dibutuhkan waktu kurang lebih enam jam.
Kemudian isi lemon ini mereka buat dari beberapa tekstur, seperti sponge, mousse, dan jelly yang semuanya memiliki citarasa khas lemon. Uniknya lagi, jika lemon ini diketuk dengan sendok, dia akan pecah dan isinya akan lumer keluar.
Lemon ini adalah dessert yang dibuat dengan cokelat berwarna kuning dengan isian yang punya rasa seperti lemon pada umumnya. (Foto: Dok. AFC)
Putri menambahkan, tenik memasak ini memiliki keunikan tersendiri karena mampu merangsang seluruh panca indera di tubuh manusia. “Molecular gastronomy itu adalah sebuah food science, dimana kita dapat merangsang semua indra. Membuat pengalaman di indera-indera kita. Mind-nya ikut bermain. Jadi ini lebih ke pengalamannya,” pungkasnya.
Putri Miranti telah mulai menggemari dunia masak memasak sejak dia masih kecil. Kegemarannya muncul karena keluarganya punya bisnis katering. Awalnya, chef pastry ini mencoba memasak dan baru ketika duduk di bangku SMP, dia mulai belajar baking atau membuat kue.
“Kalau masak kan misalnya dari ikan nanti keluarnya ikan juga. Kalau baking tuh yang awalnya dari tepung, telur, yang bentuknya beda banget, tiba-tiba tuh jadi kue. Baking tuh kayak sulap. Kayaknya seru banget. Dari situ aku akhirnya lebih ke baking, sampai akhirnya pas aku mau kuliah aku mutusin buat ambil pastry and baking,” jelas chef Putri saat wawancara eksklusif dengan Sindonews di bilangan Senayan, Jakarta (25/3/2015).
Untuk lebih mendalami ilmu memasak kue, Putri kemudian menjalani pendidikan di SHATEC, Singapura, dengan jurusan Pastry & Baking. “Dulu pastry and baking paling deket cuma di Singapura, setelah itu Australia, Amerika, sama Prancis. Pengennya sih Prancis, cuma aku susah banget belajar bahasa Perancis. Kayaknya sayang kalau aku nggak nguasain bahasanya, ya sudah deh aku yang deket aja ke Singapura,” ujar dia.
Selama kuliah, dia telah dipersiapkan untuk terjun langsung ke industri makanan. Mulai dari belajar teori, kemampuan dasar, product knowledge, food ingredient, praktik dan program internship atau magang yang harus dia jalani selama satu tahun. Meski begitu, Putri merasa apa yang dia pelajari di kampus masih belum apa-apa ketika dia mulai bekerja di industri. Dia juga sempat mengalami kecelakan-kecelakaan kecil di dapur, seperti sakit punggung, terkena gel panas, dan lain sebagainya.
Setelah lulus dan bekerja sebagai chef di hotel dan restoran di Singapura, Putri memutuskan untuk kembali ke Tanah Air. Dia sempat membawakan acara kuliner di salah satu televisi swasta, tapi kemudian kembali mengurus bisnis keluarganya di bidang event catering. Saat ini ia juga tengah menjalankan bisnis bernama Tree Food Concept bersama rekan sesama chef, Arimbi Nimpuno dan Yuda Bustara.
Tak hanya itu, kini chef Putri bersama sahabatnya, chef Odie Djamil sedang menekuni sebuah program masak bertajuk Bittersweet yang ditayangkan setiap hari Kamis pukul 19.00 di Asian Food Channel.
“Dulu aku selalu nonton Travel dan Living dan AFC. Itu aja yang dipelototin. Aku tuh mimpi aja dalam hati yang kayak, ya ampun seru banget ya bisa kayak mereka. Jadinya sekarang udah di sini aku bisa bilang it’s kinda dream comes true sih gitu jadi aku ampe, pas dikabarin aja tuh seneng banget,” paparnya seraya tertawa.
Di acara Bittersweet yang dibawakannya bersama Odie ini, Putri menampilkan konsep yang berbeda. Dengan menampilkan teknik memasak modern, Molecular Gastronomy, kedua chef ini menyajikan berbagai menu dessert dengan tampilan yang unik dan sulit untuk ditemukan.
Ini bukanlah semangkuk mi rebus dengan sepotong telur di atasnya. Tapi ini adalah semangkuk puding hasil karya Chef Putri dengan teknik Molecular Gastronomy. (Foto: Dok. AFC)
Seperti misalnya, pada suatu episode mereka membuat semangkuk mi rebus dengan telur setengah matang. Minya sendiri terbuat dari almond pudding yang dicetak memanjang menyerupai mi. Untuk kuahnya, mereka menggunakan teh earl grey dengan campuran mango puree. Sedangkan untuk telur rebusnya, mereka menggunakan mango puree untuk kuning telurnya dan yoghurt untuk putih telur yang dimasak bersamaan dengan teknik khusus. Yang terakhir, untuk bawang gorengnya menggunakan kacang almond yang dibuat menjadi praline kemudian di cincang kasar.
Kreativitas memang dituntut penuh di acara ini, karena di setiap episode akan ada tema yang berbeda. Misalnya, di episode lain, mereka membuat sebuah dessert dari lemon dengan bentuk asli seperti lemon.
Pertama-tama mereka membuat cetakan dari buah lemon terlebih dahulu dengan menggunakan gelatine yang kemudian di-coat menggunakan cokelat berwarna kuning yang sangat tipis. Untuk membuat cetakan lemon cokleat ini dibutuhkan waktu kurang lebih enam jam.
Kemudian isi lemon ini mereka buat dari beberapa tekstur, seperti sponge, mousse, dan jelly yang semuanya memiliki citarasa khas lemon. Uniknya lagi, jika lemon ini diketuk dengan sendok, dia akan pecah dan isinya akan lumer keluar.
Lemon ini adalah dessert yang dibuat dengan cokelat berwarna kuning dengan isian yang punya rasa seperti lemon pada umumnya. (Foto: Dok. AFC)
Putri menambahkan, tenik memasak ini memiliki keunikan tersendiri karena mampu merangsang seluruh panca indera di tubuh manusia. “Molecular gastronomy itu adalah sebuah food science, dimana kita dapat merangsang semua indra. Membuat pengalaman di indera-indera kita. Mind-nya ikut bermain. Jadi ini lebih ke pengalamannya,” pungkasnya.
(alv)