Akal dan Hati Kunci Kesuksesan
A
A
A
Bisnis properti di Indonesia umumnya masih digeluti kaum lelaki. Sedikit sekali kaum perempuan terjun ke bisnis yang identik dengan bisnis keras dan hanya bisa dikerjakan kaum lelaki.
Dewi Arimbi, pendiri Haery 1 Group, adalah satu di antara perempuan Indonesia yang sudah mematahkan pandangan umum itu. Jiwa Kartini-sang penerobos kebekuan sejarah-barangkali ada padanya.
Pada 1989 Arimbi mendirikan bisnis tambang pasir dan bisnis properti, bidang usaha yang jarang digeluti perempuan itu. Masa-masa awal memang mengalami kesulitan. Lebih-lebih terkait pandangan umum tadi. Pada saat mengirimkan surat atau undangan rapat, misalnya, Arimbi sering dipanggil bapak, oleh orang-orang yang belum mengenalnya.
“Saya sering banget dipanggil bapak oleh mereka yang belum tahu saya. Biasanya jika mereka kirim melalui surat atau faks, tapi setelah bertemu mereka kaget. Ternyata bukan bapak, tapi ibu,” kenangnya. Namun, kesulitan kecil itu tidak membuatnya patah arang. Pengalaman itu justru melecut semangatnya. Perempuan yang menggeluti pekerjaan kaum lelaki bukanlah suatu kekurangan, tapi sebaliknya, suatu kehebatan.
“Hal tersebut menjadi salah satu pemicu semangat bagi saya sebagai seorang perempuan untuk membuktikan kepada masyarakat bahwa wanita juga bisa menjalankan bisnis yang memang lebih banyak dikerjakan oleh laki-laki,” tambahnya. Meski saat ini sukses di bisnis properti, itu tidak berarti Dewi Arimbi tak pernah mengalami kegagalan.
Kegagalan dalam dunia usaha merupakan hal yang biasa. Kegagalan bisa menjadi pemacu untuk bekerja lebih giat, dan lebih tekun lagi. Setiap kegagalan ada hikmahnya. Karena itu, jangan mudah untuk berputus asa. Hadapi saja kegagalan itu dengan sikap penuh sukcita dan ikhlas. “Sikap ini akan mendorong kita tetap bersemangat dan bersyukur sehingga akan membuat kita mendapatkan tenaga yang lebih dari sebelumnya dan membuat kita lebih berpikir bagaimana membuat usaha kita jauh lebih maju dari sebelumnya,” paparnya.
Dia mengisahkan bisnis katering yang pernah digelutnya dan kurang sukses, lalu bisnis penambangan pasir juga saat ini sudah tidak lagi dia kerjakan. Namun, kegagalan itu tidak membuatnya patah semangat. Untuk mencapai kesuksesan dalam berusaha, hal yang harus dibangun adalah iman yang diwujudkan dalam penghayatan nilai-nilai agama. Kemampuan intelektual saja tak cukup untuk mencapai kesuksesan. Kekuatan akal harus dipadukan dengan kekuatan hati (iman).
“Menggabungkan antara akal dan hati sangat penting dalam menjalankan usaha, terutama bagi saya, agar dalam kehidupan berkecukupan (tidak kurang) dan tidak berlebihan,” katanya. Bisnis yang didirikannya saat ini juga diajarkan kepada anak-anak, meski tidak dipaksakan agar anak-anaknya mengelola perusahaan yang sudah dia rintis.
Salah satunya yang meneruskan usaha keluarga adalah anak sulungnya, yaitu Jibrilia Alamsyah. Sejak sekolah menengah atas (SMA) Jibrilia sudah memperlihatkan minatnya di dunia bisnis. Hal tersebut tak lepas dari dukungan sang ibu yang sering mengajak anak-anaknya ikut ke layanan priority bank .
“Saya melihat ternyata pelayanannya berbeda antara seorang pengusaha dengan nasabah biasa. Kemudian saya semakin berkeinginan untuk jadi pengusaha seperti mami,” ujar wanita lulusan University of Queensland, Brisbane, Australia, itu. Salah satu keinginannya untuk menjadi seorang pengusaha dibuktikannya pada saat dia kuliah di Universitas Indonesia (UI). Waktu itu Jibrilia—yang mengambil jurusan komputer & mdash;bersama teman-temannya menjalankan proyek-proyek dari membuat web .
