Meriahnya Kongres Makanan Kaki Lima

Rabu, 15 April 2015 - 09:16 WIB
Meriahnya Kongres Makanan Kaki Lima
Meriahnya Kongres Makanan Kaki Lima
A A A
Apa jadinya jika segenap makanan jalanan di dunia berkumpul dalam satu tempat? Diikuti 12 negara dengan 24 stal makanan dan diselenggarakan selama lima hari, World Street Food Congress menyedot perhatian publik Singapura, sekaligus sebagai ajang promosi kuliner Indonesia.

Rasa penasaran membawa Dorice mengantre di stalGudeg Yu Nap. Belum pernah ia mencoba makanan asal Yogyakarta ini. Tampilannya yang menarik membuat ibu rumah tangga yang datang bersama sang suami ini ingin menuntaskan keingintahuannya. Antrean masih panjang, sempat ia khawatir makanan yang diincarnya keburuhabis. “Untung saja masih kebagian,” kata wanita yang gemar bertualang kuliner ini. Rasanya yang manis dan gurih tidak membuat lidahnya menolak.

“Bumbunya tidak terlalu medok, masih ada rasa manisnya dan saya suka,” ujar Dorice yang juga senang nasi padang dan gado-gado ini. Ditempat lain, Ivan, seorang guru SMA diSingapura, tengah asyik menyeruput Soto Ayam Ambengan Pak Sadi.“Sangat segarkuahnya, apa lagi ada tambahan perasan jeruk nipis dan kecap yang membuat manis.

Rasanya juga tidak berat, malah ringan. Tapijujur, baru kali ini merasakan soto ayam yang seperti ini disini (Singapura),” sebut pria berusia 35 tahun ini yang juga fanatic dengan ayam penyet. Adalah World Street Food Congress (WSFC) yang telah menyatukan berbagai makanan jalanan dari segenap penjuru dunia.

Pertama kali ajang ini diadakan dua tahun lalu di negara yang sama. Pada tahun ini mengambil tempat di Tan Quee Lan Street yang dinilai lebih strategis. Bango sebagai salah satu sponsor ajang internasional tersebut membawa empat legendaris kuliner Nusantara, yakni Gudeg Yu Nap, Kupat Tahu Gempol, Ayam Taliwang, dan Soto Ambengan Pak Sadi.

Pemilihan keempatnya didasarkan atas beberapa kriteria. “Makanannya unik, begitu pun dengan penyajiannya, tapi bahanbahannya harus mudah didapat dan tentunya kesiapan para vendor,” sebut Arie Parikesit selaku konsultan kuliner Bango dari Kelanarasa, Rabu (8/4). Ayam Taliwang, misalnya, disajikan dengan kangkung pelecin, beberuk terong, tiga tusuk sate pusut, sambal terasi, dan sayap ayam dengan racikan spesial Ayam Taliwang dan dihargai SGD10.

Adapun Soto Ayam Ambengan Pak Sadi berisi telur rebus, ayam suwir, sohun, brutu, dan koya dipatok harga SGD8. Menurut para vendor, tidak sulit untuk menemukan bahan-bahan masakan di Singapura. Hanya, ada beberapa bahan yang sengaja dibawa dengan alasan tidak ada di negara itu. Sebut saja terasi dari Lombok, kerupuk emplang, bumbu kacang, dan sebagainya.

Kendati dibuka pukul 18.00 waktu setempat, pengunjung sudah memadati area WSFC sejak sejam sebelumnya. Dari pantauan KORAN SINDO, tiga vendor, yakni Gudeg Yu Nap, Soto Ambengan Pak Sadi, dan Kupat Tahu Gempol laris manis. Beberapa orang tampak kecewa tidak sempat mencicipi penganan asal Tanah Air tersebut.

Di lain pihak, antrean masih tampak di depan stalAyam Taliwang mengingat ayam bakar tersebut terbilang mudah disiapkan dan hanya tinggal membakar begitu stok mulai berkurang. Tidak seperti tiga stallain yang proses persiapannya memakan waktu. “Setiap stal Indonesia ini menyiapkan 100 porsi pada hari pertama untuk mengetahui respons pengunjung.

Nah, kalau sudah tahu laris seperti ini, mereka akan memperbanyak porsinya,” tutur Arie. Pakar kuliner William Wongso yang juga turut hadir sebagai pembicara dalam ajang tersebut mengatakan, Indonesia terbilang selalu ketinggalan untuk kegiatan mempromosikan khazanah kuliner ke dunia internasional.

“Di Indonesia masih memikirkan fine dining, padahal makanan jalanan adalah cikal bakal kuliner dari setiap bangsa. Potensi kuliner kita amat besar, bahkan dalam hitungan benua saja, makanan kita masih jauh lebih banyak,” ujarnya yang mendemokan masakan udang dan kerang bumbu arsik khas Toba. WSFCmenjadi kesempatan bagi warga Singapura untuk mencicipi berbagai jajanan dari belahan dunia.

Penang Apom Manis dari Malaysia, Bon Chovie dari Amerika Serikat, Deed Fried Shisamo dari Bolivia, Bale Dutung dari Filipina, stalBratworks yang menawarkan bratwurstatau sosis khas Jerman, Puri Subji dari India, Talay Tord dari Thailand, dan sebagainya. Uniknya di stalasal Singapura terdapat stal Alhambra Padang Satay yang sudah terkenal di negeri ini.

Pengunjung dapat melihat foto-foto kondisi jajanan pinggir jalan di Singapura tahun 1970-an beserta sejarahnya. Terlihat foto gerobak jajanan, penjaja makanan memikul dagangan, serta pemandangan kumuh kawasan jajanan pinggir jalan di negara itu. Namun, kini suasana tersebut digantikan dengan tempat yang lebih bersih dan amat menjaga higienitas makanan.

Sri noviarni
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.2802 seconds (0.1#10.140)