“Yang saya rasakan pada saat itu, ternyata enak memiliki penghasilan dari kerja keras sendiri,” ujar wanita yang menjabat sebagai chief financial officer dan bussines owner di Haery 1 Group tersebut. Ketika dia meneruskan kuliah di Australia, dia juga bekerja part time di berbagai tempat. Motivasinya, selain untuk mendapatkan penghasilan sendiri, juga untuk mencari pengalaman. Sebab, memiliki banyak pengalaman jauh lebih penting dari sekadar mendengarkan terori di bangku kuliah.
Dengan terjun langsung ke lapangan, diperoleh banyak pengalaman yang mungkin tak ditemukan di ruang kuliah. “Dari tempat-tempat kerja saya yakin akan ada banyak ilmu yang saya dapatkan,” ujarnya. Setelah selesai studi di Negeri Kanguru itu Jibrilia kembali ke Indonesia dan pada saat itu pula dia merasa bisnis “web house “ yang dijalankannya bersama teman-teman ada yang kurang, terutama dalam pemasukan.
Untuk menambah skill , Jibrilia lalu mencari berbagai pengalaman baru di beberapa tempat, seperti bekerja di Standard Chartered Bank. Setelah tiga tahun bekerja di Standard Chartered Bank sebagai business analyst dan merasa sudah cukup berpengalaman, dia putuskan untuk kembali ke perusahaan yang telah membiayainya. Meski ada di dalam perusahaan keluarga, Jibrilia memulai karier dari bawah.
“Saya mulai dari kasir di hotel, kemudian saya mempelajari banyak hal, hingga akhirnya saya mencoba membuat perubahan agar perusahaan lebih baik,” tuturnya. Mengenai motivasinya terjun ke dunia bisnis, Jibrilia menjawab lugas, “Ingin membuat perubahan untuk perekonomian Indonesia, dengan mengembangkan ekonomi Indonesia ke berbagai sektor,” ucapnya.
Jibrilia selalu menjalankan suatu pekerjaan dengan senang dan sepenuh hati. Itu merupakan salah satu kunci dari setiap kesuksesan. Itu pula nasihat ibunya, Arimbi. yang selalu menasihati anak-anaknya melakukan segala hal dengan hati ikhlas.
Robi ardinto
Dewi Arimbi, pendiri Haery 1 Group, adalah satu di antara perempuan Indonesia yang sudah mematahkan pandangan umum itu. Jiwa Kartini-sang penerobos kebekuan sejarah-barangkali ada padanya.
Pada 1989 Arimbi mendirikan bisnis tambang pasir dan bisnis properti, bidang usaha yang jarang digeluti perempuan itu. Masa-masa awal memang mengalami kesulitan. Lebih-lebih terkait pandangan umum tadi. Pada saat mengirimkan surat atau undangan rapat, misalnya, Arimbi sering dipanggil bapak, oleh orang-orang yang belum mengenalnya.
“Saya sering banget dipanggil bapak oleh mereka yang belum tahu saya. Biasanya jika mereka kirim melalui surat atau faks, tapi setelah bertemu mereka kaget. Ternyata bukan bapak, tapi ibu,” kenangnya. Namun, kesulitan kecil itu tidak membuatnya patah arang. Pengalaman itu justru melecut semangatnya. Perempuan yang menggeluti pekerjaan kaum lelaki bukanlah suatu kekurangan, tapi sebaliknya, suatu kehebatan.
“Hal tersebut menjadi salah satu pemicu semangat bagi saya sebagai seorang perempuan untuk membuktikan kepada masyarakat bahwa wanita juga bisa menjalankan bisnis yang memang lebih banyak dikerjakan oleh laki-laki,” tambahnya. Meski saat ini sukses di bisnis properti, itu tidak berarti Dewi Arimbi tak pernah mengalami kegagalan.
Kegagalan dalam dunia usaha merupakan hal yang biasa. Kegagalan bisa menjadi pemacu untuk bekerja lebih giat, dan lebih tekun lagi. Setiap kegagalan ada hikmahnya. Karena itu, jangan mudah untuk berputus asa. Hadapi saja kegagalan itu dengan sikap penuh sukcita dan ikhlas. “Sikap ini akan mendorong kita tetap bersemangat dan bersyukur sehingga akan membuat kita mendapatkan tenaga yang lebih dari sebelumnya dan membuat kita lebih berpikir bagaimana membuat usaha kita jauh lebih maju dari sebelumnya,” paparnya.
Dia mengisahkan bisnis katering yang pernah digelutnya dan kurang sukses, lalu bisnis penambangan pasir juga saat ini sudah tidak lagi dia kerjakan. Namun, kegagalan itu tidak membuatnya patah semangat. Untuk mencapai kesuksesan dalam berusaha, hal yang harus dibangun adalah iman yang diwujudkan dalam penghayatan nilai-nilai agama. Kemampuan intelektual saja tak cukup untuk mencapai kesuksesan. Kekuatan akal harus dipadukan dengan kekuatan hati (iman).
“Menggabungkan antara akal dan hati sangat penting dalam menjalankan usaha, terutama bagi saya, agar dalam kehidupan berkecukupan (tidak kurang) dan tidak berlebihan,” katanya. Bisnis yang didirikannya saat ini juga diajarkan kepada anak-anak, meski tidak dipaksakan agar anak-anaknya mengelola perusahaan yang sudah dia rintis.
Salah satunya yang meneruskan usaha keluarga adalah anak sulungnya, yaitu Jibrilia Alamsyah. Sejak sekolah menengah atas (SMA) Jibrilia sudah memperlihatkan minatnya di dunia bisnis. Hal tersebut tak lepas dari dukungan sang ibu yang sering mengajak anak-anaknya ikut ke layanan priority bank .
“Saya melihat ternyata pelayanannya berbeda antara seorang pengusaha dengan nasabah biasa. Kemudian saya semakin berkeinginan untuk jadi pengusaha seperti mami,” ujar wanita lulusan University of Queensland, Brisbane, Australia, itu. Salah satu keinginannya untuk menjadi seorang pengusaha dibuktikannya pada saat dia kuliah di Universitas Indonesia (UI). Waktu itu Jibrilia—yang mengambil jurusan komputer & mdash;bersama teman-temannya menjalankan proyek-proyek dari membuat web .
“Yang saya rasakan pada saat itu, ternyata enak memiliki penghasilan dari kerja keras sendiri,” ujar wanita yang menjabat sebagai chief financial officer dan bussines owner di Haery 1 Group tersebut. Ketika dia meneruskan kuliah di Australia, dia juga bekerja part time di berbagai tempat. Motivasinya, selain untuk mendapatkan penghasilan sendiri, juga untuk mencari pengalaman. Sebab, memiliki banyak pengalaman jauh lebih penting dari sekadar mendengarkan terori di bangku kuliah.
Dengan terjun langsung ke lapangan, diperoleh banyak pengalaman yang mungkin tak ditemukan di ruang kuliah. “Dari tempat-tempat kerja saya yakin akan ada banyak ilmu yang saya dapatkan,” ujarnya. Setelah selesai studi di Negeri Kanguru itu Jibrilia kembali ke Indonesia dan pada saat itu pula dia merasa bisnis “web house “ yang dijalankannya bersama teman-teman ada yang kurang, terutama dalam pemasukan.
Untuk menambah skill , Jibrilia lalu mencari berbagai pengalaman baru di beberapa tempat, seperti bekerja di Standard Chartered Bank. Setelah tiga tahun bekerja di Standard Chartered Bank sebagai business analyst dan merasa sudah cukup berpengalaman, dia putuskan untuk kembali ke perusahaan yang telah membiayainya. Meski ada di dalam perusahaan keluarga, Jibrilia memulai karier dari bawah.
“Saya mulai dari kasir di hotel, kemudian saya mempelajari banyak hal, hingga akhirnya saya mencoba membuat perubahan agar perusahaan lebih baik,” tuturnya. Mengenai motivasinya terjun ke dunia bisnis, Jibrilia menjawab lugas, “Ingin membuat perubahan untuk perekonomian Indonesia, dengan mengembangkan ekonomi Indonesia ke berbagai sektor,” ucapnya.
Jibrilia selalu menjalankan suatu pekerjaan dengan senang dan sepenuh hati. Itu merupakan salah satu kunci dari setiap kesuksesan. Itu pula nasihat ibunya, Arimbi. yang selalu menasihati anak-anaknya melakukan segala hal dengan hati ikhlas.
Robi ardinto
(ars)